26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tim Evakuasi Balik Kandang

Laporan:
Parlindungan Harahap

Mendadak tim evakuasi berbalik. Niat mengevakuasi mayat-mayat yang masih tertinggal di Desa Sukameriah gagal total. Tim gabungan itu kembali karena Sinabung bolak-balik erupsi. Diduga mayat masih ada di lokasi dan bisa makin sulit ditemukan karena debu vulkanik terus menghujani desa tersebut.

SAKSI BISU: Sejumlah pemakam umum tertutup debu vulkanik di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Minggu (2/2). Beberapa korban tewas dikabarkan sedang berziarah di makam yang ada di desa tersebut.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
SAKSI BISU: Sejumlah pemakam umum tertutup debu vulkanik di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Minggu (2/2). Beberapa korban tewas dikabarkan sedang berziarah di makam yang ada di desa tersebut.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kemarin, tim Evakuasi yang tergabung dari Basarnas, PMI, Satpol PP, Polisi, dan TNI yang sempat menempuh perjalanan hingga ke perbatasan Desa Gurukinayan dan Desa Sukameriah, terpaksa kembali ke Pos Aju yang didirikan di Simpang Gurki, Desa Payung Kecamatan Payung, sekira pukul 11.45 WIB.  “Saya juga sudah ikut langsung ke lokasi yang disebut terdapatnya jenazah korban awan panas tersebut. Saya lihat, gemuruh gunung dan erupsi masih terus terjadi. Oleh karena itu, kita memperhitungkan faktor keselamatan, “ ungkap Danyon 125 Simbisa, Mayor CH Sagala.

Lebih lanjut, dikatakan Mayor CH Sagala kalau pihaknya akan kembali melanjutkan upaya evakuasi, setelah situasi mendukung. Namun, untuk lanjutan upaya evakuasi itu, disebutnya akan dilakukan oleh tim yang jumlahnya sudah disusutkan. Hal itu, dikatakannya guna memaksimalkan upaya evakuasi tersebut.

“Situasi di sana sangat mencekam. Tidak ada penguhinya dan hanya hamparan tanah tandus dengan pohon-pohon yang sudah mati saja. Terlebih, debu di sana sangat tebal, sehingga membuat kita sulit bernapas,” ungkap salah seorang anggota tim evakuasi, sepulang dari lokasi evakuasi, saat ditemui Sumut Pos.

Tim evakuasi memprediksi masih ada sejumlah korban di Sukameriah. Sebab, jumlah korban yang ditemukan tidak sebanding dengan temuan 16 motor di desa tersebut. Belum bisa dipastikan berapa jumlah korban yang masih berada di Sukameriah.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif menegaskan pihaknya harus menghentikan pencarian dan evakuasi demi mengurangi dampak resiko lebih berat lagi. “Kita putuskan untuk melanjutkannya esok hari (hari ini, Red),” ujar Maarif di Desa Gurukinayan.

Tetapi itupun, terangnya, masih harus berhadapan dengan kondisi resmi Sinabung yang dikeluarkan oleh Badan Geologi. Karena sekali lagi, dalam menghadapi bencana tentu harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap operasi atau. Pernyataan Maarif seperti menahan keinginan keluarga korban yang masih harap-harap cemas bagaimana kondisi korban tewas yang masih berada di lokasi, seperti aktivis GMKI yang kemungkinan tersisa di Desa Sukameriah atau orang lain.

Apalagi jika menilik informasi yang diberikan oleh para relawan yang sehari sebelumnya ikut terlibat dalam evakuasi 14 korban. Sebagaimana diungkap Bali Ukur Ginting, penduduk Kabanjahe kepada Posmetro Karo (grup Sumut Pos), dia dan relawan sebetulnya dapat saja mengevakuasi korban lain. Tetapi karena sewaktu akan melangsungkannya Sinabung kembali erupsi disertai awan panas, hal itu urung dilaksanakan. “Masih ada yang tertinggal, itu pasti. Namun tentu sekarang akan lebih sulit menemukannya karena diperkirakan tertimbun material gunung yang keluar sepanjang malam,” terang pria yang juga menjabat Ketua DPD KNPI Karo ini.

Bali Ukur Ginting menyebut kalau hingga terakhir, Minggu (3/2) aroma tak sedap telah tercium di sekitar lokasi. Selain berasal dari korban, bangkai-bangkai hewan juga dimungkinkan banyak berada di sana. Tetapi, lagi-lagi ini tidak semudah yang dibayangkan mengerjakannya karena jasad korban di Sukameriah tersamarkan karena tertimbun debu vulkanik. Dari keterangan Komandan Satgas Penanganan Erupsi Gunung Api Sinabung, Letkol Kav Asep Sukarna, tim evakuasi yang berjumlah 170 orang di hari kedua pelaksanaan operasi mulai pukul 08.00-12.30 WIB telah melakukan penyisiran di sekitar areal temuan korban awan panas Sinabung. Selain tim evakuasi, disiapkan pula tujuh truk, dua hagglund (kendaraan taktis mirip tank) brimob, empat ambulans, dan 10 kendaraan dinas. Namun, Tim SAR yang dilengkapi peralatan tambahan semisal kenderaan peretas dan alat komunikasi lapangan tidak dapat berbuat banyak akibat aktivitas gunung yang terus mengeluarkan material hingga sampai mengganggu jarak pandang di batas 5 meter.

“Evakuasi tidak bisa ditersukan karena jarak pandang yang cukup terbatas. Kami juga tidak melihat tanda-tanda titik mayat yang dicari. Sesuai petunjuk tadi kita akan lanjutkan esok (hari ini, Red), mudah-mudahan semua berjalan secara normal,” papar Sukarna.

Maarif menambhakan, pihaknya sangat berharap agar Tim Tanggap Darurat Erupsi Sinabung lebih memperketat secara fisik larangan memasuki zona merah yang berada di radius 3-5 km. Menurut data BNPB, hingga kemarin terdata 15 korban jiwa. Korban terakhir diketahui sebagai Surya Ganca Sembiring (25) warga jalan Sudirman Kabanjahe yang sebelumnya sempat dirawat di  sekitar RS Efarina Etaham. Data ini juga memastikan kalau Doni Sembiring (60), warga Desa Suka Meriah Kecamatan Payung yang sempat disebut meninggal dunia masih hidup.

Kasubid Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur Badan Geologi, Kristianto yang juga sempat diwawancarai Sumut Pos mengatakan kalau pihaknya masih mempertahankan rekomendasi aman pada radius 5 kilometer. Dikatakannya, dalam erupsi gunung sinabung tersebut, material dari dalam gunung sudah semakin berkeluaran. Namun, untuk kebesarannya, disebut Kristianto masih diperkirakan.

“Ini emergency karena memasuki zona terlarang. Untuk itu, personil, dan waktu harus menjadi perhatian kita dalam evakuasi ini. Jangan sampai banyak yang masuk. Sampai saat ini, status gunung sinabung masih kita tetapkan status awas, “ ungkapnya singkat. (nng/smg/gir/rbb)

Laporan:
Parlindungan Harahap

Mendadak tim evakuasi berbalik. Niat mengevakuasi mayat-mayat yang masih tertinggal di Desa Sukameriah gagal total. Tim gabungan itu kembali karena Sinabung bolak-balik erupsi. Diduga mayat masih ada di lokasi dan bisa makin sulit ditemukan karena debu vulkanik terus menghujani desa tersebut.

SAKSI BISU: Sejumlah pemakam umum tertutup debu vulkanik di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Minggu (2/2). Beberapa korban tewas dikabarkan sedang berziarah di makam yang ada di desa tersebut.//AMINOER RASYID/SUMUT POS
SAKSI BISU: Sejumlah pemakam umum tertutup debu vulkanik di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Minggu (2/2). Beberapa korban tewas dikabarkan sedang berziarah di makam yang ada di desa tersebut.//AMINOER RASYID/SUMUT POS

Kemarin, tim Evakuasi yang tergabung dari Basarnas, PMI, Satpol PP, Polisi, dan TNI yang sempat menempuh perjalanan hingga ke perbatasan Desa Gurukinayan dan Desa Sukameriah, terpaksa kembali ke Pos Aju yang didirikan di Simpang Gurki, Desa Payung Kecamatan Payung, sekira pukul 11.45 WIB.  “Saya juga sudah ikut langsung ke lokasi yang disebut terdapatnya jenazah korban awan panas tersebut. Saya lihat, gemuruh gunung dan erupsi masih terus terjadi. Oleh karena itu, kita memperhitungkan faktor keselamatan, “ ungkap Danyon 125 Simbisa, Mayor CH Sagala.

Lebih lanjut, dikatakan Mayor CH Sagala kalau pihaknya akan kembali melanjutkan upaya evakuasi, setelah situasi mendukung. Namun, untuk lanjutan upaya evakuasi itu, disebutnya akan dilakukan oleh tim yang jumlahnya sudah disusutkan. Hal itu, dikatakannya guna memaksimalkan upaya evakuasi tersebut.

“Situasi di sana sangat mencekam. Tidak ada penguhinya dan hanya hamparan tanah tandus dengan pohon-pohon yang sudah mati saja. Terlebih, debu di sana sangat tebal, sehingga membuat kita sulit bernapas,” ungkap salah seorang anggota tim evakuasi, sepulang dari lokasi evakuasi, saat ditemui Sumut Pos.

Tim evakuasi memprediksi masih ada sejumlah korban di Sukameriah. Sebab, jumlah korban yang ditemukan tidak sebanding dengan temuan 16 motor di desa tersebut. Belum bisa dipastikan berapa jumlah korban yang masih berada di Sukameriah.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif menegaskan pihaknya harus menghentikan pencarian dan evakuasi demi mengurangi dampak resiko lebih berat lagi. “Kita putuskan untuk melanjutkannya esok hari (hari ini, Red),” ujar Maarif di Desa Gurukinayan.

Tetapi itupun, terangnya, masih harus berhadapan dengan kondisi resmi Sinabung yang dikeluarkan oleh Badan Geologi. Karena sekali lagi, dalam menghadapi bencana tentu harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap operasi atau. Pernyataan Maarif seperti menahan keinginan keluarga korban yang masih harap-harap cemas bagaimana kondisi korban tewas yang masih berada di lokasi, seperti aktivis GMKI yang kemungkinan tersisa di Desa Sukameriah atau orang lain.

Apalagi jika menilik informasi yang diberikan oleh para relawan yang sehari sebelumnya ikut terlibat dalam evakuasi 14 korban. Sebagaimana diungkap Bali Ukur Ginting, penduduk Kabanjahe kepada Posmetro Karo (grup Sumut Pos), dia dan relawan sebetulnya dapat saja mengevakuasi korban lain. Tetapi karena sewaktu akan melangsungkannya Sinabung kembali erupsi disertai awan panas, hal itu urung dilaksanakan. “Masih ada yang tertinggal, itu pasti. Namun tentu sekarang akan lebih sulit menemukannya karena diperkirakan tertimbun material gunung yang keluar sepanjang malam,” terang pria yang juga menjabat Ketua DPD KNPI Karo ini.

Bali Ukur Ginting menyebut kalau hingga terakhir, Minggu (3/2) aroma tak sedap telah tercium di sekitar lokasi. Selain berasal dari korban, bangkai-bangkai hewan juga dimungkinkan banyak berada di sana. Tetapi, lagi-lagi ini tidak semudah yang dibayangkan mengerjakannya karena jasad korban di Sukameriah tersamarkan karena tertimbun debu vulkanik. Dari keterangan Komandan Satgas Penanganan Erupsi Gunung Api Sinabung, Letkol Kav Asep Sukarna, tim evakuasi yang berjumlah 170 orang di hari kedua pelaksanaan operasi mulai pukul 08.00-12.30 WIB telah melakukan penyisiran di sekitar areal temuan korban awan panas Sinabung. Selain tim evakuasi, disiapkan pula tujuh truk, dua hagglund (kendaraan taktis mirip tank) brimob, empat ambulans, dan 10 kendaraan dinas. Namun, Tim SAR yang dilengkapi peralatan tambahan semisal kenderaan peretas dan alat komunikasi lapangan tidak dapat berbuat banyak akibat aktivitas gunung yang terus mengeluarkan material hingga sampai mengganggu jarak pandang di batas 5 meter.

“Evakuasi tidak bisa ditersukan karena jarak pandang yang cukup terbatas. Kami juga tidak melihat tanda-tanda titik mayat yang dicari. Sesuai petunjuk tadi kita akan lanjutkan esok (hari ini, Red), mudah-mudahan semua berjalan secara normal,” papar Sukarna.

Maarif menambhakan, pihaknya sangat berharap agar Tim Tanggap Darurat Erupsi Sinabung lebih memperketat secara fisik larangan memasuki zona merah yang berada di radius 3-5 km. Menurut data BNPB, hingga kemarin terdata 15 korban jiwa. Korban terakhir diketahui sebagai Surya Ganca Sembiring (25) warga jalan Sudirman Kabanjahe yang sebelumnya sempat dirawat di  sekitar RS Efarina Etaham. Data ini juga memastikan kalau Doni Sembiring (60), warga Desa Suka Meriah Kecamatan Payung yang sempat disebut meninggal dunia masih hidup.

Kasubid Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur Badan Geologi, Kristianto yang juga sempat diwawancarai Sumut Pos mengatakan kalau pihaknya masih mempertahankan rekomendasi aman pada radius 5 kilometer. Dikatakannya, dalam erupsi gunung sinabung tersebut, material dari dalam gunung sudah semakin berkeluaran. Namun, untuk kebesarannya, disebut Kristianto masih diperkirakan.

“Ini emergency karena memasuki zona terlarang. Untuk itu, personil, dan waktu harus menjadi perhatian kita dalam evakuasi ini. Jangan sampai banyak yang masuk. Sampai saat ini, status gunung sinabung masih kita tetapkan status awas, “ ungkapnya singkat. (nng/smg/gir/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/