Ada suasana yang berbeda di lokasi pengungsian yang berada di Los Pasar Desa Tiganderket. Tempat pengungsian yang ditempati 920n
jiwa warga Desa Mardingding itu bak ruang pesta. Sebagian besar warga yang berada di sana mengenakan baju adat Karo, layaknya pesta di jambur (ruang pertemuan).
Dan, ternyata, memang ada pesta perkawinan di kamp pengungsian itu. “Ya, pesta perkawinan digelar mulai hari ini (kemarin, red), dan hanya 1 hari saja,” ujar seorang petugas posko pengungsian.
Pantauan wartawan, suasana pesta sama sekali tidak berbeda dengan pesta biasa. Rata-rata warga bermuka ceria. Kalaupun ada beda hanya pada mulut beberapa dari mereka yang tetap menggunakan masker. “Para pengungsi sementara kita pindahkan ke sebelah los dan sebagian lagi tetap tinggal di areal lokasi pesta,” tambah sang petugas yang tidak memberitahukan namanya itu. Begitupun, soal siapa yang menikah, sang petugas tak memberikan keterangan.
Sejatinya, Desa Mardingding berjarak sekitar 5,5 kilometer dari posko pengungsian tersebut. Seluruh kawasan di desa tersebut tertutup debu vulkanik. Warga yang mengungsi juga sudah mulai mengemas barang-barang berharga serta ternak milik mereka.
“Semua warga desa sudah mengungsi, hanya beberapa saja yang tinggal untuk menjaga desa. Barang berharga beserta ternak juga sudah kami bawa ke posko pengungsian, selain itu lahan pertanian kami juga terancam gagal panen,” kata Ucok Sembiring, seorang warga Desa Mardingding.
Sementara itu, sebaran debu vulkanik ke berbagai desa dan kecamatan di antaranya Kecamatan Kutabuluh, Tigabinanga, Tiganderket, dan Kecamatan Payung dipastikan telah merusak tanaman cabe, tomat, dan sayur-mayur lainnya.
“Debu mengakibatkan tertutupnya pori-pori dedaunan tersebut sehingga tanaman itu tidak dapat lagi berfotosintesa atau proses memasak makan. Akibatnya terjadi pengkriputan daun pada tanaman cabe dan terbakar daun (meseng) pada tanaman Tomat,” ujar Fajar Sembiring warga Kutabuluh. Untuk mengatasi terjadinya meseng daun pada tomat, warga menyiasatinya dengan langsung menyemprot dengan air.
Sementara Ras Sembiring (55) warga Kecamatan Tigabinanga mengatakan sebaran debu vulkanik telah memutihkan semua tanaman jagung milik warga. “Beruntung karena jagung yang menjadi komoditi andalan dari kecamatan ini sudah mendekati musim panen sehingga tidak berpengaruh terhadap sebaran debu vulkanik. Yang kami khawatirkan saat ini bila sampai nanti musim tanam kembali dan tanaman jagung baru berumur sekitar satu hingga empat minggu,” ujar Sembiring. (riz/nng/mar/smg)