Bangkai Casa Harus Dipotong-potong
Kondisi Penumpang Tewas Terduduk Dalam Pesawat
BAHOROK-Setelah tiga hari bekerja tim SAR akhirnya berhasil mencapai bangkai pesawat Casa yang jatuh di Gunung Kapur, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sabtu (1/10). Tim evakuasi menemukan 14 penumpang dan 4 kru pesawat dipastikan meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat milik Nusantara Buana Air (NBA) itu.
Informasi terakhir yang dihimpun wartawan Sumut Pos, tim SAR yang berada di lokasi pesawat sudah berhasil mengeluarkan jenazah dari dalam pesawat dan memasukkannya ke kantong mayat. Menteri Perhubungan, Freddy Numberi mengaku, jenazah korban sudah dimasukkan ke dalam kantong mayat oleh tim dan tinggal menunggu cuaca bagus saja untuk dievakuasi.
“16 personel sudah selesai melakukan evakuasi terhadap jenazah korban dan tinggal menunggu cuaca yang cocok untuk mengevakuasi jenazah tersebut,” kata Freddy Numberi.
Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo menyatakan, pihaknya sudah mendapatkan konfirmasi dari personel SAR yang sudah mencapai lokasi. Ada 16 personel yang sudah tiba, dan telah melakukan pengecekan awal terhadap kondisi masing-masing penumpang dan masih ada di tempat duduknya masing-masing saat ditemukan.
“Seluruhnya meninggal dunia,” kata Daryatmo dalam keterangan pers di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Medan, Sabtu (1/10).
Daryatmo mengatakan kecepatan pesawat saat jatuh diperkirakan 130-150 km per jam. Sehingga terbentur keras ke lereng gunung yang menyebabkan korban meninggal dunia. Akibat benturan keras itu, lanjutnya, sayap pesawat patah dan sayap sebelah kanannya menyangkut di sebuah pohon.
“Untuk menuju ke lokasi jatuhnya pesawat harus berhati-hati. Karena, posisi pesawat berada di kemeringan 70 darajat. Sehingga, bisa saja pesawat itu tergelincir ke bawah jurang saat tim melakukan evakuasi,” ucapnya.
Direktur Operasi Basarnas, Marsekal Pertama TNI Sunarbowo Sandi yang ada di posko di Pekan Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat juga mengungkapkan hal yang sama.
“Setelah kita menurunkan anggota ke lokasi jatuhnya pesawat, dikabarkan seluruh penumpang meninggal dunia. Untuk saat itu tim gabungan yang sudah ada di lokasi, sudah berusaha mengeluarkan mereka dan akan dibawa menggunakan helikopter,” ujar Sunarbowo.
Menurut Sunarbowo, seluruh penumpang yang sudah meninggal dunia masih dalam posisi di tempat duduknya masing-masing. “Kalau posisi korban masih pada tempat duduknya masing-masing,” ucap Sunarbowo.
Untuk melakukan evakuasi terhadap korban tim masih terhalang cuaca. “Sekarang ini medannya sangat sulit. “Kesulitan kita saat ini menghadapi kabut, hujan dan bukit yang curam,” cetusnya.
Selain itu, Sunarbowo juga mengakui, evakuasi melalui jalur darat juga sulit sebab posisi pesawat berada di bukit yang terpotong. “Maka tadi kita sarankan untuk menarik seluruh tim yang melakukan penyisiran dari jalur darat. Karena posisi pesawat berada di antara bukit yang terpotong. Jangan nantinya tim SAR jadi di SAR,” kata Sunarbowo.
Mengenai kondisi pesawat, Sunarbowo juga mengatakan bagian depan hancur karena terkena benturan keras. “Untuk mengangkat penumpang yang berada posisi depan, kita harus memotong kursi pesawat,” cetusnya.
Kemarin (1/10), tim evakuasi diberangkatkan menuju lokasi jatuhnya pesawat di daerah Desa Lawe Segalagala, Aceh Tenggara. Tim berangkat dengan menggunakan helikopter Bell jenis HA-5103 dengan copilot Kapten Agus Falah dan kru Lettu CPN Nurianto. Keberangkatan tim ini juga menurunkan sejumlah petugas gabungan untuk melakukan evakuasi yakni Serka Dartono, Jump Master atau pamandu Sertu Adi dari Yonif Raider 100, Serma Riyadi, Pratu Danar W, Sertu Budi K, Pratu A Galingging.
Tim evakuasi juga kedatangan helikopter BE-206 L, yang datang membawa logistik ke posko dan setelah mengirim logistik langsung meninggalkan posko. Sementara, helikopter HA-5103 yang sudah menurunkan tim evakuasi langsung kembali ke posko untuk mengambil logsitik dan menerbangkan lagi tim evakuasi.
Untuk terus melakukan upaya evakuasi terhadap korban, helikopter HA-5103 terus pulang pergi guna menurunkan tim evakuasi. Sehingga, jumlah tim evakuasi di lokasi jatuhnya pesawat mencapai 14 orang.
Di lokasi jatuhnya pesawat, tim evakuasi melakukan pekerjaan masing-masing, di antara tim yang diturunkan, bertugas untuk membuat lokasi dimana helikopter yang akan melakukan evakuasi akan mendarat. Sehingga, tim evakuasi terpaksa membelah hutan dengan menggunakan chainshaw (mesin potong) yang sudah dipersiapkan.
Higga tadi malam belaum satupun jenazah berhasil dieveakuasi. Bahkan tim SAR kembali ditunda karena cuaca di lokasi jatuhnya pesawat berkabut dan hujan. Rencananya evakuasi akan dilanjutkan, Minggu (2/10) hari ini. Pukul 13.00 WIB Kepala Basarnas Daryatmo memberikan keterangan bahwa evakuasi dihentikan dikarena cuaca buruk sehingga evakuasi tidak bisa dilakukan.
“Cuaca lagi buruk, lokasi pesawat ditutupi awan tebal sehingga membuat evakuasi dihentikan, kapan dilakukan evakuasi belum tahu,” ungkapnya.
Diidentifikasi di RSUP H Adam Malik
Daryatmo menjelaskan evakuasi korban akan dilakukan dari lokasi ke Bahorok dan akan dibawa menuju Medan kemudian dilakukan identifikasi di RSUPH Adam Malik.
“Evakuasi akan kita lakukan dari lokasi pesawat jatuh ke Bahorok kemudian kita bawa menuju di Medan,” katanya.
Kepala Kesehatan Posko Bahorok dr Sampe Ginting mengatakan, saat ini tengah dijajaki untuk membawa 18 jenazah melalui jalan darat. “Rencananya, jenazah akan dibawa ke RS Adam Malik melalui jalan darat,” kata Ginting.
Sebanyak 10 unit mobil ambulans juga sudah disiagakan di Hanggar TNI-AU Medan. “Saat ini kita masih menunggu Kepala Basarnas apakah dibawa ke Lanud terlebih dahulu atau dari Bahorok langsung ke RSUP H Adam Malik,” ucap Sugiyanto, petugas Basarnas.
Pihaknya sudah menyiapkan 10 unit ambulans masing-masing 5 unit di Lanud dan 5 unit disiagakan di luar Lanud.
Sementara Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Raden Heru Prakoso mengatakan proses evakuasi korban pesawat jatuh di Bahorok akan diterbangkan langsung ke RSUP H Adam Malik Medan.
“Nanti jenazah diangkut satu per satu dengan helikopter, selanjutnya dibawa ke posko kesehatan di Bahorok. Setelah itu jenazah kemudian langsung ke RSUP H Adam Malik. Jadi tidak mendarat lagi di Bandara Polonia,” cetus Heru.
Pesawat Tak Pakai Instrumen
Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengaku selain karena cuaca buruk, faktor yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat karena pesawat tidak pakai instrumen hanya visual. “Pesawat terbang dengan visual sehingga untuk menghindari awan pilot mencari-cari rute sendiri. Nah, saat pesawat melewati kawasan itu terjadi turbulensi. Ini analisis mudah-mudahan dari KNKT lebih lengkap,” katanya.
Kemarin (1/10), tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah tiba di Medan untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. Tim KNKT yang berjumlah 12 orang terdiri dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan Departemen Perhubungan tersebut tiba Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) di Bandara Polonia Medan, Sabtu (1/10) pagi.
Ketua Sub Komite Udara KNKT, Masruri belum mendapatkan data terkait kemungkinan penyebab kecelakaan. Direncanakan, tim KNKT akan segera ke lokasi dan akan menyelidiki.
“Hari ini (Minggu) rencananya kita akan ke lokasi jika memang kondisi cuaca sudah bagus. Namun sejauh ini cuaca belum bagus dan masih buruk,” katanya. (dan/jon/mag-7)