30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Warga Ndokum Siroga Protes Pembangunan Jambur

diprotes: Bangunan Losd atau jambur yang pembangunannya menuai protes dari warga Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
diprotes: Bangunan Losd atau jambur yang pembangunannya menuai protes dari warga Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

KARO, SUMUTPOS.CO – Pembangunan Losd (Jambur) Ujung dengan pagu anggaran Rp567 juta dari Dana Desa Tahun 2019, di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, menuai protes warga.

Proses pembangunan Jambur Ujung saat ini tengah berlangsung. Pengerjaan pembangunan jambur dikerjakan secara swakelola oleh desa.

Datang Karo-karo, menyebutkan, warga tidak dilibatkan dalam pembangunan jambur. “Ini swakelola desa, tapi kenapa warga di sini tidak ikut di dalamnya. Ini yang kami takutkan, kalau orang luar yang bangun, asal-asal saja. Kalau kami ikut kan, pasti berbuat terbaik dan bagus karena jambur untuk kepentingan kami semua didalamnya, untuk pesta, musyawarah, dan dipakai jika ada yang meninggal,” kata Datang Karo-karo, warga setempat, Minggu (3/11)

Selain itu, dia juga menyoroti material bangunan jambur, seperti kayu. “Masa dengan anggaran setengah miliar, itu kayunya tengoklah lapuk, banyak sambungan. Kalau angin kencang, sama hujan datang, bisa patah itu,” ungkap Datang.

Datang mengklaim pernah menanyakan soal tersebut kepada pihak yang mengerjakan pembangunan jambur. Namun pihak mereka hanya mengerjakan, bahan kayu dan lainnya dari pihak Plt Kades.

“Kami sempat tanya sama pemborong atas nama Tengku, katanya, orang itu hanya dibayar Rp100 juta untuk upah kerjanya saja. Kalau untuk beli bahan-bahan semua dari pelaksana (Plt Kades) katanya,” ungkap Datang Karokaro.

Warga lainnya, Rukun Sembiring mengatakan, pembangunan Jambur Dusun Ujung yang berada dekat rumahnya, merugikannya. “Lihatlah, rumahku persis berada di sebelah jambur. Jika hujan, air dari seng kambur langsung ke dinding rumahku. Udah rumahku dari papan, kalau kena air terus kan, bisa lapuk dan lekang,” keluh Rukun.

Untuk melindungi rumahnya, Rukun menyatakan pernah menanyakan soal pemasangan talang air di bangunan jambur itu kepada para pekerja. Mereka, sebut Rukun, menyatakan bahwa pembuatan talang tidak ada dalam rencana anggaran biaya (RAB).

“Udah berapa kali kutanya, tapi jawabnya kalau itu tidak ada dalam RAB. Jelas hal ini merugikanku,” ungkapnya. Sementara dari papan kegiatan yang ditempel, menerangkan, jenis kegiatan: pembangunan losd ujung, volume: 16M x 29M, pagu anggaran; Rp567.133.900, sumber dana: Dana Desa Tahun 2019, dikerjakan oleh swakelola desa.

Warga menyebutkan, pengerjaan pembangunan Jambur Ujung sudah berlangsung sejak dua bulan. Dengan anggaran Rp567 juta, warga berharap pembangunan Jambur Ujung layak dan bagus karena sangat dibutuhkan masyarakat. (deo/han)

diprotes: Bangunan Losd atau jambur yang pembangunannya menuai protes dari warga Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.
diprotes: Bangunan Losd atau jambur yang pembangunannya menuai protes dari warga Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.

KARO, SUMUTPOS.CO – Pembangunan Losd (Jambur) Ujung dengan pagu anggaran Rp567 juta dari Dana Desa Tahun 2019, di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, menuai protes warga.

Proses pembangunan Jambur Ujung saat ini tengah berlangsung. Pengerjaan pembangunan jambur dikerjakan secara swakelola oleh desa.

Datang Karo-karo, menyebutkan, warga tidak dilibatkan dalam pembangunan jambur. “Ini swakelola desa, tapi kenapa warga di sini tidak ikut di dalamnya. Ini yang kami takutkan, kalau orang luar yang bangun, asal-asal saja. Kalau kami ikut kan, pasti berbuat terbaik dan bagus karena jambur untuk kepentingan kami semua didalamnya, untuk pesta, musyawarah, dan dipakai jika ada yang meninggal,” kata Datang Karo-karo, warga setempat, Minggu (3/11)

Selain itu, dia juga menyoroti material bangunan jambur, seperti kayu. “Masa dengan anggaran setengah miliar, itu kayunya tengoklah lapuk, banyak sambungan. Kalau angin kencang, sama hujan datang, bisa patah itu,” ungkap Datang.

Datang mengklaim pernah menanyakan soal tersebut kepada pihak yang mengerjakan pembangunan jambur. Namun pihak mereka hanya mengerjakan, bahan kayu dan lainnya dari pihak Plt Kades.

“Kami sempat tanya sama pemborong atas nama Tengku, katanya, orang itu hanya dibayar Rp100 juta untuk upah kerjanya saja. Kalau untuk beli bahan-bahan semua dari pelaksana (Plt Kades) katanya,” ungkap Datang Karokaro.

Warga lainnya, Rukun Sembiring mengatakan, pembangunan Jambur Dusun Ujung yang berada dekat rumahnya, merugikannya. “Lihatlah, rumahku persis berada di sebelah jambur. Jika hujan, air dari seng kambur langsung ke dinding rumahku. Udah rumahku dari papan, kalau kena air terus kan, bisa lapuk dan lekang,” keluh Rukun.

Untuk melindungi rumahnya, Rukun menyatakan pernah menanyakan soal pemasangan talang air di bangunan jambur itu kepada para pekerja. Mereka, sebut Rukun, menyatakan bahwa pembuatan talang tidak ada dalam rencana anggaran biaya (RAB).

“Udah berapa kali kutanya, tapi jawabnya kalau itu tidak ada dalam RAB. Jelas hal ini merugikanku,” ungkapnya. Sementara dari papan kegiatan yang ditempel, menerangkan, jenis kegiatan: pembangunan losd ujung, volume: 16M x 29M, pagu anggaran; Rp567.133.900, sumber dana: Dana Desa Tahun 2019, dikerjakan oleh swakelola desa.

Warga menyebutkan, pengerjaan pembangunan Jambur Ujung sudah berlangsung sejak dua bulan. Dengan anggaran Rp567 juta, warga berharap pembangunan Jambur Ujung layak dan bagus karena sangat dibutuhkan masyarakat. (deo/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/