31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Harga Kol Anjlok

KARO- Harga tanaman kol (kubis), beberapa  bulan belakangan turun drastis hingga titik terendah. Bahkan beberapa  pekan terakhir, petani memilih tidak lagi memanen salah satu hasil komoditi holtikultura andalan dataran tinggi Karo tersebut sebagai produk ekspor atau barang lokal.

Rendahnya harga  jual petani di tingkat pasar tradisional atau lelang di areal peraladangan, memaksa petani kol harus merelakan tanamannya  hingga pecah dan membusuk di  ladang. Hal ini  terpaksa dilakukan  mengingat biaya produksi panen  yang sangat tinggi dibanding hasil yang diterima.

Minimnya perhatian  pemerintah untuk mendongkrak harga  kol, semisal upaya yang dilakukan ketika harga cabai melonjak, tentunya membuat asumsi miring petani , khususnya yang bergerak di bidang budidaya  kol. Itu dikarenakan, ekspor  tanaman kol dari kawasan Karo, ke negeri jiran Malaysia dan Singapura, memiliki kapasitas cukup besar.
Petani kol, asal Desa Juma Raja, T Tarigan mengatakan, dulu pernah Pemkab Karo menyampaikan  wacana  pemasaran sayuran  kol ,  tapi sejauh ini belum ada  memberikan solusi  dan langkah pasti  guna menekan tingkat kerugian petani.
Menurutnya, kerugian yang dialami petani kol  bukan  yang  pertama kali terjadi, namun kali ini  merupakan hal yang paling buruk dalam sejarah tahun 2011. Itu karena kol  saat ini hanya diterima  dengan harga Rp200  hingga Rp300 per  kg.  Padahal harga harga produksi 1 batang kol mencapai Rp600 hingga 800/ batang.(wan/smg)

KARO- Harga tanaman kol (kubis), beberapa  bulan belakangan turun drastis hingga titik terendah. Bahkan beberapa  pekan terakhir, petani memilih tidak lagi memanen salah satu hasil komoditi holtikultura andalan dataran tinggi Karo tersebut sebagai produk ekspor atau barang lokal.

Rendahnya harga  jual petani di tingkat pasar tradisional atau lelang di areal peraladangan, memaksa petani kol harus merelakan tanamannya  hingga pecah dan membusuk di  ladang. Hal ini  terpaksa dilakukan  mengingat biaya produksi panen  yang sangat tinggi dibanding hasil yang diterima.

Minimnya perhatian  pemerintah untuk mendongkrak harga  kol, semisal upaya yang dilakukan ketika harga cabai melonjak, tentunya membuat asumsi miring petani , khususnya yang bergerak di bidang budidaya  kol. Itu dikarenakan, ekspor  tanaman kol dari kawasan Karo, ke negeri jiran Malaysia dan Singapura, memiliki kapasitas cukup besar.
Petani kol, asal Desa Juma Raja, T Tarigan mengatakan, dulu pernah Pemkab Karo menyampaikan  wacana  pemasaran sayuran  kol ,  tapi sejauh ini belum ada  memberikan solusi  dan langkah pasti  guna menekan tingkat kerugian petani.
Menurutnya, kerugian yang dialami petani kol  bukan  yang  pertama kali terjadi, namun kali ini  merupakan hal yang paling buruk dalam sejarah tahun 2011. Itu karena kol  saat ini hanya diterima  dengan harga Rp200  hingga Rp300 per  kg.  Padahal harga harga produksi 1 batang kol mencapai Rp600 hingga 800/ batang.(wan/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/