32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Siborongborong Siap Menjadi Pusat Perkantoran Protap

Sumutpos.co- Warga perantauan mendukung penuh rencana pembahasan lagi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap). Roder Nababan misalnya. Pengacara asal Taput yang sudah lama berkiprah di Jakarta itu menilai, untuk mengejar ketertinggalan pembangunan, memang kawasan Tapanuli harus menjadi provinsi tersendiri. Jika tidak, maka kondisi infrastruktur akan terus seperti saat ini. Dengan nantinya menjadi provinsi sendiri, lanjutnya, maka mau tidak mau pembangunan infrastuktur harus digenjot.

Keberadaan Bandara Silangit, menurut Roder, sudah bisa menjadi modal awal bagi terbentuknya Protap. “Sudah ada Bandara Silangit yang telah dikembangkan. Sudah cocok itu jika ibukota Protap nanti di Siborongborong,” ujar Roder kepada koran ini di Jakarta, kemarin (1/11).

Pengacara yang belakangan ini sibuk menjadi kuasa hukum salah satu pasangan calon Bupati Taput, di persidangan di MK, itu mengatakan, Siborongborong juga siap menjadi pusat pemerintahan provinsi.  “Karena area di Siborongborong itu luas, cukup untuk menampung kantor-kantor pemerintahan provinsi,” ujar dia.

Terlepas dari hal itu, Roder juga mengingatkan mengenai pentingnya kesiapan masyarakat. Tanpa kesiapan masyarakat, kata dia, Protap nanti akan sulit berkembang. Dia memberi contoh. Industri wisata, di mana pun, selalu menjadi primadona karena dampaknya cukup bagus bagi perekonomian daerah dan imbasnya bisa langsung dirasakan rakyat.

Sementara, menurutnya, selama ini masyarakat Tapanuli kurang ramah terhadap wisatawan.  “Cobalah belanja di Parapatan, harganya bisa empat kali lipat. Ini yang bikin malas wisatawan datang ke Danau Toba, serba mahal,” cetus dia. Roder membandingkan dengan masyarakat Bali. Pria yang mengaku sering ke Bali itu menceritakan, dirinya pernah bertanya ke wisatawan asing saat berada di Bali, mengenai apa sebenarnya yang menjadi daya tarik Bali.

“Si bule bilang, bukan alamnya karena pantainya juga biasa-biasa saja. Yang menarik adalah masyarakatnya, yang ramah terhadap wisatawan. Juga mengenai tradisi Bali yang terus terjaga. Jadi bukan alamnya,” ujar Roder.

Karenanya, Roder mengingatkan, agar wisata Danau Toba bisa cepat berkembang dan menjadi andalan Protap, maka masyarakat setempat harus mau berubah. Termasuk, konsisten menjaga budaya tradisional. “Jangan malah pakai batik. Harus dibiasakan pakai bagor, baju gorga. Seperti itu yang menarik wisatawan, ada ciri khas daerah,” saran dia.

Termasuk, soal kuliner. “Ini kita makan bakso di Danau Toba, bakso Ojolali, bakso Jawa. Mestinya makanan khas Batak, naniura,” pungkasnya. (sam)

Sumutpos.co- Warga perantauan mendukung penuh rencana pembahasan lagi Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap). Roder Nababan misalnya. Pengacara asal Taput yang sudah lama berkiprah di Jakarta itu menilai, untuk mengejar ketertinggalan pembangunan, memang kawasan Tapanuli harus menjadi provinsi tersendiri. Jika tidak, maka kondisi infrastruktur akan terus seperti saat ini. Dengan nantinya menjadi provinsi sendiri, lanjutnya, maka mau tidak mau pembangunan infrastuktur harus digenjot.

Keberadaan Bandara Silangit, menurut Roder, sudah bisa menjadi modal awal bagi terbentuknya Protap. “Sudah ada Bandara Silangit yang telah dikembangkan. Sudah cocok itu jika ibukota Protap nanti di Siborongborong,” ujar Roder kepada koran ini di Jakarta, kemarin (1/11).

Pengacara yang belakangan ini sibuk menjadi kuasa hukum salah satu pasangan calon Bupati Taput, di persidangan di MK, itu mengatakan, Siborongborong juga siap menjadi pusat pemerintahan provinsi.  “Karena area di Siborongborong itu luas, cukup untuk menampung kantor-kantor pemerintahan provinsi,” ujar dia.

Terlepas dari hal itu, Roder juga mengingatkan mengenai pentingnya kesiapan masyarakat. Tanpa kesiapan masyarakat, kata dia, Protap nanti akan sulit berkembang. Dia memberi contoh. Industri wisata, di mana pun, selalu menjadi primadona karena dampaknya cukup bagus bagi perekonomian daerah dan imbasnya bisa langsung dirasakan rakyat.

Sementara, menurutnya, selama ini masyarakat Tapanuli kurang ramah terhadap wisatawan.  “Cobalah belanja di Parapatan, harganya bisa empat kali lipat. Ini yang bikin malas wisatawan datang ke Danau Toba, serba mahal,” cetus dia. Roder membandingkan dengan masyarakat Bali. Pria yang mengaku sering ke Bali itu menceritakan, dirinya pernah bertanya ke wisatawan asing saat berada di Bali, mengenai apa sebenarnya yang menjadi daya tarik Bali.

“Si bule bilang, bukan alamnya karena pantainya juga biasa-biasa saja. Yang menarik adalah masyarakatnya, yang ramah terhadap wisatawan. Juga mengenai tradisi Bali yang terus terjaga. Jadi bukan alamnya,” ujar Roder.

Karenanya, Roder mengingatkan, agar wisata Danau Toba bisa cepat berkembang dan menjadi andalan Protap, maka masyarakat setempat harus mau berubah. Termasuk, konsisten menjaga budaya tradisional. “Jangan malah pakai batik. Harus dibiasakan pakai bagor, baju gorga. Seperti itu yang menarik wisatawan, ada ciri khas daerah,” saran dia.

Termasuk, soal kuliner. “Ini kita makan bakso di Danau Toba, bakso Ojolali, bakso Jawa. Mestinya makanan khas Batak, naniura,” pungkasnya. (sam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/