JAKARTA – Calon presiden usungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo menyebutkan, ketegasan seseorang bisa diukur dari cara dia memutuskan sesuatu dan bagaimana dia mengambil putusan yang berisiko. Hal ini diucapkan Jokowi, saat berbicara di depan puluhan purnawirawan TNI-Polri di Gedung Balai Kartini, Selasa (3/6).
“Tegas itu ada dua, berani memutuskan dan berani mengambil risiko. Masa sama negara kecil saja kita takut. Digertak saja diam,” ucap Gubernur DKI Jakarta nonaktif ini.
Bila terjadi lagi insiden gangguan kedaulatan RI oleh negara lain, Jokowi berjanji akan memimpin langsung protes pada negara yang “menantang” tersebut. “Saya pimpin dan datangi sendiri. Tapi kalau Pangabnya berani, ya sudah. Saya nanti di titik terakhir saja,” ucapnya.
Jokowi mengakui, pernyataannya tadi merupakan bentuk jawaban atas banyaknya keraguan soal ketegasan dirinya lantaran dia bukan militer dan memiliki tubuh kurus. Meski begitu, pria yang dipasangkan dengan Jusuf Kalla ini memastikan, ketegasan dan risiko yang dia miliki terukur, bukan atas dasar emosi pribadi semata.
Untuk menjaga kedaulatan dan keamanan RI, Jokowi menyadari TNI-Polri harus mendapat anggaran yang memadai. Oleh karenanya, mantan Walikota Solo ini berjanji akan meningkatkan anggaran dan kesejahteraan anggota TNI-Polri, jika dia terpilih menjadi presiden nantinya.
Menurut Jokowi ada 3 hal yang bisa meningkatkan kemampuan pertahanan suatu negara. Yang pertama, penguatan sistem angkatan bersenjata terpadu dan integratif. Kedua, peningkatan alokasi anggaran pertahanan menjadi 1,5% dari Product Domestic Bruto (PBD) dengan catatan pertumbuhan ekonomi negara harus mencapai 7%.
Dan terakhir, menurut Jokowi, kekuatan pokok pertahanan bisa diandalkan di regional Asia. Bila ketiga hal itu terwujud dalam 5 tahun kedepan, dia meyakini Indonesia bisa menjadi kekuatan besar yang disegani dunia internasional.
Pertemuan dihadiri purnawirawan TNI-Polri yang cukup dikenal masyarakat seperti mantan Panglima TNI Wiranto, mantan Kapolri Da’i Bchtiar, tampak pula mantan Ketua BIN Hendropriyono dan mantan Komandan pertama Detasemen 81 (anti teror) Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan. (pra/jpnn)