26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Owi-Butet Ketemu Juara Dunia di Final

INCHEON, SUMUTPOS.CO-Ganda campuran terbaik Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir membuka harapan merah putih untuk menambah medali emas di Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan.

Juara dunia 2013 itu melangkah ke final setelah mengandaskan unggulan kedua asal Tiongkok Xu Chen/Ma Jin lewat laga relatif mudah 21-12 dan 21-10 pada semifinal di Gyeyang Gymnasium kemarin (28/9).

Owi/Butet panggilan pasangan ini terlihat sangat percaya diri dan bermain taktis. Mereka tidak membiarkan mantan ganda campuran nomor satu dunia itu bernafas. Power Owi dan kecerdikan Butet membikin Xu/Ma terus tertekan dan akhirnya keok hanya dalam tempo 32 menit.

“Kami nggak mikir poin. Pokoknya terus serang saja. Sebisanya. Saya sendiri nggak ngitung. Eh, tahu-tahu sudah 21 saja,” ucap Owi usai pertandingan.

Butet sependapat dengan Owi.”Kami mainnya agresif dan ngotot dari awal. Maunya sih kalau bisa 21-0. Saat mereka mendapatkan poin pertama pas kita unggul 11-0, rasanya agak sebel. Mereka nggak boleh dibiarkan berkembang soalnya. Nanti bangkit lagi,” tandasnya.

Pada final hari ini, Owi/Butet bakal mendaki gunung yang amat terjal sebelum menggengam medali emas. Juara All-England 2014 itu menantang ganda juara dunia 2014 yang juga juara Olimpiade London 2012 asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Dalam semifinal pertama kemarin, Zhang/Zhao menundukkan pasangan non unggulan asal Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto. Sempat melakukan perlawanan keras pada game pertama, Praveen/Debby akhirnya takluk dengan skor 21-19 dan 21-17 dalam waktu 48 menit.

Owi/Butet tentu saja tidak gentar dan tak takut dengan status Zhang/Zhao. Secara head to head dua pasangan sama-sama kuat. Dalam sepuluh pertemuan, mereka berbagi kemenangan 5-5. Pertemuan terakhir terjadi pada partai final All-England 2014. Ketika itu, Owi/Butet menang meyakinkan 21-13 dan 21-17.

Performa seperti itulah yang ingin mereka ulangi sekali lagi. Intinya adalah kembali bermain lepas, tanpa beban, tetapi juga cerdas dan mampu mengontrol pertandingan.

“Dibandingkan dengan Xu Chen/Ma Jin, Zhang Nan/Zhao Yunlei lebih matang mainnya. Jika Xu Chen/Ma Jin saat ditekan sulit keluar, Zhang Nan/Zhao Yunlei sebaliknya. Pokoknya penampilan kami harus lebih dari hari ini,” ucap Owi, pebulutangkis kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, berusia 27 tahun itu.

“Kami sih nggak boleh puas, harus lebih lebih lagi. Harus siap-siap capek, lebih ngotot. Intinya, kami sudah siap dalam pertandingan besok (hari ini, red),” imbuh Butet.

Sementara itu Praveen/Debby sudah cukup senang dengan pencapaiannya hingga ke semifinal. Mendapatkan perunggu untuk pasangan yang tidak masuk dalam daftar unggulan adalah hasil yang sejatinya sangat baik.

“Kami bisa menerapkan apa yang dilatihan dalam pertandingan. Kami juga tampil lepas dan all-out,” kata Debby. “Kami kira, kami mendapatkan banyak pelajaran dari kekalahan ini. Kami tahu apa yang akan kami mainkan jika ketemu mereka lagi,” imbuh Praveen.

Kontingen Indonesia memang dari awal menargetkan satu emas Asian Games 2014 bisa didapatkan oleh Owi/Butet. “Sedangkan soal Praveen/Debby saya sudah puas dengan pencapaian mereka. Mereka memang saya harapkan menjadi kuda hitam di turnamen ini. Kalau Owi/Butet kan memang ditarget,” ucap Richard Mainaky, pelatih ganda campuran. (bbs/btr)

INCHEON, SUMUTPOS.CO-Ganda campuran terbaik Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir membuka harapan merah putih untuk menambah medali emas di Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan.

Juara dunia 2013 itu melangkah ke final setelah mengandaskan unggulan kedua asal Tiongkok Xu Chen/Ma Jin lewat laga relatif mudah 21-12 dan 21-10 pada semifinal di Gyeyang Gymnasium kemarin (28/9).

Owi/Butet panggilan pasangan ini terlihat sangat percaya diri dan bermain taktis. Mereka tidak membiarkan mantan ganda campuran nomor satu dunia itu bernafas. Power Owi dan kecerdikan Butet membikin Xu/Ma terus tertekan dan akhirnya keok hanya dalam tempo 32 menit.

“Kami nggak mikir poin. Pokoknya terus serang saja. Sebisanya. Saya sendiri nggak ngitung. Eh, tahu-tahu sudah 21 saja,” ucap Owi usai pertandingan.

Butet sependapat dengan Owi.”Kami mainnya agresif dan ngotot dari awal. Maunya sih kalau bisa 21-0. Saat mereka mendapatkan poin pertama pas kita unggul 11-0, rasanya agak sebel. Mereka nggak boleh dibiarkan berkembang soalnya. Nanti bangkit lagi,” tandasnya.

Pada final hari ini, Owi/Butet bakal mendaki gunung yang amat terjal sebelum menggengam medali emas. Juara All-England 2014 itu menantang ganda juara dunia 2014 yang juga juara Olimpiade London 2012 asal Tiongkok, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Dalam semifinal pertama kemarin, Zhang/Zhao menundukkan pasangan non unggulan asal Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto. Sempat melakukan perlawanan keras pada game pertama, Praveen/Debby akhirnya takluk dengan skor 21-19 dan 21-17 dalam waktu 48 menit.

Owi/Butet tentu saja tidak gentar dan tak takut dengan status Zhang/Zhao. Secara head to head dua pasangan sama-sama kuat. Dalam sepuluh pertemuan, mereka berbagi kemenangan 5-5. Pertemuan terakhir terjadi pada partai final All-England 2014. Ketika itu, Owi/Butet menang meyakinkan 21-13 dan 21-17.

Performa seperti itulah yang ingin mereka ulangi sekali lagi. Intinya adalah kembali bermain lepas, tanpa beban, tetapi juga cerdas dan mampu mengontrol pertandingan.

“Dibandingkan dengan Xu Chen/Ma Jin, Zhang Nan/Zhao Yunlei lebih matang mainnya. Jika Xu Chen/Ma Jin saat ditekan sulit keluar, Zhang Nan/Zhao Yunlei sebaliknya. Pokoknya penampilan kami harus lebih dari hari ini,” ucap Owi, pebulutangkis kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, berusia 27 tahun itu.

“Kami sih nggak boleh puas, harus lebih lebih lagi. Harus siap-siap capek, lebih ngotot. Intinya, kami sudah siap dalam pertandingan besok (hari ini, red),” imbuh Butet.

Sementara itu Praveen/Debby sudah cukup senang dengan pencapaiannya hingga ke semifinal. Mendapatkan perunggu untuk pasangan yang tidak masuk dalam daftar unggulan adalah hasil yang sejatinya sangat baik.

“Kami bisa menerapkan apa yang dilatihan dalam pertandingan. Kami juga tampil lepas dan all-out,” kata Debby. “Kami kira, kami mendapatkan banyak pelajaran dari kekalahan ini. Kami tahu apa yang akan kami mainkan jika ketemu mereka lagi,” imbuh Praveen.

Kontingen Indonesia memang dari awal menargetkan satu emas Asian Games 2014 bisa didapatkan oleh Owi/Butet. “Sedangkan soal Praveen/Debby saya sudah puas dengan pencapaian mereka. Mereka memang saya harapkan menjadi kuda hitam di turnamen ini. Kalau Owi/Butet kan memang ditarget,” ucap Richard Mainaky, pelatih ganda campuran. (bbs/btr)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/