25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Tewas Setelah Menolong Paman Kebanjiran

Lima Jenazah Korban Bencana Nias Selatan Ditemukan

TELUK DALAM- Akhirnya Adrian Hulu (23), seorang mahasiswa, ditemukan tak bernyawa. Sebelumnya, diketahui Adrian hanyut saat melintas di atas jembatan di Desa Siofa Banua Kecamatan Mazo, Nias Selatan, Rabu malam.

Ya, pagi kemarin tim Basarnas bersama keluarga bergerak mencari korban yang terhanyut bersama sepeda motor yang ia tumpangi. “Kemarin siang, ia datang menolong pamannya yang menjadi korban banjir, malam setelah selesai ia bermaksud pulang,” ujar Telo Telaumbanua, salah seorang rekan korban, kepada media di lokasi pencarian.

Selain Adrian pihak terkait juga telah menemukan empat korban lainnya. Meski begitu, hingga tadi malam jumlah korban akibat longsor dan banjir di Nias Selatan, Sumatera Utara, memang masih simpang siur. Namun, sampai sejauh ini sebanyak lima orang dalam kondisi meninggal dunia telah ditemukan.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Syamsul Maarif, saat ditemui Sumut Pos di VIP Room Bandara Polonia Medan, Kamis (1/12) siang, korban tewas dalam musibah longsor di Kampung Barije, Desa Hilimbaruzo, Kecamatan Mazo berjumlah tujuh orang. Dari ketujuh yang tewas, lima di antaranya tewas tertimbun longsor dan dua lainnya hanyut di sungai saat melintas. Sementara 30 orang lagi masih dalam pencarian petugas SAR.
“Korban yang meninggal akibat longsor di Nias Selatan ada tujuh orang, 30 orang yang hilang masih dalam pencarian tim yang ada di lapangan. Kita sudah berkoordinasi dengan semua pihak dalam hal ini termasuk itu dari TNI/POLRI dan lain-lainnya,” katanya.

Sementara, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso melalui selularnya, kemarin sore, mengatakan korban tewas di Kampung Barije empat jiwa dan luka-luka satu orang. “Di sini korban meninggal dunia empat orang, satu orang luka-luka. Kerugian material satu unit rumah penduduk, kurang lebih sekitar Rp85 juta,” kata Heru.
Kemudian,  pada hari yang sama, sekitar pukul 18.30 WIB jembatan di Desa Siofa Banua, Kecamatan Mazo, putus. Pada kejadian ini, lanjut Heru, korban meninggal dunia akibat hanyut ditemukan satu orang. “Kerugian materialnya kurang lebih Rp500 juta,” ujarnya.

Selanjutnya sekitar pukul 19.00 WIB terjadi lagi bencana susulan ketiga, yakni tanah longsor di Desa Lawa-lawa Luo, Kecamatan Gomo. “Tapi pada kejadian ini korban nihil. Kerugian material juga nihil,” sebut Heru.
Sementara itu, mengingat lokasi yang sulit ditembus, Syamsul Maarif, mengatakan akan mengirimkan bantuan logistik kepada korban melalui jalur udara. “Proses evakuasi masih terus diupayakan, seperti pembangunan jembatan darurat di sungai menuju lokasi bencana. Tim telah mengirimkan sejumlah bantuan logistik dengan menggunakan jalur udara karena akses ke lokasi terputus. Tidak hanya itu, komunikasi juga terputus ke daerah lokasi bencana,” katanya.
Ya, saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan yang hidup. Karena masyarakat Kampung Barije  sangat membutuhkan makanan, tenda dan dapur umum. “Saat ini kebutuhan mendesak untuk masyarakat adalah makanan, tenda dan pembuatan dapur umum,” kata Harefa seorang warga, kemarin.

Selain itu dibutuhkan pula kantong mayat untuk mengangkut mayat-mayat yang ditemukan di dalam timbunan longsor. Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi, mengatakan pihaknya mengalami kendala dalam menyalurkan distribusi bantuan kepada warga karena lokasi bencana yang berjarak sekitar 40 km dari Teluk Dalam, ibu kota Kabupaten Nias Selatan. Selain itu lokasi berada di kawasan perbukitan dengan medan yang cukup terjal dan hujan deras mengguyur kawasan tersebut.  (net/jon/ala/smg)

Lima Jenazah Korban Bencana Nias Selatan Ditemukan

TELUK DALAM- Akhirnya Adrian Hulu (23), seorang mahasiswa, ditemukan tak bernyawa. Sebelumnya, diketahui Adrian hanyut saat melintas di atas jembatan di Desa Siofa Banua Kecamatan Mazo, Nias Selatan, Rabu malam.

Ya, pagi kemarin tim Basarnas bersama keluarga bergerak mencari korban yang terhanyut bersama sepeda motor yang ia tumpangi. “Kemarin siang, ia datang menolong pamannya yang menjadi korban banjir, malam setelah selesai ia bermaksud pulang,” ujar Telo Telaumbanua, salah seorang rekan korban, kepada media di lokasi pencarian.

Selain Adrian pihak terkait juga telah menemukan empat korban lainnya. Meski begitu, hingga tadi malam jumlah korban akibat longsor dan banjir di Nias Selatan, Sumatera Utara, memang masih simpang siur. Namun, sampai sejauh ini sebanyak lima orang dalam kondisi meninggal dunia telah ditemukan.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat, Syamsul Maarif, saat ditemui Sumut Pos di VIP Room Bandara Polonia Medan, Kamis (1/12) siang, korban tewas dalam musibah longsor di Kampung Barije, Desa Hilimbaruzo, Kecamatan Mazo berjumlah tujuh orang. Dari ketujuh yang tewas, lima di antaranya tewas tertimbun longsor dan dua lainnya hanyut di sungai saat melintas. Sementara 30 orang lagi masih dalam pencarian petugas SAR.
“Korban yang meninggal akibat longsor di Nias Selatan ada tujuh orang, 30 orang yang hilang masih dalam pencarian tim yang ada di lapangan. Kita sudah berkoordinasi dengan semua pihak dalam hal ini termasuk itu dari TNI/POLRI dan lain-lainnya,” katanya.

Sementara, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso melalui selularnya, kemarin sore, mengatakan korban tewas di Kampung Barije empat jiwa dan luka-luka satu orang. “Di sini korban meninggal dunia empat orang, satu orang luka-luka. Kerugian material satu unit rumah penduduk, kurang lebih sekitar Rp85 juta,” kata Heru.
Kemudian,  pada hari yang sama, sekitar pukul 18.30 WIB jembatan di Desa Siofa Banua, Kecamatan Mazo, putus. Pada kejadian ini, lanjut Heru, korban meninggal dunia akibat hanyut ditemukan satu orang. “Kerugian materialnya kurang lebih Rp500 juta,” ujarnya.

Selanjutnya sekitar pukul 19.00 WIB terjadi lagi bencana susulan ketiga, yakni tanah longsor di Desa Lawa-lawa Luo, Kecamatan Gomo. “Tapi pada kejadian ini korban nihil. Kerugian material juga nihil,” sebut Heru.
Sementara itu, mengingat lokasi yang sulit ditembus, Syamsul Maarif, mengatakan akan mengirimkan bantuan logistik kepada korban melalui jalur udara. “Proses evakuasi masih terus diupayakan, seperti pembangunan jembatan darurat di sungai menuju lokasi bencana. Tim telah mengirimkan sejumlah bantuan logistik dengan menggunakan jalur udara karena akses ke lokasi terputus. Tidak hanya itu, komunikasi juga terputus ke daerah lokasi bencana,” katanya.
Ya, saat ini yang terpenting adalah menyelamatkan yang hidup. Karena masyarakat Kampung Barije  sangat membutuhkan makanan, tenda dan dapur umum. “Saat ini kebutuhan mendesak untuk masyarakat adalah makanan, tenda dan pembuatan dapur umum,” kata Harefa seorang warga, kemarin.

Selain itu dibutuhkan pula kantong mayat untuk mengangkut mayat-mayat yang ditemukan di dalam timbunan longsor. Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi, mengatakan pihaknya mengalami kendala dalam menyalurkan distribusi bantuan kepada warga karena lokasi bencana yang berjarak sekitar 40 km dari Teluk Dalam, ibu kota Kabupaten Nias Selatan. Selain itu lokasi berada di kawasan perbukitan dengan medan yang cukup terjal dan hujan deras mengguyur kawasan tersebut.  (net/jon/ala/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/