26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

‘Bau’ Hambalang Sudah Lama Tercium

kpk
KPK usai melakukan penyitaan di rumah Anas.

SUMUTPOS.CO – Sidang kasus dugaan korupsi proyek Hambalang dengan terdakwa Deddy Kusdinar kembali digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta dengan menghadirkan enam saksi. Salah satu saksi, Direktur Utama PT Biro Insinyur Eksakta, Ida Nuraida, menyebutkan proyek Hambalang “bau” sehingga dia memilih mundur dari proyek ini. “Sejak awal proyek ini ‘bau’, akhirnya kami mengundurkan diri,” katanya dalam persidangan, Selasa (12/11).

Ketidakberesan proyek Hambalang, menurut Ida, tercium sejak dirinyan
bersama dengan Sonny Anjangsono, Direktur Teknik dan Operasi PT Biro Insinyur Eksakta, meninjau lokasi pembangunan proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor. Melihat kondisi lapangan, Nuraida dan Sonny menemukan kendala dan potensi masalah, yakni tidak adanya peta lahan dari Badan Pertanahan Nasional dan kondisi tanah yang labil.

“Kami melihat ke lokasi, sudah ada bangunan, tiga bangunan. Yang bagus masjid, dua bangunan rusak. Keadaan di lokasi sudah hancur-hancuran,” kata Nuraida. “Melihat lokasi yang seperti itu, lalu dengan nilai proyek yang dihitung Rp 1,7 triliun, sudah pasti bangunan itu naik ke atas (tingkat). Tapi kondisi tanah yang selalu longsor, labil, saya pikir itu sangat tidak visible untuk dibuat bangunan.”
Ida, yang sudah terlibat sejak proyek ini masih bernama Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional pada 2009, mengaku ditunjuk Wafid Muharam, selaku koordinator tim persiapan pembangunan pada awal 2009. Melihat kondisi lapangan, Nuraida dan Sonny menemukan kendala dan potensi masalah, yakni tidak adanya peta lahan dari Badan Pertanahan Nasional, serta kondisi tanah yang labil.

Sonny melaporkan temuan ini ke Deddy serta Wafid melalui Alman Hudri, staf Wafid. Lalu pada Oktober 2009 digelar rapat di Kementerian Pemuda dan Olahraga membahas proyek Hambalang dihadiri oleh Deddy, Wafid, Lisa Lukitawati, Paul Nelwan, Wiyanto, Sonny, Asep Wibowo, Muhammad Arifin (Komisaris PT MSG), dan Ida Bagus Wirahadi dari PT Adhi Karya. Muhammad Arifin dan Asep memaparkan desain P3SON Hambalang buatan PT MSG.

Desain ini berbeda dengan analisis Sonny karena tak sesuai dengan kondisi tanah Hambalang. Wafid dalam rapat menyampaikan desain MSG akan disampaikan ke Andi Mallarangeng, Menpora yang baru. Akan tetapi, Wafid malah meminta Sonny membuat Rancangan Anggaran Bangunan sebesar Rp 2,5 triliun dengan rencana pembangunan dilaksanakan secara tahun jamak atau multiyears.

Sonny menyampaikan ke Wafid dan Deddy, dia tidak sanggup menghitung RAB dengan nilai Rp 2,5 triliun lantaran tidak wajar melihat luas area dan fasilitas sebagaimana dalam masterplan 2006. Sonny kemudian dipanggil Deddy dan bertemu di kantor Lisa. Pertemuan tersebut dihadiri empat orang, yakni Sonny, Deddy, Lisa dan Paul.

Deddy memperingatkan Sonny agar jangan menakut-nakuti Wafid soal kondisi tanah. “Saya lagi rapat dengan Bu Lisa, terus dipanggil untuk mendengarkan beliau (Deddy) untuk tidak menakut-nakuti Pak Wafid, lalu saya lapor ke Bu Ida (Nuraida), dan akhirnya memutuskan mundur dari proyek ini,” kata Sonny. (bbs/jpnn)

kpk
KPK usai melakukan penyitaan di rumah Anas.

SUMUTPOS.CO – Sidang kasus dugaan korupsi proyek Hambalang dengan terdakwa Deddy Kusdinar kembali digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta dengan menghadirkan enam saksi. Salah satu saksi, Direktur Utama PT Biro Insinyur Eksakta, Ida Nuraida, menyebutkan proyek Hambalang “bau” sehingga dia memilih mundur dari proyek ini. “Sejak awal proyek ini ‘bau’, akhirnya kami mengundurkan diri,” katanya dalam persidangan, Selasa (12/11).

Ketidakberesan proyek Hambalang, menurut Ida, tercium sejak dirinyan
bersama dengan Sonny Anjangsono, Direktur Teknik dan Operasi PT Biro Insinyur Eksakta, meninjau lokasi pembangunan proyek di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor. Melihat kondisi lapangan, Nuraida dan Sonny menemukan kendala dan potensi masalah, yakni tidak adanya peta lahan dari Badan Pertanahan Nasional dan kondisi tanah yang labil.

“Kami melihat ke lokasi, sudah ada bangunan, tiga bangunan. Yang bagus masjid, dua bangunan rusak. Keadaan di lokasi sudah hancur-hancuran,” kata Nuraida. “Melihat lokasi yang seperti itu, lalu dengan nilai proyek yang dihitung Rp 1,7 triliun, sudah pasti bangunan itu naik ke atas (tingkat). Tapi kondisi tanah yang selalu longsor, labil, saya pikir itu sangat tidak visible untuk dibuat bangunan.”
Ida, yang sudah terlibat sejak proyek ini masih bernama Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional pada 2009, mengaku ditunjuk Wafid Muharam, selaku koordinator tim persiapan pembangunan pada awal 2009. Melihat kondisi lapangan, Nuraida dan Sonny menemukan kendala dan potensi masalah, yakni tidak adanya peta lahan dari Badan Pertanahan Nasional, serta kondisi tanah yang labil.

Sonny melaporkan temuan ini ke Deddy serta Wafid melalui Alman Hudri, staf Wafid. Lalu pada Oktober 2009 digelar rapat di Kementerian Pemuda dan Olahraga membahas proyek Hambalang dihadiri oleh Deddy, Wafid, Lisa Lukitawati, Paul Nelwan, Wiyanto, Sonny, Asep Wibowo, Muhammad Arifin (Komisaris PT MSG), dan Ida Bagus Wirahadi dari PT Adhi Karya. Muhammad Arifin dan Asep memaparkan desain P3SON Hambalang buatan PT MSG.

Desain ini berbeda dengan analisis Sonny karena tak sesuai dengan kondisi tanah Hambalang. Wafid dalam rapat menyampaikan desain MSG akan disampaikan ke Andi Mallarangeng, Menpora yang baru. Akan tetapi, Wafid malah meminta Sonny membuat Rancangan Anggaran Bangunan sebesar Rp 2,5 triliun dengan rencana pembangunan dilaksanakan secara tahun jamak atau multiyears.

Sonny menyampaikan ke Wafid dan Deddy, dia tidak sanggup menghitung RAB dengan nilai Rp 2,5 triliun lantaran tidak wajar melihat luas area dan fasilitas sebagaimana dalam masterplan 2006. Sonny kemudian dipanggil Deddy dan bertemu di kantor Lisa. Pertemuan tersebut dihadiri empat orang, yakni Sonny, Deddy, Lisa dan Paul.

Deddy memperingatkan Sonny agar jangan menakut-nakuti Wafid soal kondisi tanah. “Saya lagi rapat dengan Bu Lisa, terus dipanggil untuk mendengarkan beliau (Deddy) untuk tidak menakut-nakuti Pak Wafid, lalu saya lapor ke Bu Ida (Nuraida), dan akhirnya memutuskan mundur dari proyek ini,” kata Sonny. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/