LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Beredar dan viral di media sosial (medsos) video yang menampilkan seorang perempuan jadi imam salat dengan makmum pria. Terungkap video tersebut terjadi di Padepokan Sendang Sejagat, Desa Hinai Kiri, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
Sontak hal ini menggegerkan masyarakat dan menyita perhatian Polres Langkat, hingga jajaran Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat. Karena itu, MUI Kabupaten Langkat melakukan pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat, Minggu (2/7).
Menurut Ketua MUI Kabupaten Langkat, Zulkifli Ahmad Dian, pemanggilan terhadap Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat atas nama Sunaryo alias Mas Karyo, guna dimintai keterangan lebih lanjut, terkait aktivitas mereka di sana. Ini dilakukan buntut video yang beredar, viral di jagad dunia maya. Ditambah lagi, video tersebut telah membuat resah masyarakat.
“Kami dapat berita pada Jumat (30/6) lalu. Saya bersama kawan-kawan MUI Langkat berkoordinasi dengan pihak terkait, dan pengurus MUI kecamatan serta camat, polsek, babinsa, karena kejadiannya di Secanggang. Dan kami sudah mendatangi tempat mereka membuat kegiatan,” ungkap Zulkifli.
Zulkifli juga mengatakan, keterangan juga diambil untuk mendalami terkait jumlah pengikut padepokan tersebut. Termasuk proses pembuatan video menjadi konten mereka di YouTube.
“Pengikutnya, masih didalami. Kalau yang kami lihat, dalam petikan hasil keterangan mereka, ada sekitar 5 sampai 10 orang. Tapi kami belum tahu persis jumlahnya. Hari ini (kemarin, red) kami mintai keterangan dan mendalami,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga akan mendalami asal-usul dana mereka, dari mana memproduksi konten video tersebut, hingga melakukan aktivitas yang lain.
“Sesungguhnya, kami akan memintai keterangan, berapa orang jumlah mereka? Lalu, kegiatan apa saja yang dibuat, apakah ada penyandang dana yang memberikan dana tertentu, juga didalami,” tutur Zulkifli.
Pengambilan keterangan ini tidak lepas dari antisipasi terjadinya ajaran sesat hingga ancaman lain untuk Indonesia. Seperti aksi terorisme dan radikalisme.
“Kami takut juga, ada semacam penyesatan terhadap agama Islam. Kami juga khawatir, takut juga semacam ancaman terhadap negara dengan kedok seperti ini. Juga dikhawatirkan di dalamnya ada teroris, radikal, dan sebagainya. Perlu disikapi dengan sesegera mungkin,” kata Zulkifli lagi.
MUI Kabupaten Langkat pun memastikan, Pondok Pesantren Al-Khafiyah tidak ada di Bumi Bertuah.
“Pesantren Al-Khafiyah itu, tidak ada. Itu hanya sekadar cerita. Dalam konten YouTube mereka buat berseri dan bersambung,” bebernya.
MUI Kabupaten Langkat yang mendalami hal ini, juga menjelaskan, Padepokan Sendang Sejagat tidak menjalankan aktivitas pendidikan formal pada umumnya.
“Kalau padepokan atau berupa pendidikan, pendidikan apa? Kurikulum apa yang mereka laksanakan? Seperti apa pengajaran yang mereka buat? Tapi, info yang kami dapatkan, mereka tidak melakukan pendidikan formal seperti sekolah. Kegiatannya hanya berupa pengajian ibu-ibu, seperti majelis taklim pada umumnya,” ujar Zulkifli.
Dalam waktu dekat, MUI Kabupaten Langkat akan membuat rekomendasi kepada aparat kepolisian terkait hal ini. Apakah tetap berlanjut atau ditutup saja padepokan tersebut.
“Kalau memang kami anggap itu menyimpang dan semacam ada ajaran keliru atau sesat, kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait. Kalau perlu, dengan Polres Langkat. Kami akan membuat rekomendasi, kalau pengajian itu harus ditutup. Tapi itu belum, masih wacana dan diproses,” jelas Zulkifli.
Terpisah, Sumut Pos menerima video klarifikasi dari Pimpinan Padepokan Sendang Sejagat, Sunaryo alias Mas Karyo. Dia mengungkapkan, video tersebut, merupakan hiburan atau sekadar konten berupa film pendek di YouTube dengan judul ‘Pesantren Sesat Dapat Menghapus Dosa’.
“Dalam kesempatan ini, saya disaksikan oleh pihak-pihak terkait, ada bapak Kapolsek, bapak Koramil, bapak camat, bapak Ketua MUI. Di sini saya klarifikasi terkait video yang viral, konten video yang kami buat tersebut telah dipotong-potong,” jelas Sunaryo pada video klarifikasi tersebut.
Menurut Sunaryo, konten dimaksud untuk memberi edukasi kepada masyarakat luas, agar tidak terpengaruh dengan mengatasnamakan agama. Dalam video itu, lanjutnya, menggambarkan seorang guru pondok pesantren (ponpes) menjanjikan dapat menghapus dosa pengikutnya dengan membayar uang sebesar Rp50 juta.
“Video yang aslinya, ada di channel kami. Kami sengaja, buat untuk perfilman seperti sinetron berseri. Nah apa yang kami buat itu, sebagai contoh bagi umat Islam, jangan terpengaruh dengan ponpes, ataupun kata-kata Islami atau memakai ayat-ayat Allah, tapi memanipulasi. Makanya saya buat untuk edukasi dan pelajaran,” katanya lagi.
Sunaryo pun menyebutkan, film tersebut ditayangkan khusus YouTube mereka dan untuk hiburan, seraya dapat diambil edukasi serta dipetik pelajarannya.
“Saya sangat menyayangkan dunia medsos, memotong-motong video kami, dengan kata-kata nyeleneh, pengalih isu, dan lainnya. Jujur, saya sedikit terbebani. Memotong video tersebut, tapi tidak menyertakan link aslinya,” ujarnya.
Dalam video ini, Sunaryo menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, agar tidak percaya dengan mengatasnamakan agama, untuk meraup keuntungan, yang menjamin dapat menghapus dosa.
“Menceritakan Ponpes Al-Khafiyah ini adalah ponpes sesat, yang mencari orang. Mempengaruhi orang, dengan ilmu-ilmu sihirnya mempengaruhi jamaah. Setiap orang yang melakukan dosa, dosanya bisa dihapuskan. Itu sebagai contoh yang ditampilkan, agar kita orang awam, bisa lebih berhati-hati,” imbaunya.
“Jaga iman, tegakan salat, banyak mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Taala. Semoga bisa dipahami. Saya minta maaf atas keteledoran saya,” pungkas Sunaryo. (ted/saz)