26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

SmeCK Desak K-78 Dibubarkan

MEDAN-Tak ada habisnya bila membicarakan sepak terjang kelompok 78 (K-78) yang dituding sebagai biang kerok gagalnya kongres PSSI beberapa waktu lalu, yang mengakibatkan Indonesia terancam sanksi dari FIFA.
Meski putusan apakah Indonesia bakal mendapat sanksi atau tidak baru diketahui pada 30 Mei mendatang, namun suara pesimis tentang nasib sepak bola nasional mulai kerap terdengar.

Karenanya, tak heran bila di pelosok nusantara tekanan yang menuntut agar K-78 dibubarkan kian menggema. Di Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan secara tegas meminta agar K-78 tidak memaksakan kehendaknya, sehingga roda organisasi dan pembinaan kembali bergulir.

“Kami menyatakan penyesalan mendalam atas sikap K-78. Nampak jelas banyak kepentingan di sana yang akhirnya mengorbankan nasib sepak bola nasional,” bilang  Nata.

“Kami berharap K-78 dibubarkan. Peran pemerintah dalam hal ini sangat penting. Karena K-78 sudah menodai sepak bola nasional. Kalau PSSI disanksi, maka nasib sepak bola kita akan karam. Kalau sudah begitu, siapa yang patut bertanggung jawab. K-78 sudah selayaknya jadi number one public enemy,” lanjutnya.
Nata juga mempertanyakan motivasi para anggota K-78 itu. Kalau motivasinya membenahi sepak bola nasional, maka cara yang digunakan tentu saja salah. “Kalau mereka tetap ngotot membela satu calon dan calonnya itu sudah dilarang FIFA untuk maju, ya kenapa masih ngotot juga? Ini kan ada apa-apanya. Harusnya mereka itu realistis sajalah. Ikuti aturan FIFA,” sambung Nata.

Di samping itu, peran Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai salah satu karya salah satu calon yang didukung K-78 itu memang bisa jadi penyebab utama. Dengan demikian, ada baiknya LPI itu juga dibubarkan saja.

“Ini sama artinya dengan usaha menyelesaikan masalah dengan melahirkan masalah baru. Salut memang karena mereka mampu menurunkan Nurdin Halid. Tapi nampak ada kepentingan baru dengan pencalonan ini,” tambahnya.
Soal ada isu yang menyebutkan beberapa oknum pengurus PSSI Sumut terlibat K-78, SMeCK juga menyesalkannya. Menurutnya yang dianggap salah dan tidak pro terhadap kondisi sepak bola nasional tak semestinya dibela.
Apalagi sebelumnya, lewat berbagai pemberitaan media masa, Sekretaris Pengprov PSSI Papua Herman Pakaubun yang sebelumnya terkenal ngotot membela K-78, secara lugas membeberkan jika dirinya diimingi-imingi uang sebesar Rp1 Miliar bila mampu memenangkan salah satu calon.

“Nah, itu dia. Jadi, ini bukan cerita kepentingan semata, tapi juga ada unsur mencari keuntungan dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Jadi, bisa dibilang jika oknum pengurus PSSI Sumut itu sungguh tidak bermoral,” tandas Natha.

“Memalukan jika ada orang Sumut yang terlibat di dalam kelompok itu. Kami akan lihat perkembangan selanjutnya. Jika kondisinya makin parah, maka kami akan turun ke jalan meminta pertangungjawaban mereka,” tandas Natha.
Memang, di beberapa daerah kelompok suporter sepak bola mulai melakukan aksi turun ke jalan menuntut pembubaran K-78.

Di Malang ratusan suporter menggelar aksi dari Stasiun Besar Malang selanjutnya longmarch menuju Bundaran Tugu Kota Malang. “Sepakbola telah dipolitisasi oleh kelompok 78. Mereka harus bertanggungjawab,” tegas koordinator aksi, Ponidi Tembel.

Aremania dari Korwil Stasiun ini juga menegaskan, apabila sanksi FIFA benar-benar dijatuhkan, maka sepakbola di Indonesia akan mengalami kerugian besar. Bukan hanya prestasi, dan pembinaan yang macet. Tetapi pecinta sepakbola dan suporter juga akan dirugikan. “Suporter tidak akan bisa lagi medukung, serta menyaksikan timnya berlaga di kancah internasional,” ungkapnya.

Dia juga menyebutkan, apabila sanksi benar-benar dijatuhkan, selain Timnas Indonesia maka yang paling besar dirugikan adalah Persipura Jayapura. Saat ini Persipura sedang berlaga di AFC Cup, dan merupakan kandidat finalis. “Kasihan kawan-kawan kita dari Persipura. Mereka berjuang demi nama bangsa. Tapi ulah segelintir orang, akhirnya membuat mereka terancam tidak bisa berlaga di partai internasional,” ujarnya.

Di Kaltim, para pengurus klub pun melakukan hal yang sama. Menurut mereka, apa yang terjadi saat ini akibat ulah segerombolan orang yang hanya memikirkan keuntungan pribadi tanpa niat membangun sepak bola nasional. (jun/ful/jpnn)

MEDAN-Tak ada habisnya bila membicarakan sepak terjang kelompok 78 (K-78) yang dituding sebagai biang kerok gagalnya kongres PSSI beberapa waktu lalu, yang mengakibatkan Indonesia terancam sanksi dari FIFA.
Meski putusan apakah Indonesia bakal mendapat sanksi atau tidak baru diketahui pada 30 Mei mendatang, namun suara pesimis tentang nasib sepak bola nasional mulai kerap terdengar.

Karenanya, tak heran bila di pelosok nusantara tekanan yang menuntut agar K-78 dibubarkan kian menggema. Di Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan secara tegas meminta agar K-78 tidak memaksakan kehendaknya, sehingga roda organisasi dan pembinaan kembali bergulir.

“Kami menyatakan penyesalan mendalam atas sikap K-78. Nampak jelas banyak kepentingan di sana yang akhirnya mengorbankan nasib sepak bola nasional,” bilang  Nata.

“Kami berharap K-78 dibubarkan. Peran pemerintah dalam hal ini sangat penting. Karena K-78 sudah menodai sepak bola nasional. Kalau PSSI disanksi, maka nasib sepak bola kita akan karam. Kalau sudah begitu, siapa yang patut bertanggung jawab. K-78 sudah selayaknya jadi number one public enemy,” lanjutnya.
Nata juga mempertanyakan motivasi para anggota K-78 itu. Kalau motivasinya membenahi sepak bola nasional, maka cara yang digunakan tentu saja salah. “Kalau mereka tetap ngotot membela satu calon dan calonnya itu sudah dilarang FIFA untuk maju, ya kenapa masih ngotot juga? Ini kan ada apa-apanya. Harusnya mereka itu realistis sajalah. Ikuti aturan FIFA,” sambung Nata.

Di samping itu, peran Liga Primer Indonesia (LPI) sebagai salah satu karya salah satu calon yang didukung K-78 itu memang bisa jadi penyebab utama. Dengan demikian, ada baiknya LPI itu juga dibubarkan saja.

“Ini sama artinya dengan usaha menyelesaikan masalah dengan melahirkan masalah baru. Salut memang karena mereka mampu menurunkan Nurdin Halid. Tapi nampak ada kepentingan baru dengan pencalonan ini,” tambahnya.
Soal ada isu yang menyebutkan beberapa oknum pengurus PSSI Sumut terlibat K-78, SMeCK juga menyesalkannya. Menurutnya yang dianggap salah dan tidak pro terhadap kondisi sepak bola nasional tak semestinya dibela.
Apalagi sebelumnya, lewat berbagai pemberitaan media masa, Sekretaris Pengprov PSSI Papua Herman Pakaubun yang sebelumnya terkenal ngotot membela K-78, secara lugas membeberkan jika dirinya diimingi-imingi uang sebesar Rp1 Miliar bila mampu memenangkan salah satu calon.

“Nah, itu dia. Jadi, ini bukan cerita kepentingan semata, tapi juga ada unsur mencari keuntungan dengan mengorbankan kepentingan orang banyak. Jadi, bisa dibilang jika oknum pengurus PSSI Sumut itu sungguh tidak bermoral,” tandas Natha.

“Memalukan jika ada orang Sumut yang terlibat di dalam kelompok itu. Kami akan lihat perkembangan selanjutnya. Jika kondisinya makin parah, maka kami akan turun ke jalan meminta pertangungjawaban mereka,” tandas Natha.
Memang, di beberapa daerah kelompok suporter sepak bola mulai melakukan aksi turun ke jalan menuntut pembubaran K-78.

Di Malang ratusan suporter menggelar aksi dari Stasiun Besar Malang selanjutnya longmarch menuju Bundaran Tugu Kota Malang. “Sepakbola telah dipolitisasi oleh kelompok 78. Mereka harus bertanggungjawab,” tegas koordinator aksi, Ponidi Tembel.

Aremania dari Korwil Stasiun ini juga menegaskan, apabila sanksi FIFA benar-benar dijatuhkan, maka sepakbola di Indonesia akan mengalami kerugian besar. Bukan hanya prestasi, dan pembinaan yang macet. Tetapi pecinta sepakbola dan suporter juga akan dirugikan. “Suporter tidak akan bisa lagi medukung, serta menyaksikan timnya berlaga di kancah internasional,” ungkapnya.

Dia juga menyebutkan, apabila sanksi benar-benar dijatuhkan, selain Timnas Indonesia maka yang paling besar dirugikan adalah Persipura Jayapura. Saat ini Persipura sedang berlaga di AFC Cup, dan merupakan kandidat finalis. “Kasihan kawan-kawan kita dari Persipura. Mereka berjuang demi nama bangsa. Tapi ulah segelintir orang, akhirnya membuat mereka terancam tidak bisa berlaga di partai internasional,” ujarnya.

Di Kaltim, para pengurus klub pun melakukan hal yang sama. Menurut mereka, apa yang terjadi saat ini akibat ulah segerombolan orang yang hanya memikirkan keuntungan pribadi tanpa niat membangun sepak bola nasional. (jun/ful/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/