26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Polisi Jangan Terlalu Yakin Pelaku Jaringan Teroris

070646_228000_sukardi_dlm_kuhJAKARTA – Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, kasus penembakan terhadap aparat kepolisian di Jakarta akan membuat masyarakat resah. Apalagi kasus-kasus penembakan terhadap polisi terus terjadi dan tidak kunjung terungkap.

“Polisi yang harusnya menjadi pelindung masyarakat malah tidak bisa melindungi dirinya sendiri,” kata Neta saat dihubungi, Rabu (11/9).

Penembakan terhadap aparat kepolisian yang baru saja terjadi adalah penembakan anggota Provost Mabes Polri, Brigadir Kepala Sukardi. Ia ditembak orang tak dikenal di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9) malam.

Neta berharap Polda Metro Jaya segera mengungkap kasus penembakan Sukardi sehingga tren penembakan terhadap polisi bisa berhenti. Sebab, saat ini penembakan misterius menjadi tren baru dalam kejahatan di Indonesia.

“Selama tiga bulan terakhir terjadi 22 kasus penembakan misterius dan hanya satu pelakunya yang tertangkap. Dari 22 kasus penembakan itu lima diantaranya korbannya adalah polisi,” katanya.

Untuk modus penembakan terhadap aparat kepolisian, kata Neta, ada berbagai kemungkinan. Sehingga sulit menyimpulkan bahwa aksi penembakan dilakukan para teroris.

Sayangnya, dalam kasus penembakan terutama terhadap polisi, jajaran polisi hanya terpaku pada opini bahwa pelakunya adalah teroris. Akibatnya polisi terperangkap pada opininya sendiri hingga kesulitan mengungkap kasus itu.

“Padahal jika kasus penembakan tersebut tak kunjung terungkap oleh polisi dikhawatirkan kasus-kasus penembakan akan terus terjadi,” kata Neta. (gil/jpnn)

070646_228000_sukardi_dlm_kuhJAKARTA – Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, kasus penembakan terhadap aparat kepolisian di Jakarta akan membuat masyarakat resah. Apalagi kasus-kasus penembakan terhadap polisi terus terjadi dan tidak kunjung terungkap.

“Polisi yang harusnya menjadi pelindung masyarakat malah tidak bisa melindungi dirinya sendiri,” kata Neta saat dihubungi, Rabu (11/9).

Penembakan terhadap aparat kepolisian yang baru saja terjadi adalah penembakan anggota Provost Mabes Polri, Brigadir Kepala Sukardi. Ia ditembak orang tak dikenal di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9) malam.

Neta berharap Polda Metro Jaya segera mengungkap kasus penembakan Sukardi sehingga tren penembakan terhadap polisi bisa berhenti. Sebab, saat ini penembakan misterius menjadi tren baru dalam kejahatan di Indonesia.

“Selama tiga bulan terakhir terjadi 22 kasus penembakan misterius dan hanya satu pelakunya yang tertangkap. Dari 22 kasus penembakan itu lima diantaranya korbannya adalah polisi,” katanya.

Untuk modus penembakan terhadap aparat kepolisian, kata Neta, ada berbagai kemungkinan. Sehingga sulit menyimpulkan bahwa aksi penembakan dilakukan para teroris.

Sayangnya, dalam kasus penembakan terutama terhadap polisi, jajaran polisi hanya terpaku pada opini bahwa pelakunya adalah teroris. Akibatnya polisi terperangkap pada opininya sendiri hingga kesulitan mengungkap kasus itu.

“Padahal jika kasus penembakan tersebut tak kunjung terungkap oleh polisi dikhawatirkan kasus-kasus penembakan akan terus terjadi,” kata Neta. (gil/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/