30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Overprotektif Hambat Tumbuh Kembang Anak

Ilustrasi. FOTO: dok/jpnn.com
Ilustrasi. FOTO: dok/jpnn.com

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Pertumbuhan anak selalu menjadi fokus utama orang tuanya. Tetapi, itu tidak berarti orang tua harus overprotektif terhadap anak. Sebab, ada kalanya sifat overprotektif menghambat tumbuh kembang anak.

Spesialis anak konsultan tumbuh kembang RSUD dr Soetomo dr Mira Irmawati SpA(K) mengatakan, salah satu proses tumbuh kembang yang kadang secara tidak disadari dihambat orang tua sendiri adalah saat anak berusia 6–18 bulan. Fase itu masuk kategori bayi di bawah tiga tahun (batita).

Orang tua sering melarang anak memasukkan barang ke dalam mulutnya. Padahal, pada fase oral, hal itu adalah salah satu cara anak mengeksplorasi lingkungannya. Tahap tersebut dinilai penting untuk pematangan organ oromotor yang kelak berguna dalam berbicara dan makan.

’’Jadi, cukup sediakan mainan yang tidak bisa tertelan, tersedak, dan tidak mengakibatkan keracunan,’’ ucap Mira dalam Seminar Media, Manajemen Tumbuh Kembang yang Tepat Hasilkan Balita Berkualitas yang diadakan Pure Indonesia di Novotel Rabu (5/11).

Menghindarkan anak-anak dari kebiasaan tersebut malah bisa membuat mereka terlambat berbicara (speech delayed). ’’Apalagi kalau orang tuanya tidak aktif mengajak berkomunikasi. Biasanya anak zaman sekarang sudahanteng kalau dikasih PC tablet,’’ papar Mira. Namun, orang tua tetap harus mengontrol semua mainan anaknya.

Bisa saja dalam kurun waktu tertentu, orang tua membersihkan mainan dengan sabun yang mengandung food grade formula. Itu adalah kandungan dalam produk setingkat dengan makanan sehingga aman bila tertelan. Sebab, bila dibersihkan dengan sabun sembarangan, mainan bisa saja tidak higienis. Dalam hubungannya dengan higienis atau tidak, sebenarnya tidak hanya mainan. Untuk perlengkapan bayi seperti body lotion, bedak, dan tisu basah, sebaiknya juga dipilih yang low hazard. ’’Memilih produk untuk anak harus selektif. Pilih yang tidak menimbulkan efek samping sedikit pun pada anak,’’ ungkap Mira.

Low hazard adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan bahwa produk tersebut aman. Setingkat dengan food grade formula. Komposisinya tidak menimbulkan efek samping pada bayi. Bila tertelan pun, produk itu sangat aman.

Contohnya, saat memilih tisu basah. Masih banyak orang tua yang menyukai tisu basah yang wangi. Padahal, yang wangi bisa jadi menggunakan bahan pewangi sintetis yang berarti bahan kimia. Padahal, cairan tisu basah mudah menempel dan berpotensi tertelan. Bila dilakukan dalam jangka waktu lama, efek samping buruk bisa terjadi.

Brand Manager Pure Indonesia Leny Frenciple menyayangkan, hingga kini tidak ada kode atau tanda khusus yang menunjukkan sebuah produk itu low hazard. ’’Kita harus mencermati satu-satu komposisi suatu produk. Ini tantangan untuk ibu-ibu,’’ ucapnya. Menjadi seorang ibu memang harus cermat. Memastikan yang terbaik untuk keluarganya dengan cara detail.(ina/c7/dos)

Ilustrasi. FOTO: dok/jpnn.com
Ilustrasi. FOTO: dok/jpnn.com

SURABAYA, SUMUTPOS.CO – Pertumbuhan anak selalu menjadi fokus utama orang tuanya. Tetapi, itu tidak berarti orang tua harus overprotektif terhadap anak. Sebab, ada kalanya sifat overprotektif menghambat tumbuh kembang anak.

Spesialis anak konsultan tumbuh kembang RSUD dr Soetomo dr Mira Irmawati SpA(K) mengatakan, salah satu proses tumbuh kembang yang kadang secara tidak disadari dihambat orang tua sendiri adalah saat anak berusia 6–18 bulan. Fase itu masuk kategori bayi di bawah tiga tahun (batita).

Orang tua sering melarang anak memasukkan barang ke dalam mulutnya. Padahal, pada fase oral, hal itu adalah salah satu cara anak mengeksplorasi lingkungannya. Tahap tersebut dinilai penting untuk pematangan organ oromotor yang kelak berguna dalam berbicara dan makan.

’’Jadi, cukup sediakan mainan yang tidak bisa tertelan, tersedak, dan tidak mengakibatkan keracunan,’’ ucap Mira dalam Seminar Media, Manajemen Tumbuh Kembang yang Tepat Hasilkan Balita Berkualitas yang diadakan Pure Indonesia di Novotel Rabu (5/11).

Menghindarkan anak-anak dari kebiasaan tersebut malah bisa membuat mereka terlambat berbicara (speech delayed). ’’Apalagi kalau orang tuanya tidak aktif mengajak berkomunikasi. Biasanya anak zaman sekarang sudahanteng kalau dikasih PC tablet,’’ papar Mira. Namun, orang tua tetap harus mengontrol semua mainan anaknya.

Bisa saja dalam kurun waktu tertentu, orang tua membersihkan mainan dengan sabun yang mengandung food grade formula. Itu adalah kandungan dalam produk setingkat dengan makanan sehingga aman bila tertelan. Sebab, bila dibersihkan dengan sabun sembarangan, mainan bisa saja tidak higienis. Dalam hubungannya dengan higienis atau tidak, sebenarnya tidak hanya mainan. Untuk perlengkapan bayi seperti body lotion, bedak, dan tisu basah, sebaiknya juga dipilih yang low hazard. ’’Memilih produk untuk anak harus selektif. Pilih yang tidak menimbulkan efek samping sedikit pun pada anak,’’ ungkap Mira.

Low hazard adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan bahwa produk tersebut aman. Setingkat dengan food grade formula. Komposisinya tidak menimbulkan efek samping pada bayi. Bila tertelan pun, produk itu sangat aman.

Contohnya, saat memilih tisu basah. Masih banyak orang tua yang menyukai tisu basah yang wangi. Padahal, yang wangi bisa jadi menggunakan bahan pewangi sintetis yang berarti bahan kimia. Padahal, cairan tisu basah mudah menempel dan berpotensi tertelan. Bila dilakukan dalam jangka waktu lama, efek samping buruk bisa terjadi.

Brand Manager Pure Indonesia Leny Frenciple menyayangkan, hingga kini tidak ada kode atau tanda khusus yang menunjukkan sebuah produk itu low hazard. ’’Kita harus mencermati satu-satu komposisi suatu produk. Ini tantangan untuk ibu-ibu,’’ ucapnya. Menjadi seorang ibu memang harus cermat. Memastikan yang terbaik untuk keluarganya dengan cara detail.(ina/c7/dos)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/