MEDAN, SUMUTPOS.CO – Vaksinasi Covid-19 lansia belum mencapai target. Hingga 5 Juni, tercatat cakupan vaksinasi dosis 1 terhadap lansia baru mencapai 9,07% atau 116.009 orang dari target 1.279.122 orang. Sedangkan dosis dua 5,57% atau 71.197 orang.
“Cakupan angka vaksinasi lansia kita masih rendah. Padahal, sosialisasi terus gencar dilakukan sampai sekarang. Jadi, mungkin untuk lansia ini peminatnya yang minim,” ujar Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah.
Menurut Aris yang juga Plt Kadis Kesehatan Sumut ini, dari cakupan 9,07% itu, terbanyak lansia yang sudah divaksin dosis satu adalah di Kota Medan dengan jumlah 61.596 orang. Selanjutnya, kabupaten/kota lain cakupannya masih di bawah angka 10.000 lansia.
“Diharapkan semua pihak mendorong agar pelaksanaan program vaksinasi terhadap lansia dapat berjalan dengan baik dan sesuai yang diharapkan. Vaksinasi terhadap lansia menjadi tantangan, dan membutuhkan peran serta dari masyarakat,” ucapnya.
Lebih lanjut Aris mengatakan, untuk cakupan vakinasi terhadap petugas publik kini sudah 50,55% atau 444.748 orang dari sasaran 879.798 orang. Sementara dosis dua, cakupannya 31,69% atau 278.767 orang. “Kota Medan masih tertinggi cakupan vaksinasi dosis satu petugas publik, jumlahnya saat ini 186.408 orang. Daerah lainnya masih di bawah angka 50.000 orang,” beber Aris.
Terkait perkembangan kasus Covid-19 di Sumut, Aris menjelaskan, masih terus bertambah kasus baru. Kali ini, sebanyak 74 kasus baru terkonfirmasi positif didapatkan dari 6 kabupaten/kota. Dengan penambahan tersebut, saat ini akumulasi kasus positif Covid-19 Sumut naik menjadi 32.528 orang. “Penambahan kasus baru positif tersebut, paling banyak berasal dari Kota Medan 34 orang, Deli Serdang 19 orang, dan Dairi 10 orang,” terangnya.
Untuk kasus sembuh, akumulasinya 29.025 orang setelah bertambah 89 kasus baru dari 4 kabupaten/kota. Antara lain, Medan 28 orang, Deliserdang 26 orang, Labuhanbatu Utara 26 orang dan Dairi 9 orang. “Akumulasi kasus sembuh terbanyak yaitu Medan 15.239 dan Deli Serdang 4.607 orang. Selebihnya, kabupaten/kota lain masih di bawah angka 1.000 kasus,” kata Aris.
Aris menuturkan, untuk angka kasus kematian, kini jumlahnya mencapai 1.068 orang. Jumlah ini setelah bertambah 3 kasus baru dari Dairi 2 orang dan Medan 1 orang. Sedangkan suspek akumulasinya 685 orang, dengan penambahan 20 kasus baru. “Dengan demikian, kasus aktif Covid-19 di Sumut saat ini berjumlah 2.435 orang. Dari jumlah ini, 876 orang dirawat di rumah sakit dan 1.559 orang isolasi mandiri,” beber Aris.
Aris mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dan konsisten melaksanakan protokol kesehatan Covid-19 dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Protokol kesehatan harus melekat dalam setiap aktivitas. “Tidak boleh lengah menjalankan 5M, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas,” pungkasnya.
Sementara itu, minimnya vaksinasi Covid-19 terhadap masyarakat lanjut usia (lansia) di Sumatera Utara (Sumut), salah satu faktornya adalah dampak dari isu vaksin yang tidak aman.
Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumatera Utara, Destanul Aulia menilai, isu tersebut mencuat sejak dikabarkan vaksin Covid-19 sudah tiba di Indonesia, sehingga membuat masyarakat ragu tentang keamanannya. Ditambah lagi, banyak orang belum paham mengenai proses distribusinya ke seluruh Indonesia.
“Minimnya lansia menjalankan vaksinasi Covid-19 yaitu karena termakan isu mengenai vaksin yang tidak aman. Isu proses pemberian vaksin yang tidak nyaman dan tidak happy hingga rumah sakit sebagai sumber penularan Covid-19,” ungkap Destanul Aulia.
Selain itu, Aulia menilai, ada beberapa permasalahan lain sehingga minimnya vaksinasi terhadap kelompok lansia yaitu persoalan akses. Kemudian, stok vaksin yang berfluktuasi sehingga susah dibuat perencanaan yang baik. “Permasalahan akses merupakan permasalahan yang sistematik, dimulai dari pendataan yang lemah sehingga di saat lansia mendaftar ternyata nama tidak ada di sistem dan batal untuk divaksin,” kata dia.
Aulia menuturkan, proses sebelum divaksin yang panjang dan memakan waktu lama, menyebabkan target vaksin untuk lansia belum tercapai 90 persen. Untuk itu, pemerintah harus memperbaiki akses tersebut sehingga minat para lansia tinggi untuk mengikuti vaksin Corona.
“Mendaftarkan terlebih dahulu di dalam sistem sebelum ke lokasi vaksin, menyediakan sekaligus konsultasi geriatrik dan perencanaan yang baik oleh tim pemberi vaksin. Seperti siapa siapa yang harus divaksin untuk waktu tertentu, ketersediaan stok dan terakhir menciptakan suasana nyaman dan aman saat bervaksin,” saran dia.
Di samping itu, masalah lain yakni terkait populasi lansia. Kelayakan vaksinasi yang tetap ditentukan oleh kriteria RAPUH (Resistensi, Aktifitas, Penyakit lebih dari 4, Usaha berjalan dan Hilangnya berat badan). “Nah, kalau kriteria RAPUH itu tadi lebih dari 2 angkanya, maka individu tersebut belum layak divaksin. Karena itu, apabila kedua hal tersebut masih diragukan maka para lansia disarankan untuk mengkonsultasikan ke dokter spesialis penyakit,” pungkas Aulia.
Tak jauh beda disampaikan Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut dr Delyuzar. Ia menilai minimnya masyarakat, khususnya kalangan lansia mengikuti vaksin Covid-19 karena banyaknya informasi yang tidak tepat sampai sasaran. “Banyaknya rumor, berita hoaks, ketidakpahaman, dan bahkan informasi yang beredar di media sosial. Isu seperti ini masih terus beredar di masyarakat, sehingga ini mengurangi tingkat keyakinan masyarakat,” kata Delyuzar.
Meski begitu, dia mengakui jumlah petugas Satgas Penanganan Covid-19 sangat terbatas untuk memberikan informasi kepada masyarakat. “Kita yang paham harus memberikan informasi yang benar kepada masyarakat. Sebab, vaksin Covid-19 ini sangat membantu melawan penyebaran virus tersebut,” pungkas dia.
Medan Masih Zona Orange
Di Kota Medan, angka kematian akibat Covid-19 cenderung naik atau meningkat. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, kasus Covid-19 di Kota Medan telah mencapai 16.549 kasus per Sabtu (5/6) lalu. Meski demikian, Kota Medan masih berada di status zona orange.
Dari jumlah tersebut, di hari yang sama, angka kematian akibat Covid-19 juga mengalami peningkatan. Sebab pada Sabtu kemarin, terdapat 6 orang yang meninggal dunia karena Covid-19 di Kota Medan. Selain angka kematian, dalam satu hari pada Sabtu kemarin, peningkatan Covid-19 di Kota Medan juga mencapai 32 kasus.
Kabar baiknya, jumlah yang sembuh dalam satu hari sebanyak 4 kali lipat dari jumlah yang meninggal. Sebab dalam satu hari, jumlah yang sembuh dari virus tersebut mencapai 24 orang. Alhasil, total pasien Covid-19 di Kota Medan yang sembuh hingga saat ini mencapai 15.334 orang.
Terkait hal ini, Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Medan dr Mardohar Tambunan M.Kes, mengatakan, meskipun jumlah angka kematian akibat Covid-19 di Kota Medan terbilang cenderung naik, namun status Kota Medan masih berada dalam Zona Orange.”Saat ini Kota Medan masih berada di status zona orange,” ucap Mardohar, Minggu (6/6).
Untuk itu, kata Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) pada Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut mengatakan, hingga saat ini Satgas Covid-19 Kota Medan masih rutin melakukan pengawasan penerapan PPKM mikro, seperti pengawasan penerapan jam operasional kepada pelaku usaha pariwisata dan mengaktifkan posko di perbatasan Kota Medan. “Penyekatan terhadap masyarakat yang berasal dari luar kota yang ingin masuk ke Kota Medan masih dilakukan,” ujarnya.
Berdasarkan informasi, penyekatan itu di pusatkan pada pintu-pintu masuk Kota Medan di Jalan Jamin Ginting, Kecamatan Medan Tuntungan. Dalam penyekatan tersebut, masyarakat yang berasal dari luar daerah yang akan memasuki Kota Medan harus menjalani swab test terlebih dahulu. “Apabila hasilnya negatif maka oleh petugas diizinkan untuk melanjutkan perjalanan. Tapi kalau hasilnya positif, maka harus dirujuk ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan,” katanya.
Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi II DPRD Medan, Sudari ST meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan untuk lebih meningkatkan 3T yakni Testing (pemeriksaan dini), Tracing (pelacakan kontak erat), dan Treatment (perawatan) dalam menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Medan. Ia berharap, pihak terkait dapat terus mengawasi jalannya PPKM Mikro di Kota Medan. (ris/map/ila)
Kita melihat, saat ini Pemko Medan di bawah kepemimpinan Wali Kota Bobby Nasution memang jauh lebih serius dalam menerapkan 3T. Tapi bila bisa ditingkatkan lagi, maka tentu akan jauh lebih baik lagi,” terang Sudari.
Dikatakan Sudari, Dinkes juga harus terus berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan sebaliknya, agar proses vaksinasi kepada para guru di Kota Medan dapat segera diselesaikan. Mengingat, guru merupakan bagian dari pelayan publik yang tingkat vaksinasinya masih di bawah 60 persen.
“Kalau Wali Kota Medan bilang ingin push para guru supaya segera menuntaskan proses vaksinasi, saya secara pribadi sangat setuju. Apalagi kita tahu ada wacana sekolah tatap muka di bulan Juli nanti, kita berharap Dinkes dan Disdik bisa bekerja ekstra untuk rencana baik Wali Kota ini,” katanya.
Ketua Fraksi PAN DPRD Medan ini juga berharap, Dinas Pariwisata Kota Medan bersama Tim Satgas Covid-19 Kota Medan dapat terus mengawasi jalannya PPKM Mikro di Kota Medan. Sebab dalam SE yang ditandatangai Wali Kota Medan itu, tempat hiburan diwajibkan untuk tidak beroperasi dan tempat penjualan makan/minum juga dibatasi jam operasionalnya hingga pukul 21.00 WIB.
“Khususnya Dispar supaya lebih menyosialisasikan hal ini kepada para stakeholdernya. Jangan sampai ada yang tidak mematuhi surat edaran wali kota. Keseriusan pemerintah dalam menangani Covid-19 ini harus di dukung penuh oleh semua pihak,” pungkasnya. (ris/map/ila)