PERSAHABATAN Ricardo Quaresma dan Cristiano Ronaldo berlangsung sejak 17 tahun silam saat sama-sama berada di akademi sepak bola Sporting Lisbon. Keduanya pun juga menempati posisi yang sama sebagai winger. Keduanya juga diakui sama-sama memiliki talenta yang lebih dibandingkan teman-teman sebaya mereka lainnya saat itu.
Namun belakangan karier Ronaldo jauh lebih bersinar dibandingkan Quaresma. Bukan karena kalah bertalenta dalam hal menggocek si kulit bundar, namun karier Quaresma tenggelam lebih karena sikap Quaresma sendiri yang banyak dibilang orang sebagai trouble maker.
Pelatih Portugal Paulo Bento pun enggan untuk mengambil resiko. Bento lebih memilih tidak memasukkan nama Quaresma dalam skuad yang dibawanya ke piala dunia Brazil kali ini.
Saat Ronaldo mulai mendapatkan berbagai gelar bersama Manchester United di Inggris sejak pertama bergabung pada 2003, Quaresma malah lebih sering berseteru dengan pelatih barunya Frank Rijkaard di tahun pertamanya di Barcelona. Alhasil dia pun hanya bertahan selama semusim di Spanyol.
Di tahun Ronaldo mendapatkan gelar Ballon d”Or pada 2008, di tahun yang sama pula Quaresma malah mendapatkan gelar Bidone d”oro saat bermain untuk Inter Milan. Itu adalah gelar untuk pemain mahal namun minim kontribusi untuk timnya di liga seri A.
Sikap dan kepribadian Quaresma yang dikenal sebagai pemain yang egois, sombong dan temperamental memang sering menguntungkannya di pertandingan. Tapi itu juga sekaligus sering merugikan dirinya sendiri. Apalagi pemain-pemain yang memiliki sifat seperti itu sangat tidak disukai oleh sebagian pelatih yang memiliki sikap mengedepankan nilai moral kepada seluruh anggota tim. Sialnya, Paulo Bento adalah salah satu pelatih yang bertipikal seperti itu.
Dengan skill dan bakat yang dimiliki oleh Quaresma seharusnya dirinya tidak kesulitan untuk menggeser peran dua winger lain Portugal yang dibawa ke Brazil yakni Silvestre Varela dan Vieirinha yang sepanjang ini bermain kurang maksimal bersama tim mereka masing-masing.
Absennya duet dua sahabat Ronaldo dan Ricardo Quaresma yang bisa menyajikan tontonan permainan sepak bola skill tinggi di atas rumput stadion Brazil memang suatu kehilangan besar bagi para pecinta sepak bola. Namun, pilihan Bento sebagai pelatih memang harus tetap dihormati. (irr)