KARO-Hari pertama bulan suci Ramadan tahun ini menjadi ujian berat bagi Jumarik (53). Rumah warga warga dusun Teknol (Teladan), Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi itu tertimbun tanah longsor, Senin (1/8) sekitar pukul 20.30 WIB. Istri Jumarik, Ginem (46), dan dua anaknya, Juita Sari (15) dan Ubay (7), yang berada di rumah diduga tewas seketika, tertimbun longsoran Jumarik ditemukan tertimbun tanah di belakang rumah. Sedangkan menantu Jumarik, Harianto (25), anak Jumarik Sri Wahyuni (20) dan cucunya, Fauzan (1,5) selamat.
Ketiganya ditemukan tergencet di dinding rumah. Sementara dua anak Jumarik lainnya, M.Basuki (24), dan Sinta Dewi (22), selamat karena saat kejadian belum pulang dari tempatnya bekerja.
Rumah papan berukuran 5X10 meter yang ditempati keluarga Jumarik di lembah Teknol itu hampir rata dengan tanah di lembah Teknol.
Peristiwa kelabu itu diawali hujan deras sekitar pukul 17.00 WIB diguyur hujan deras setelah kemarau panjang terjadi di kawasan wisata Berastagi sekitarnya dua bulan terakhir. Derasnya hujan dan tingginya debit air, diperkirakan membuat perengan tanah di atas kediaman Jumarik, tidak mampu bertahan.
Tanah yang lembek tanpa bebatuan dan pepohonan besar di kemiringan lahan yang mencapai 75 derajat di depan rumah korban, longsor dan menghantam rumah di atas lahan milik Kades Desa Sempa Jaya ini. Hanya beberapa detik usai longsor, warga sekitar yang hendak melaksanakan Sholat Tarawih berdatangan.
Sesuai keterangan Rojali (34), warga yang rumahnya berada di sebelah rumah korban, bencana kemarin berlangsung sangat cepat. Begitu mendengar suara gemuruh runtuhan, dirinya segera membuka pintu dan keluar dari rumah. Namun alangkah terkejutnya, Rojali melihat gundukan tanah disertai pohon telah menimpa rumah tetangga sebelahnya.
Bercampur panik, Rojali dan tetangga lainnya mendengar suara jeritan minta tolong dari bawah longsoran. Ditengah guyuran hujan, tetangga terdekat, berupaya mengevakuasi korban, sementara beberapa orang lainnya memberi kabar buruk itu kepada warga lainnya.
Upaya maksimal dengan peralatan seadanya telah dilakukan, namun nyawa istri Jumarik, Ginem (46), dan dua anaknya, Juita Sari (15) dan Ubay (7), tidak berhasil diselamatkan. Tetapi warga menemukan Jumarik di bagian belakang rumah dengan kondisi luka di bagian kepala dan wajah.
Berselang beberapa saat, warga juga mendapati tiga penghuni rumah lainnnya yang tersekat di dinding. Harianto (25), Sri Wahyuni (20) dan cucu Jumarik, Fauzan (1,5) selamat. Sementara dua anak Jumarik lainnya, M.Basuki (24), dan Sinta Dewi (22), tidak berada dirumah pada saat kejadian,karena belumpulang dari tempatnya bekerja.
Rojali memperkirakan, penghuni rumah yang tidak tewas akibat longsoran tanah setinggi 30-an meter itu berada di dalam kamar. Sementara Jumarik menonton tv diruang tamu, dan menantu, anak, serta cucunya, berada di ruang sekat yang berbeda pula.
Usai bencana, warga lainnya yang tinggal di tujuh rumah sederet dengan korban mengungsi, mencari tempat tumpangan sementara di rumah warga yang letaknya lebih tinggi. “Untuk sementara tujuh penghuni rumah lainnya, menumpang di rumah warga. Takut kalau ada lonsor susulan, pasalnya ada satu rumah ditengah juran, posisinya hampir setengah menggantung,” kata Rojali.
Peristiwa ini pun cepat menyebar, ribuan orang mulai malam hingga ketiga jenazah akan diberangkatkan ke TPU Simpang Pek Kong, Peceren, Desa Sempa Jaya, Selasa (2/8) silih berganti mendatangi lokasi. Selain bertakziah, mereka menyempatkan diri memperhatikan TKP longsoran tanah yang kini menganga di lembah Teknol.
Lokasi bencana alam, diperkirakan 200 meter dari jalan Jamin Ginting, lintas Medan-Berastagi, Dusun Teknol (Teladan), Desa Sempa Jaya Kecamatan Berastagi. Letak rumah korban berada di lembah. Kemiringan tanah dari jalan dusun di depan rumah korban mencapai 75 derajat, dengan kedalam sekitar 30-an meter. Menurut Kepala Desa Sempa Jaya, Bantu Purba, rumah warga yang rawan akan direlokasi di sekitar jalan Mimpin Tua, Desa Sempa Jaya.
Tak jauh dari lokasi bencana, terdapat sejumlah hotel dan villa. Kepala Desa Sempa Jaya, Bantu Purba, meminta pemerintah daerah selektif dan tegas memberian pengawasan izin bagi pengembang. Bantu Purba berharap, dalam waktu dekat Pemda Karo segera menaruh perhatian serius terhadap bahaya bencana alam yang bakal menimpa warga lainnya.(wan)