JAKARTA- Peserta konvensi capres Partai Demokrat wajib melakukan gerakan besar hingga enam bulan ke depan. Tanpa hal tersebut, peserta konvensi akan sulit bersaing dengan kandidat capres lain yang sudah start lebih awal.
“Harus melakukan terapi kejut dan gerakan big bang yang bisa menarik perhatian publik,” saran peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Rully Akbar di Kantor LSI Rawamangun, Jakarta, kemarin (24/11). Sejumlah langkah extraordinary itu, lanjut dia, juga harus ditunjang upaya peningkatan komunikasi dengan publik.
Dia kemudian mengungkap hasil survei LSI yang terakhir dilaksanakan pada 12 September”5 Oktober 2013. Survei tersebut memperlihatkan bahwa popularitas para peserta konvensi masih relatif kecil. Yaitu, di bawah 60 persen.
Demikian juga persoalan elektabilitas. Tingkat dukungan semua peserta konvensi masih di bawah 10 persen. “Tanpa ada gebrakan, sulit bagi capres Demokrat bisa bersaing pada 2014,” tuturnya.
Di sisi lain, lanjut dia, nasib para peserta konvensi juga bergantung pada hasil pileg Partai Demokrat. Kalau suara Demokrat pada 2014 tak kunjung naik, pemenang konvensi dengan sendirinya akan sulit maju sebagai capres.
Dalam survei LSI yang sama, Demokrat belum mampu recovery. Elektabilitasnya hanya 9,8 persen. Angka tersebut jauh dari ambang batas pengajuan capres, yaitu 20 persen kursi di parlemen dan/atau 25 persen suara nasional. “Upgrading citra partai dan upgrading kinerja Presiden SBY ini juga penting. Ketika SBY punya citra baik, citra partai Demokrat akan baik sehingga capres hasil konvensi dengan sendirinya juga punya ruang bersaing,” papar Rully.
Berdasarkan jadwal, pemilu legislatif dilaksanakan pada 9 April 2014. Artinya, masih ada sekitar waktu lima bulan yang bisa digunakan Demokrat untuk berbenah. “Masih ada waktu bagi Demokrat. Apakah kembali menjadi hero seperti 2009 atau berubah menjadi zero seperti saat 2004. Itu ditentukan gebrakan Partai Demokrat sendiri,” tandasnya. (dyn/c7/fat/jpnn)