SIANTAR- Satu hari pasca kebakaran Pasar Parluasan, Senin (28/2) Wali Kota Pematangsiantar, Hulman Sitorus belum berkunjung ke lokasi. Padahal, puluhan pedagang yang kiosnya terbakar ingin mendapat dukungan moral dari orang nomor satu di Pemko Pematangsiantar tersebut.
Beredar informasi, ketidakhadiran Hulman Sitorus dikarenakan ‘takut’ dengan pedagang. Apalagi beredar juga kabar bahwa kebakaran ratusan kios itu, ada indikasi sengaja dibakar.
“Saya no comment lah untuk masalah itu, bapak tahu sendirikan situasinya, tadi malam (Minggu 27/2), mobil pemadam Pemko Pematangsiantar juga dilempari, tidak mungkinlah Wali Kota ke sana. Kita upayakan suasana kondusif dulu,” ungkap Kabag Humas Pemkosiantar, Daniel Siregar Senin (28/2).
Beda halnya dengan Ketua DPRD Kota Siantar Marulitua Hutapea. “Harusnya Wali Kota turun ke sini melihat kondisi masyarakat. Saya sangat menyesalkan sikap pemko yang tidak turun ke Parluasan,” ungkap Marulitua.
Marulitua didampingi beberapa anggota DPRD yang lain melakukan kunjungan ke Pasar Parluasan sekitar pukul 13.00 WIB untuk melihat langsung penderitaan yang dialami masyarakat. “Pemko tidak cepat menanggapi isu yang berkembang, sudah tahu situasi SOS (bahaya, Red) selama dua Minggu ini dengan adanya isu SMS yang ingin membakar Parluasan. Namun tidak juga mereka melakukan koordinasi dengan Muspida yang lain,” sesalnya.
Disebutkan dia, sesudah terjadi kebakaran pun, Pemko Siantar tetap tidak ada melakukan koordinasi dengan unsur Muspida baik Polresta Siantar maupun Kodim.
“Saya juga tidak tahu caranya koordinasi dengan wali kota. Nomor HP pun saya tidak tahu. Saya tadi malam hingga jam tiga dinihari masih d isini, tidak ada saya lihat pejabat Pemko Pematangsiantar yang datang. Untung Brimob bisa mengamankan situasi,” jelasnya di Pasar Parluasan.
Sementara itu, sebelumnya sekitar pukul 11.00 WIB, tiga utusan pedagang dari dua organisasi pedagang di Parluasan yaitu Himpunan Pedagang Pasar Dwikora (HIPPDA) dan Ikatan Pedagang Pasar Dwikora (IPPD) mengadakan pertemuan dengan Wali Kota Siantar di Kantor Wali Kota Jalan Merdeka.
Usai pertemuan H Pangribuan, Sekretaris HIPPDA menuturkan, wali kota juga bingung kenapa bisa terjadi kebakaran di Pasar Parluasan. Ditanya alasan ketidakhadiran wali kota menjumpai pedagang yang tertimpa musibah mulai awal kebakaran hingga Senin sore.
“Mungkin dia (wali kota) takut dimassa, amarah pedagang tinggi sekali tadi malam. Dia kan sudah berjanji tidak ada pembakaran, dan itu dia bersumpah atas nama Tuhan,” jelasnya.
Inti pertemuan itu, para pedagang membersihkan sendiri dagangannya dan pembangunan kios dilakukan secara sendiri-sendiri oleh para pedagang dengan syarat bangunan seragam terbuat dari batu dan atap seng.(ral/smg)
—
Pemulung Panen
Di tengah kebakaran, ratusan pemulung mengais rezeki di Pasar Dwikora Parluasan. Mereka mengumpulkan barang-barang bekas (botot) sisa kebakaran. Mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa sampai orangtua, terlihat ramai di Pasar Dwikora.
Firman S (14) pemulung, mengatakan barang bekas bakaran masih bisa dijadikan uang. Sayang, kalau dibiarkan terbuang begitu saja. Barang pecah belah dan besi, masih bisa dijual ke tukang botot.
“Masih banyak sisa bakaran bisa dijadikan uang. Besi, alumunium, kuningan dan barang pecah belah. Memang kalau bagi pemilik kios, itu tidak ada artinya. Tapi bagi kami, barang bekas ini adalah rezeki,” katanya sembari memasukkan paku ke dalam goninya. Siswa kelas II SMP salah satu swasta di Pematangsiantar ini, mengaku mengumpulkan barang bekas sudah dilakoni sejak SD. Akibatnya Firman sering ketinggalan mata pelajaran. Selain barang bekas, para pemulung dan masyarakat sekitar juga mencari emas, sebab ada beberapa toko mas yang terbakar.
Masyarakat mencari emas dengan cara mendulang. Mereka mengambil abu sisa-sisa bakaran dan meletakkannya di dalam batok kelapa. Selanjutnya sisa bakaran yang bercampur tanah tersebut diayak menggunakan air pipa dari saluran PDAM.(mua/smg)