JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rencana pemerintah untuk memberlakukan tes computer assisted test (CAT) bagi tenaga kategori dua (K2) dalam rekrutmen CPNS, menimbulkan keresahan di kalangan honorer.
Menurut Ketua Dewan Pembina Forum Honorer Indonesia (FHI) Pusat Hasbi, saat ini tenaga K2 resah dan galau karena trauma pada tes yang lalu. Mereka juga was-was akan gagal dan yang lolos malah honorer bodong.
“Apa bisa dijamin tes nanti akan bebas honorer bodong? Karena dari yang ikut tes pada 2013 itu sudah bercampur bodong dan asli. Kalau sekarang disuruh tes lagi, yang bodong pasti masuk juga,” kata Hasbi kepada JPNN.com, Rabu (18/3).
Lanjutnya, honorer K2 juga pesimis bisa mengerjakan soal di CAT. Selain kesiapan belajar mereka sudah menurun karena faktor usia, juga dihadapkan dengan sistem teknologi CAT.
“Mengisi lembar jawab lomputer (LJK) saja banyak yang salah, apalagi pakai komputer. Ini jadi kendala besar bagi mereka yang tidak terbiasa dengn perangkat komputer khususnya honorer di daerah pedesaan.
“Keseharian honorer yang hanya fokus pada pekerjaan membuat tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi tes. Oleh karena itu FHI meminta MenPAN-RB untuk mengkaji kembali rencana tes dalam mengangkat K2 jadi PNS cukup melalui seleksi administrasi. Kebijakan ini lebih manusiawi dan dapat diterima oleh honorer,” bebernya.(esy/jpnn)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rencana pemerintah untuk memberlakukan tes computer assisted test (CAT) bagi tenaga kategori dua (K2) dalam rekrutmen CPNS, menimbulkan keresahan di kalangan honorer.
Menurut Ketua Dewan Pembina Forum Honorer Indonesia (FHI) Pusat Hasbi, saat ini tenaga K2 resah dan galau karena trauma pada tes yang lalu. Mereka juga was-was akan gagal dan yang lolos malah honorer bodong.
“Apa bisa dijamin tes nanti akan bebas honorer bodong? Karena dari yang ikut tes pada 2013 itu sudah bercampur bodong dan asli. Kalau sekarang disuruh tes lagi, yang bodong pasti masuk juga,” kata Hasbi kepada JPNN.com, Rabu (18/3).
Lanjutnya, honorer K2 juga pesimis bisa mengerjakan soal di CAT. Selain kesiapan belajar mereka sudah menurun karena faktor usia, juga dihadapkan dengan sistem teknologi CAT.
“Mengisi lembar jawab lomputer (LJK) saja banyak yang salah, apalagi pakai komputer. Ini jadi kendala besar bagi mereka yang tidak terbiasa dengn perangkat komputer khususnya honorer di daerah pedesaan.
“Keseharian honorer yang hanya fokus pada pekerjaan membuat tidak ada waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi tes. Oleh karena itu FHI meminta MenPAN-RB untuk mengkaji kembali rencana tes dalam mengangkat K2 jadi PNS cukup melalui seleksi administrasi. Kebijakan ini lebih manusiawi dan dapat diterima oleh honorer,” bebernya.(esy/jpnn)