25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

Sinabung Semburkan Awan Panas 1 Juta Kubik

KARO, SUMUTPOS.CO – Seminggu belakangan ini, Gunung Api Sinabung kembali bergejolak dengan memuntahkan guguran awan panas. Terakhir guguran terjadi pada Senin (2/11) siang, sejauh 2000-2500 meter ke arah Timur Tenggara.

AWAN PANAS: Gunung Sinabung masih semburkan awan panas, Selasa (2/11).  Masyarakat diimbau untuk tidak memasuki daerah zona merah yang sudah ditentukan.SOLIDEO/SUMUT POS.
AWAN PANAS: Gunung Sinabung masih semburkan awan panas, Selasa (2/11). Masyarakat diimbau untuk tidak memasuki daerah zona merah yang sudah ditentukan.SOLIDEO/SUMUT POS.

Kepala Pengamat Gunung Api Armen Putra mengatakan, saat ini aktivitas Sinabung masih sangat tinggi dan sering terjadi gempa yang mengakibatkan awan panas guguran. Aktivitas ini menyebabkan kubah lava semakin besar.

Meski demikian aktivitas Sinabung terpantau masih terus dapat berubah sewaktu-waktu atau fluktuatif. Terlebih, sampai saat ini pertumbuhan kubah lava di puncak Gunung Sinabung masih terus membesar mencapai 1 juta kubik, ditambah lagi tekanan magma dari dalam perut gunung.

“Selagi kubah lava masih ada, potensi guguran dan awan panas masih tinggi. Untuk tekanan dan jarak luncur masih terus fluktuatif tergantung dari dorongan,” ujarnya.

Untuk itu, dia mengimbau, agar masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Tanah Karo untuk tidak mendekati seputaran gunung, khususnya zona merah yang sudah ditetapkan. Karena ancaman awan panas guguran dan erupsi Gunung Sinabung masih cukup tinggi.

“Seminggu belakangan ini, aktivitas guguran awan panas hampir terjadi setiap hari,” tegasnya.

Kubah lava di puncak Sinabung juga sudah cukup besar, hingga berpotensi terjadinya awan panas guguran yang mengarah ke sektor Tenggara Timur dan selatan, serta bisa juga ke arah lain.

Dan masyarakat dan wisatawan juga diimbau untuk menggunakan masker dan pelindung mata untuk mengantisipasi gangguan pernafasan dan penglihatan akibat dampak dari abu vulkanik.

Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah di relokasi, serta lokasi di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. (deo/han)

KARO, SUMUTPOS.CO – Seminggu belakangan ini, Gunung Api Sinabung kembali bergejolak dengan memuntahkan guguran awan panas. Terakhir guguran terjadi pada Senin (2/11) siang, sejauh 2000-2500 meter ke arah Timur Tenggara.

AWAN PANAS: Gunung Sinabung masih semburkan awan panas, Selasa (2/11).  Masyarakat diimbau untuk tidak memasuki daerah zona merah yang sudah ditentukan.SOLIDEO/SUMUT POS.
AWAN PANAS: Gunung Sinabung masih semburkan awan panas, Selasa (2/11). Masyarakat diimbau untuk tidak memasuki daerah zona merah yang sudah ditentukan.SOLIDEO/SUMUT POS.

Kepala Pengamat Gunung Api Armen Putra mengatakan, saat ini aktivitas Sinabung masih sangat tinggi dan sering terjadi gempa yang mengakibatkan awan panas guguran. Aktivitas ini menyebabkan kubah lava semakin besar.

Meski demikian aktivitas Sinabung terpantau masih terus dapat berubah sewaktu-waktu atau fluktuatif. Terlebih, sampai saat ini pertumbuhan kubah lava di puncak Gunung Sinabung masih terus membesar mencapai 1 juta kubik, ditambah lagi tekanan magma dari dalam perut gunung.

“Selagi kubah lava masih ada, potensi guguran dan awan panas masih tinggi. Untuk tekanan dan jarak luncur masih terus fluktuatif tergantung dari dorongan,” ujarnya.

Untuk itu, dia mengimbau, agar masyarakat maupun wisatawan yang berkunjung ke Tanah Karo untuk tidak mendekati seputaran gunung, khususnya zona merah yang sudah ditetapkan. Karena ancaman awan panas guguran dan erupsi Gunung Sinabung masih cukup tinggi.

“Seminggu belakangan ini, aktivitas guguran awan panas hampir terjadi setiap hari,” tegasnya.

Kubah lava di puncak Sinabung juga sudah cukup besar, hingga berpotensi terjadinya awan panas guguran yang mengarah ke sektor Tenggara Timur dan selatan, serta bisa juga ke arah lain.

Dan masyarakat dan wisatawan juga diimbau untuk menggunakan masker dan pelindung mata untuk mengantisipasi gangguan pernafasan dan penglihatan akibat dampak dari abu vulkanik.

Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah di relokasi, serta lokasi di dalam radius 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/