28 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Puluhan Etnis Rohingya Ditampung di Rudenim Belawan

BELAWAN-Sebanyak 63 etnis rohingya asal Myanmar yang ditemukan terdampar di Aceh ditampung di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jalan Pasar Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan. Puluhan orang asing pencari suaka tersebut tiba dalam kondisi sehat, Rabu (6/3) kemarin.

Imigran : Anak-anak etnis rohingya saat berada  Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Rabu (6/3) kemarin.//fachrul rozi/sumut pos
Imigran : Anak-anak etnis rohingya saat berada di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Rabu (6/3) kemarin.//fachrul rozi/sumut pos

Kepala Kantor Rudenim Sumut di Belawan, Purba Sinaga SE MM mengatakan, dari 63 orang etnis rohingya asal Myanmar diantaranya terdapat anak-anak.”Diantara dari mereka terdapat diantaranya 14 orang anak-anak. Kita belum tahu apakah mereka memiliki kartu identitas atau tidak,” kata, Sinaga.

Dikatakannya, saat ini kondisi para pengungsi suku rohingya pencari suaka tersebut dalam keadaan baik. Pihak rudenim sendiri tetap melakukan pemantauan terhadap kesehatan para muslim rohingya ini.”Kondisi kesehatan seluruh imigran ini dalam keadaan baik, kita belum tahu apakah mereka nantinya akan dideportasi atau tidak,” ujarnya.

Ke 63 imigran rohynga itu sebelumnya tiba Rudenim Belawan dengan diantar oleh perwakilan International Organization for Migration (IOM) dan United Nations Higher Commission for Refugee (UNHCR). Mereka ditampung di rumah detensi imigrasi setelah di sekitar Perairan Idi, Aceh Timur pada, Kamis (28/2) lalu.

Salah seorang suku rohynga, Khoirullah menuturkan mereka melarikan diri dari negaranya di Myanmar karena tidak diakui kewarganegaraanya.”Negara kami (Myanmar) tidak mengakui keberadaan suku rohingya,” ujarnya.

Dia mengisahkan, kekerasan yang terjadi terhadap suku rohingya di Myanmar sudah berlangsung sejak bertahun-tahun. Awal dari pecahnya penindasan tersebut bermula dari keributan antara suku muslim rohingya dengan suku budha rakhine.”Keluarga kami terus dibantai, aparat pemerintah di Myanmar diam. Banyak suku rohingya disiksa dan bunuh di depan kelurganya sendiri,” ungkap dia.

Kekejaman yang mereka alami hampir setiap kali terjadi. Situasi keamanan dan kekerasan kemanusiaan membuat muslim rohingya memilih melarikan diri dari negara Myanmar yang sudah tak lagi mau mengakui mereka. Persis di sekitar Perairan Idi, Aceh Timur perahu bermesin yang ditumpangi kehabisan persediaan bahan bakar dan terombang-ambing.

Nelayan setempat yang menemukan para etnis rohingya ini selanjutnya memberikan pertolongan dan menyerahkan para imigran gelap ini ke pihak berwajib.”Sebelum tiba disini, kami sempat ditangkap di Malaysia, baru kami menaiki perahu menyeberang masuk ke Indonesia,” akunya.(rul)

BELAWAN-Sebanyak 63 etnis rohingya asal Myanmar yang ditemukan terdampar di Aceh ditampung di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jalan Pasar Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan. Puluhan orang asing pencari suaka tersebut tiba dalam kondisi sehat, Rabu (6/3) kemarin.

Imigran : Anak-anak etnis rohingya saat berada  Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Rabu (6/3) kemarin.//fachrul rozi/sumut pos
Imigran : Anak-anak etnis rohingya saat berada di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Rabu (6/3) kemarin.//fachrul rozi/sumut pos

Kepala Kantor Rudenim Sumut di Belawan, Purba Sinaga SE MM mengatakan, dari 63 orang etnis rohingya asal Myanmar diantaranya terdapat anak-anak.”Diantara dari mereka terdapat diantaranya 14 orang anak-anak. Kita belum tahu apakah mereka memiliki kartu identitas atau tidak,” kata, Sinaga.

Dikatakannya, saat ini kondisi para pengungsi suku rohingya pencari suaka tersebut dalam keadaan baik. Pihak rudenim sendiri tetap melakukan pemantauan terhadap kesehatan para muslim rohingya ini.”Kondisi kesehatan seluruh imigran ini dalam keadaan baik, kita belum tahu apakah mereka nantinya akan dideportasi atau tidak,” ujarnya.

Ke 63 imigran rohynga itu sebelumnya tiba Rudenim Belawan dengan diantar oleh perwakilan International Organization for Migration (IOM) dan United Nations Higher Commission for Refugee (UNHCR). Mereka ditampung di rumah detensi imigrasi setelah di sekitar Perairan Idi, Aceh Timur pada, Kamis (28/2) lalu.

Salah seorang suku rohynga, Khoirullah menuturkan mereka melarikan diri dari negaranya di Myanmar karena tidak diakui kewarganegaraanya.”Negara kami (Myanmar) tidak mengakui keberadaan suku rohingya,” ujarnya.

Dia mengisahkan, kekerasan yang terjadi terhadap suku rohingya di Myanmar sudah berlangsung sejak bertahun-tahun. Awal dari pecahnya penindasan tersebut bermula dari keributan antara suku muslim rohingya dengan suku budha rakhine.”Keluarga kami terus dibantai, aparat pemerintah di Myanmar diam. Banyak suku rohingya disiksa dan bunuh di depan kelurganya sendiri,” ungkap dia.

Kekejaman yang mereka alami hampir setiap kali terjadi. Situasi keamanan dan kekerasan kemanusiaan membuat muslim rohingya memilih melarikan diri dari negara Myanmar yang sudah tak lagi mau mengakui mereka. Persis di sekitar Perairan Idi, Aceh Timur perahu bermesin yang ditumpangi kehabisan persediaan bahan bakar dan terombang-ambing.

Nelayan setempat yang menemukan para etnis rohingya ini selanjutnya memberikan pertolongan dan menyerahkan para imigran gelap ini ke pihak berwajib.”Sebelum tiba disini, kami sempat ditangkap di Malaysia, baru kami menaiki perahu menyeberang masuk ke Indonesia,” akunya.(rul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/