SIANTAR,Sumutpos.co- Beredar kabar bahwa ada oknum pejabat di Pemko Siantar inisial DS menerima sejumlah uang dari beberapa honorer K2 untuk mengurus supaya bisa lolos penerimaan ujian seleksi CPNS yang 3 November lalu. Setiap honorer K2 dikutip sekitar Rp30 juta.
Dari keterangan salah seorang sumber yang turut menyetor uang ke DS, penyetoran itu bermula setelah 38 orang dari 280 orang yang terdaftar di BKN sebagai honorer K2, masuk dalam kategori tertunda pengumumannya.
Saat itu, setelah BKN mengetahui bahwa pemko mencoret 38 orang dari 280 orang tersebut, BKN berkomentar bahwa tidak ada kewenangan pemko mencoret daftar honorer K2 dari 280 orang yang telah ditetapkan BKN.
Walau demikian, pemko tetap bertahan pada keputusannya, sehingga 38 orang honorer dinyatakan daftar tunggu untuk kategri honorer K2.
Kemudian, oknum pejabat inisial DS ini menemui beberapa orang dari 38 orang ini dan menyebutkan bisa mengurus. Dan keperluan mengurus hingga bisa lolos CPNS membutuhkan dana Rp30 juta per orang.
“Saat itu dia mengaku memiliki kenalan di BKN pusat inisial TH. Memang beberapa waktu lalu TH datang ke Siantar dan DS ada di sana. Ternyata, TH datang ke Siantar untuk menemui keluarganya,” ujar SP sumber yang menyetor uang menceritakan kepada METRO.
Oleh sebab itu, mereka pun semakin yakin dan kemudian ada sekitar 5 orang menyetor uang kepada DS.
Selanjutnya, sembari proses berjalan, BKPP mengabarkan bahwa yang berhak ikut ujian sebanyak 297 orang. Namun ada yang berasal dari luncuran K1, ada juga di antara 38 orang yang tertunda tidak mendapat nomor ujian.
“Saat itu saya sudah menyetor Rp30 juta, tapi nomor ujian pun tidak keluar. Ya akhirnya kupaksalah supaya dikembalikan uangnya. Dan akhirnya memang dikembalikan DS setelah kupaksa-paksa. Sebab nomor ujian saja tidak keluar, konon lagi lolos CPNS,” tambahnya.
Dari pengakuannya, ada juga rekannya mengalami nasib yang sama. Uang sudah disetor tapi nomor ujian tidak keluar. Dan akhirnya dikembalikan DS, itupun setelah didesak.
Orang yang dimaksud adalah inisial RN. Setelah dikonfirmasi METR0, RN mengakuinya dan mengaku sangat kecewa karena tidak mendapat nomor ujian.
“Nama saya kan sudah terdaftar di BKN, tapi kenapa nomor saya tidak keluar. Soal uang itu, sudah saya minta kembali,” katanya.
Ditanya kenapa mau menyerahkan uang ke DS, kata RN, bahwa DS meyakinkannya bisa mengurus untuk lolos CPNS. Memang menurut keterangan SP dan RN mereka tidak membuat surat perjanjian hitam di atas putih.
Tidak seluruhnya orang yang diminta uangnya tidak mendapat nomor ujian. Tetapi ada sekitar 3 orang yang mendapat nomor dan bisa mengikuti ujian. Dan mereka memilih tidak meminta kembali uangnya, karena pengumuman hasil seleksi belum keluar.
Lain lagi penjelasan RH yang juga telah menyetorkan uang kepada DS, nomor ujiannya tidak keluar. Akan tetapi, uang yang sudah disetor tak kunjung dikembalikan.
“Sampai sekarang belum dikembalikan. Katanya hari ini (Selasa 5 November)Â dibayarkannya. Ditunggulah dulu,” kata RH.
Ia mengungkapkan, uang yang diserahkan itu pakai oerjanjian hitam di atas putih. Artinya, uang itu untuk keperluan mengurus sampai bisa lolos CPNS.
Tapi setelah dia mengetahui tidak mendapat nomor ujian, dia sangat kecewa. Dari pada rugi dua kali, uang sudah sempat disetorkan diminta kembali. Tapi belum ada kabar, apakah DS sudah mengembalikannya atau tidak.
Terpisah, DS saat dikonfirmasi METRO, membantah kalau dia telah menerima sejumlah uang untuk keperluan kepngurusan CPNS.
“Emang ada buktinya. Apakah tanda tangan saya atau yang lain. Jadi kabar-kabar seperti ini tidak boleh asal diucapkan saja. Tapi harus ada bukti dan siapa saksinya” katanya.
Disinggung keterangan RH terhadap perjanjian hitam di atas putih, DS kembali menegaskan bahwa hal itu tidak ada. Dia menegaskan, semua yang diceritakan para honorer itu tidak benar. (pra)