25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Viral Video Imam Perempuan di Langkat, MUI Dalami Ajarannya

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Beredar dan viral di media sosial (medsos) video yang menampilkan seorang perempuan jadi imam salat dengan makmum pria. Terungkap video tersebut terjadi di Padepokan Sendang Sejagat, Desa Hinai Kiri, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Sontak hal ini menggegerkan masyarakat dan menyita perhatian Polres Langkat, hingga jajaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Karena itu, MUI Kabupaten Langkat melakukan pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Se­jagat, Minggu (2/7).

Menurut Ketua MUI Kabupaten Langkat, Zulkifli Ahmad Dian, pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat atas nama Sunaryo alias Mas Karyo, guna di­mintai keterangan lebih lanjut, terkait aktivitas mereka di sana. Ini dilakukan buntut video yang beredar, viral di jagad dunia maya. Ditambah lagi, video tersebut telah membuat resah masyarakat.

“Kami dapat berita pada Jumat (30/6) lalu. Saya bersama kawan-kawan MUI Langkat berkoordinasi dengan pihak terkait, dan pengurus MUI kecamatan serta camat, polsek, babinsa, karena kejadiannya di Secanggang. Dan kami sudah mendatangi tempat mereka membuat kegiatan,” ungkap Zulkifli.

Zulkifli juga mengatakan, ketera­ngan juga diambil untuk mendalami terkait jumlah pengikut padepokan tersebut. Termasuk proses pembuatan video menjadi konten mereka di YouTube.

“Pengikutnya, masih didalami. Kalau yang kami lihat, dalam petikan hasil keterangan mereka, ada sekitar 5 sampai 10 orang. Tapi kami belum tahu persis jumlahnya. Hari ini (kemarin, red) kami mintai keterangan dan mendalami,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan mendalami asal-usul dana mereka, dari mana memproduksi konten video tersebut, hingga melakukan aktivitas yang lain.

“Sesungguhnya, kami akan me­mintai keterangan, berapa orang jum­lah mereka? Lalu, kegiatan apa saja yang dibuat, apakah ada penyan­dang dana yang memberikan dana tertentu, juga didalami,” tutur Zulkifli.

Pengambilan keterangan ini tidak lepas dari antisipasi terjadinya ajaran sesat hingga ancaman lain untuk Indonesia. Seperti aksi terorisme dan radikalisme.

“Kami takut juga, ada semacam penyesatan terhadap agama Islam. Kami juga khawatir, takut juga se­macam ancaman terhadap negara dengan kedok seperti ini. Juga dikhawatirkan di dalamnya ada teroris, radikal, dan sebagainya. Perlu disi­kapi dengan sesegera mungkin,” kata Zulkifli lagi.

MUI Kabupaten Langkat pun memastikan, Pondok Pesantren Al-Khafiyah tidak ada di Bumi Bertuah.

“Pesantren Al-Khafiyah itu, tidak ada. Itu hanya sekadar cerita. Dalam konten YouTube mereka buat berseri dan bersambung,” bebernya.

MUI Kabupaten Langkat yang mendalami hal ini, juga menjelaskan, Padepokan Sendang Sejagat tidak menjalankan aktivitas pendidikan formal pada umumnya.

“Kalau padepokan atau berupa pendidikan, pendidikan apa? Kuri­kulum apa yang mereka laksanakan? Seperti apa pengajaran yang mereka buat? Tapi, info yang kami dapatkan, mereka tidak melakukan pendidikan formal seperti sekolah. Kegiatannya hanya berupa pengajian ibu-ibu, seperti majelis taklim pada umum­nya,” ujar Zulkifli.

Dalam waktu dekat, MUI Kabupa­ten Langkat akan membuat rekomendasi kepada aparat kepolisian terkait hal ini. Apakah tetap berlanjut atau ditutup saja padepokan ter­sebut.

“Kalau memang kami anggap itu menyimpang dan semacam ada ajaran keliru atau sesat, kami akan ber­koordinasi dengan pihak terkait. Kalau perlu, dengan Polres Langkat. Kami akan membuat rekomendasi, kalau pengajian itu harus ditutup. Tapi itu belum, masih wacana dan diproses,” jelas Zulkifli.

Terpisah, Sumut Pos menerima vi­deo klarifikasi dari Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat, Sunaryo alias Mas Karyo. Dia mengungkapkan, video tersebut, merupakan hiburan atau sekadar konten berupa film pen­dek di YouTube dengan judul ‘Pesan­tren Sesat Dapat Menghapus Dosa’.

“Dalam kesempatan ini, saya disaksikan oleh pihak-pihak terkait, ada bapak Kapolsek, bapak Koramil, bapak camat, bapak Ketua MUI. Di sini saya klarifikasi terkait video yang viral, konten video yang kami buat ter­sebut telah dipotong-potong,” jelas Su­naryo pada video klarifikasi tersebut.

Menurut Sunaryo, konten dimaksud untuk memberi edukasi kepada masyarakat luas, agar tidak terpe­ngaruh dengan mengatasnamakan agama. Dalam video itu, lanjutnya, menggambarkan seorang guru pondok pesantren (ponpes) menjanjikan dapat menghapus dosa pengi­kutnya dengan membayar uang sebesar Rp50 juta.

“Video yang aslinya, ada di channel kami. Kami sengaja, buat untuk perfilman seperti sinetron berseri. Nah apa yang kami buat itu, sebagai contoh bagi umat Islam, jangan terpengaruh dengan ponpes, ataupun kata-kata Islami atau memakai ayat-ayat Allah, tapi memanipulasi. Makanya saya buat untuk edukasi dan pelajaran,” katanya lagi.

Sunaryo pun menyebutkan, film tersebut ditayangkan khusus YouTube mereka dan untuk hiburan, seraya dapat diambil edukasi serta dipetik pelajarannya.

“Saya sangat menyayangkan du­nia medsos, memotong-motong video kami, dengan kata-kata nyeleneh, pengalih isu, dan lainnya. Jujur, saya sedikit terbebani. Memotong video tersebut, tapi tidak menyertakan link aslinya,” ujarnya.

Dalam video ini, Sunaryo menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, agar tidak percaya dengan me­ngatasnamakan agama, untuk meraup keuntungan, yang menjamin dapat menghapus dosa.

“Menceritakan Ponpes Al-Kha­fiyah ini adalah ponpes sesat, yang mencari orang. Mempengaruhi orang, dengan ilmu-ilmu sihirnya mempengaruhi jamaah. Setiap orang yang melakukan dosa, dosanya bisa dihapuskan. Itu sebagai contoh yang ditampilkan, agar kita orang awam, bisa lebih berhati-hati,” imbaunya.

“Jaga iman, tegakan salat, banyak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala. Semoga bisa dipahami. Saya minta maaf atas keteledoran saya,” pungkas Sunaryo. (ted/saz)

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Beredar dan viral di media sosial (medsos) video yang menampilkan seorang perempuan jadi imam salat dengan makmum pria. Terungkap video tersebut terjadi di Padepokan Sendang Sejagat, Desa Hinai Kiri, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Sontak hal ini menggegerkan masyarakat dan menyita perhatian Polres Langkat, hingga jajaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Karena itu, MUI Kabupaten Langkat melakukan pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Se­jagat, Minggu (2/7).

Menurut Ketua MUI Kabupaten Langkat, Zulkifli Ahmad Dian, pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat atas nama Sunaryo alias Mas Karyo, guna di­mintai keterangan lebih lanjut, terkait aktivitas mereka di sana. Ini dilakukan buntut video yang beredar, viral di jagad dunia maya. Ditambah lagi, video tersebut telah membuat resah masyarakat.

“Kami dapat berita pada Jumat (30/6) lalu. Saya bersama kawan-kawan MUI Langkat berkoordinasi dengan pihak terkait, dan pengurus MUI kecamatan serta camat, polsek, babinsa, karena kejadiannya di Secanggang. Dan kami sudah mendatangi tempat mereka membuat kegiatan,” ungkap Zulkifli.

Zulkifli juga mengatakan, ketera­ngan juga diambil untuk mendalami terkait jumlah pengikut padepokan tersebut. Termasuk proses pembuatan video menjadi konten mereka di YouTube.

“Pengikutnya, masih didalami. Kalau yang kami lihat, dalam petikan hasil keterangan mereka, ada sekitar 5 sampai 10 orang. Tapi kami belum tahu persis jumlahnya. Hari ini (kemarin, red) kami mintai keterangan dan mendalami,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan mendalami asal-usul dana mereka, dari mana memproduksi konten video tersebut, hingga melakukan aktivitas yang lain.

“Sesungguhnya, kami akan me­mintai keterangan, berapa orang jum­lah mereka? Lalu, kegiatan apa saja yang dibuat, apakah ada penyan­dang dana yang memberikan dana tertentu, juga didalami,” tutur Zulkifli.

Pengambilan keterangan ini tidak lepas dari antisipasi terjadinya ajaran sesat hingga ancaman lain untuk Indonesia. Seperti aksi terorisme dan radikalisme.

“Kami takut juga, ada semacam penyesatan terhadap agama Islam. Kami juga khawatir, takut juga se­macam ancaman terhadap negara dengan kedok seperti ini. Juga dikhawatirkan di dalamnya ada teroris, radikal, dan sebagainya. Perlu disi­kapi dengan sesegera mungkin,” kata Zulkifli lagi.

MUI Kabupaten Langkat pun memastikan, Pondok Pesantren Al-Khafiyah tidak ada di Bumi Bertuah.

“Pesantren Al-Khafiyah itu, tidak ada. Itu hanya sekadar cerita. Dalam konten YouTube mereka buat berseri dan bersambung,” bebernya.

MUI Kabupaten Langkat yang mendalami hal ini, juga menjelaskan, Padepokan Sendang Sejagat tidak menjalankan aktivitas pendidikan formal pada umumnya.

“Kalau padepokan atau berupa pendidikan, pendidikan apa? Kuri­kulum apa yang mereka laksanakan? Seperti apa pengajaran yang mereka buat? Tapi, info yang kami dapatkan, mereka tidak melakukan pendidikan formal seperti sekolah. Kegiatannya hanya berupa pengajian ibu-ibu, seperti majelis taklim pada umum­nya,” ujar Zulkifli.

Dalam waktu dekat, MUI Kabupa­ten Langkat akan membuat rekomendasi kepada aparat kepolisian terkait hal ini. Apakah tetap berlanjut atau ditutup saja padepokan ter­sebut.

“Kalau memang kami anggap itu menyimpang dan semacam ada ajaran keliru atau sesat, kami akan ber­koordinasi dengan pihak terkait. Kalau perlu, dengan Polres Langkat. Kami akan membuat rekomendasi, kalau pengajian itu harus ditutup. Tapi itu belum, masih wacana dan diproses,” jelas Zulkifli.

Terpisah, Sumut Pos menerima vi­deo klarifikasi dari Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat, Sunaryo alias Mas Karyo. Dia mengungkapkan, video tersebut, merupakan hiburan atau sekadar konten berupa film pen­dek di YouTube dengan judul ‘Pesan­tren Sesat Dapat Menghapus Dosa’.

“Dalam kesempatan ini, saya disaksikan oleh pihak-pihak terkait, ada bapak Kapolsek, bapak Koramil, bapak camat, bapak Ketua MUI. Di sini saya klarifikasi terkait video yang viral, konten video yang kami buat ter­sebut telah dipotong-potong,” jelas Su­naryo pada video klarifikasi tersebut.

Menurut Sunaryo, konten dimaksud untuk memberi edukasi kepada masyarakat luas, agar tidak terpe­ngaruh dengan mengatasnamakan agama. Dalam video itu, lanjutnya, menggambarkan seorang guru pondok pesantren (ponpes) menjanjikan dapat menghapus dosa pengi­kutnya dengan membayar uang sebesar Rp50 juta.

“Video yang aslinya, ada di channel kami. Kami sengaja, buat untuk perfilman seperti sinetron berseri. Nah apa yang kami buat itu, sebagai contoh bagi umat Islam, jangan terpengaruh dengan ponpes, ataupun kata-kata Islami atau memakai ayat-ayat Allah, tapi memanipulasi. Makanya saya buat untuk edukasi dan pelajaran,” katanya lagi.

Sunaryo pun menyebutkan, film tersebut ditayangkan khusus YouTube mereka dan untuk hiburan, seraya dapat diambil edukasi serta dipetik pelajarannya.

“Saya sangat menyayangkan du­nia medsos, memotong-motong video kami, dengan kata-kata nyeleneh, pengalih isu, dan lainnya. Jujur, saya sedikit terbebani. Memotong video tersebut, tapi tidak menyertakan link aslinya,” ujarnya.

Dalam video ini, Sunaryo menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, agar tidak percaya dengan me­ngatasnamakan agama, untuk meraup keuntungan, yang menjamin dapat menghapus dosa.

“Menceritakan Ponpes Al-Kha­fiyah ini adalah ponpes sesat, yang mencari orang. Mempengaruhi orang, dengan ilmu-ilmu sihirnya mempengaruhi jamaah. Setiap orang yang melakukan dosa, dosanya bisa dihapuskan. Itu sebagai contoh yang ditampilkan, agar kita orang awam, bisa lebih berhati-hati,” imbaunya.

“Jaga iman, tegakan salat, banyak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala. Semoga bisa dipahami. Saya minta maaf atas keteledoran saya,” pungkas Sunaryo. (ted/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/