26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

8 November 2022 Terjadi Gerhana Bulan, Di Sumut, Terlihat Pukul 18.42 WIB

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gerhana bulan atau khusuful qamar diprediksi akan kembali terjadi pada besok atau 8 November 2022. Berdasarkan data astronomis, Gerhana Bulan Total (GBT) akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. “Insya Allah, pada 8 November 2022, akan terjadi gerhana bulan total di seluruh wilayah Indonesia,” kata Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin di Jakarta.

Menurutnya, gerhana bulan total di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu dapat dilihat pada kontak Umbra 3 (U3) pukul 18.42 WIB. Sementara masyarakat di Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitungn

Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Jogjakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, dapat melihat GBT pada waktu puncak gerhana, yakni 17.59 WIB.

Untuk wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, GBT dapat dilihat pada kontak Umbra 2 (U2) pukul 17.16 WIB/18.16 WITA/19.16 WIT. “Masyarakat Papua dan Papua Barat dapat melihat gerhana bulan total pada kontak Umbra 1 (U1) pukul 18.08 WIT,” jelasnya.

Kamaruddin Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana atau Salat Khusuf. Ditjen Bimas Islam telah menerbitkan seruan kepada para Kepala Kanwil Kemenag agar menginstruksikan Kepala Bidang Urusan Agama Islam/Kepala Bidang Bimas Islam/Pembimbing Syariah, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan Salat Gerhana Bulan di wilayahnya masing-masing.

“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing. Kami juga mengimbau masyarakat memperbanyak zikir, istighfar, sedekah dan amal saleh lainnya, serta mendoakan kesejahteraan dan kemajuan bangsa,” pungkas Kamaruddin.

Namun yang juga perlu mendapat perhatian adalah bagaimana proses terjadinya gerhana bulan? Hal ini penting agar warga memiliki gambaran yang lebih utuh terkait fenomena alam tersebut sembari terus menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Waktunya akan  merupakan fenomena ketika bulan ditutupi oleh bayangan bumi, entah itu sebagian maupun keseluruhan.

Gerhana bulan ini bisa diamati tanpa menggunakan alat khusus seperti teleskop atau teropong.  Sederhananya, proses gerhana bulan ini terjadi  ketika bumi berada di antara matahari dan bulan. Bulan mengitari bumi, sedangkan bumi mengitari matahari. Kemudian saat ditarik garis bumi ada di tengah-tengah antara matahari dan bulan. Oleh sebab itu, cahaya matahari ke bulan tertutup oleh bumi.  Seperti diketahui, bulan bisa terlihat bersinar di malam hari karena memantulkan cahaya matahari, tetapi ketika gerhana, cahaya yang seharusnya membuat bulan bersinar tertutup oleh bumi.

Proses terjadinya gerhana bulan itu selalu terjadi pada sore hingga malam hari.  Bayangan bumi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu umbra dan penumbra. Umbra merupakan bayangan inti, sedangkan penumbra adalah bayangan kabur.

Adapun Jenis Gerhana Bulan Ada tiga jenis:

1. Gerhana Bulan Total adalah gerhana yang terjadi ketika seluruh bayangan umbra jatuh menutupi bulan seutuhnya. Dengan kata lain, posisi bumi saat itu tepat berada satu garis yang sama di antara matahari dan bulan.  Gerhana bulan total juga disebut dengan fenomena super blood moon karena bulan memunculkan warna merah. Warna merah itu bergantung pada ketebalan dari partikel atmosfer bumi yang bisa ditembus oleh cahaya.

2. Gerhana Bulan Sebagian, yakni terjadi ketika tidak semua bagian umbra menutupi bulan. Dengan kata lain, sebagian dari permukaan bulan berada pada daerah penumbra sehingga masih ada bagian bulan yang mampu memantulkan sinar matahari.

3. Gerhana Bulan Penumbra, yakni terjadi saat semua bagian dari bulan berada di penumbra yang membuat masih terlihat tetapi warnanya cenderung samar-samar dan terkesan suram. Namun, fenomena gerhana bulan penumbra ini jarang ditemui dibanding yang lainnya.

Sedangkan fakta Gerhana Bulan kerap dikaitkan dengan isu-isu mengenai fenomena sains maupun supranatural. Memang ada beberapa isu yang bisa dibenarkan, tetapi ada pula rumor yang ternyata salah terkait dengan gerhana bulan.

Seperti:  Disaksikan Mata Telanjang Perlu diketahui bahwa menyaksikan gerhana bulan dengan mata telanjang tidak akan memengaruhi kesehatan mata. Bahkan hal itu telah dijelaskan dalam penelitian dunia medis.

Fenomena yang tidak boleh disaksikan dengan mata telanjang sebenarnya adalah gerhana matahari, bukan gerhana bulan. Tanpa menggunakan alat bantu ketika menyaksikan gerhana matahari terbukti dapat mencederai retina mata.

Kemudian, tidak membahayakan ibu hamil. Rumor lain menyebutkan bahwa gerhana bulan berbahaya bagi ibu hamil. Rumor itu menyatakan bahwa apabila seorang ibu yang melahirkan ketika gerhana bulan terjadi akan memengaruhi kesehatan si bayi yang baru dilahirkan. Padahal, hal tersebut terbukti tidak benar. Gerhana bulan sama sekali tidak memengaruhi ibu hamil. Kaitan dengan Kesehatan Mental Fenomena gerhana bulan tidak terbukti membuat perilaku mental terganggu.

Peningkatan jumlah nyamuk. Rumor mengenai meningkatnya jumlah nyamuk saat gerhana ternyata terbukti benar adanya. Berdasarkan sebuah penelitian, sebagian spesies nyamuk meningkat saat proses gerhana bulan terjadi, dan menurun ketika terjadi bulan purnama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengantisipasi kedatangan nyamuk ketika ada prediksi terjadinya gerhana bulan.

Selanjutnya, sebabkan air laut pasang surut. Pasang surut air laut terjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, batas ketinggian dari air masih batas wajar, sehingga tidak menyebabkan bencana seperti tsunami. Gerhana bulan ini juga tidak memengaruhi perubahan iklim.

Tidak Selalu Berwarna Merah. Gerhana bulan total kerap disebut super blood moon karena sinarnya berwarna merah darah. Namun faktanya, gerhana bulan tak selamanya berwarna merah. Kondisi warna merah itu tergantung pada kualitas udara lokasi pengamatan. Warna merah darah akan muncul ketika udara bersih dan minim polusi.  Namun, ketika polusi tinggi, bayangan gerhana akan berwarna jingga dan bintang-bintang akan redup.

Sedangkan mitos gerhana bulan dari berbagai negara; ada pula kepercayaan-kepercayaan atau mitos yang mengaitkan dengan fenomena gerhana bulan. Mitos-mitos di setiap negara terkait dengan gerhana bulan juga berbeda-beda. Misalnya:  China di China, masyarakat meyakini bahwa ketika terjadi gerhana bulan total dan menunjukkan warna merah darah terjadi karena ada seekor naga yang haus akan darah. Sebagian masyarakat memercayai bahwa naga itu akan turun ke bumi untuk memangsa manusia. Selain itu, masyarakat China juga percaya bahwa gerhana bulan terjadi karena matahari ditelan oleh naga.

Kalau Yunani Kuno, masyarakat Yunani Kuno memercayai bahwa gerhana bulan ini merupakan pertanda sebuah bencana. Mereka percaya bahwa gerhana bulan itu penyebabnya adalah karena para dewa yang sedang marah karena warnanya yang terkesan suram dan mencekam.

Sedangkan Meksiko, India, Indonesia, masyarakat tiga negara itu mempunyai kepercayaan terkait gerhana bulan yang menyatakan bahwa gerhana bulan berbahaya untuk ibu hamil. Oleh sebab itu, ketika sedang terjadi gerhana bulan jangan sampai ibu hamil keluar rumah. Bahkan, ibu hamil diminta memegang gunting ketika gerhana bulan terjadi yang konon akan menjauhkan dari kesialan.

Suku Hupa Suku Hupa memercayai bahwa bulan mempunyai peliharaan hewan berjumlah 20. Ketika hewan peliharaan itu tidak diberi makan, maka terjadilah gerhana. Kalau Suku Luiseno Suku Luiseno meyakini bahwa gerhana bulan merupakan kondisi ketika bulan sedang tidak sehat alias sakit. Dan untuk mengobatinya suku luiseno melakukan ritual berupa bernyanyi.

Seadngkan Suku Inca Suku Inca memiliki kepercayaan yang nyaris sama dengan masyarakat China. Jika di China bulan dimana oleh Naga, maka Suku Inca meyakini bahwa gerhana bulan terjadi karena seekor jaguar memakan bulan. Warna merah yang muncul itu dianggap sebagai darah milik bulan.

Suku Batammaliba Suku Batamamaliba percaya bahwa terjadinya gerhana bulan karena bulan dan matahari sedang tidak akur alias sedang bertengkar. Ketika terjadi gerhana, suku ini lantas melakukan ritual yang bisa mendamaikan keduanya.

Bangsa Viking Bangsa Viking percaya bahwa gerhana bulan ini merupakan pertanda kedatangan iblis. Agar menghindarkan kedatangan iblis, bangsa Viking biasanya melakukan ritual dengan cara berkumpul dan membunyikan panci dan wajan selama proses gerhana terjadi. (bbs/jpc)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gerhana bulan atau khusuful qamar diprediksi akan kembali terjadi pada besok atau 8 November 2022. Berdasarkan data astronomis, Gerhana Bulan Total (GBT) akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. “Insya Allah, pada 8 November 2022, akan terjadi gerhana bulan total di seluruh wilayah Indonesia,” kata Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin di Jakarta.

Menurutnya, gerhana bulan total di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Bengkulu dapat dilihat pada kontak Umbra 3 (U3) pukul 18.42 WIB. Sementara masyarakat di Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitungn

Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Jogjakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat, dapat melihat GBT pada waktu puncak gerhana, yakni 17.59 WIB.

Untuk wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, GBT dapat dilihat pada kontak Umbra 2 (U2) pukul 17.16 WIB/18.16 WITA/19.16 WIT. “Masyarakat Papua dan Papua Barat dapat melihat gerhana bulan total pada kontak Umbra 1 (U1) pukul 18.08 WIT,” jelasnya.

Kamaruddin Amin mengajak umat Islam untuk melaksanakan Salat Gerhana atau Salat Khusuf. Ditjen Bimas Islam telah menerbitkan seruan kepada para Kepala Kanwil Kemenag agar menginstruksikan Kepala Bidang Urusan Agama Islam/Kepala Bidang Bimas Islam/Pembimbing Syariah, Kepala Kemenag Kabupaten/Kota, dan Kepala KUA untuk bersama para ulama, pimpinan ormas Islam, imam masjid, aparatur pemerintah daerah dan masyarakat untuk melaksanakan Salat Gerhana Bulan di wilayahnya masing-masing.

“Pelaksanaan shalat gerhana disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing. Kami juga mengimbau masyarakat memperbanyak zikir, istighfar, sedekah dan amal saleh lainnya, serta mendoakan kesejahteraan dan kemajuan bangsa,” pungkas Kamaruddin.

Namun yang juga perlu mendapat perhatian adalah bagaimana proses terjadinya gerhana bulan? Hal ini penting agar warga memiliki gambaran yang lebih utuh terkait fenomena alam tersebut sembari terus menyadari kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Waktunya akan  merupakan fenomena ketika bulan ditutupi oleh bayangan bumi, entah itu sebagian maupun keseluruhan.

Gerhana bulan ini bisa diamati tanpa menggunakan alat khusus seperti teleskop atau teropong.  Sederhananya, proses gerhana bulan ini terjadi  ketika bumi berada di antara matahari dan bulan. Bulan mengitari bumi, sedangkan bumi mengitari matahari. Kemudian saat ditarik garis bumi ada di tengah-tengah antara matahari dan bulan. Oleh sebab itu, cahaya matahari ke bulan tertutup oleh bumi.  Seperti diketahui, bulan bisa terlihat bersinar di malam hari karena memantulkan cahaya matahari, tetapi ketika gerhana, cahaya yang seharusnya membuat bulan bersinar tertutup oleh bumi.

Proses terjadinya gerhana bulan itu selalu terjadi pada sore hingga malam hari.  Bayangan bumi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu umbra dan penumbra. Umbra merupakan bayangan inti, sedangkan penumbra adalah bayangan kabur.

Adapun Jenis Gerhana Bulan Ada tiga jenis:

1. Gerhana Bulan Total adalah gerhana yang terjadi ketika seluruh bayangan umbra jatuh menutupi bulan seutuhnya. Dengan kata lain, posisi bumi saat itu tepat berada satu garis yang sama di antara matahari dan bulan.  Gerhana bulan total juga disebut dengan fenomena super blood moon karena bulan memunculkan warna merah. Warna merah itu bergantung pada ketebalan dari partikel atmosfer bumi yang bisa ditembus oleh cahaya.

2. Gerhana Bulan Sebagian, yakni terjadi ketika tidak semua bagian umbra menutupi bulan. Dengan kata lain, sebagian dari permukaan bulan berada pada daerah penumbra sehingga masih ada bagian bulan yang mampu memantulkan sinar matahari.

3. Gerhana Bulan Penumbra, yakni terjadi saat semua bagian dari bulan berada di penumbra yang membuat masih terlihat tetapi warnanya cenderung samar-samar dan terkesan suram. Namun, fenomena gerhana bulan penumbra ini jarang ditemui dibanding yang lainnya.

Sedangkan fakta Gerhana Bulan kerap dikaitkan dengan isu-isu mengenai fenomena sains maupun supranatural. Memang ada beberapa isu yang bisa dibenarkan, tetapi ada pula rumor yang ternyata salah terkait dengan gerhana bulan.

Seperti:  Disaksikan Mata Telanjang Perlu diketahui bahwa menyaksikan gerhana bulan dengan mata telanjang tidak akan memengaruhi kesehatan mata. Bahkan hal itu telah dijelaskan dalam penelitian dunia medis.

Fenomena yang tidak boleh disaksikan dengan mata telanjang sebenarnya adalah gerhana matahari, bukan gerhana bulan. Tanpa menggunakan alat bantu ketika menyaksikan gerhana matahari terbukti dapat mencederai retina mata.

Kemudian, tidak membahayakan ibu hamil. Rumor lain menyebutkan bahwa gerhana bulan berbahaya bagi ibu hamil. Rumor itu menyatakan bahwa apabila seorang ibu yang melahirkan ketika gerhana bulan terjadi akan memengaruhi kesehatan si bayi yang baru dilahirkan. Padahal, hal tersebut terbukti tidak benar. Gerhana bulan sama sekali tidak memengaruhi ibu hamil. Kaitan dengan Kesehatan Mental Fenomena gerhana bulan tidak terbukti membuat perilaku mental terganggu.

Peningkatan jumlah nyamuk. Rumor mengenai meningkatnya jumlah nyamuk saat gerhana ternyata terbukti benar adanya. Berdasarkan sebuah penelitian, sebagian spesies nyamuk meningkat saat proses gerhana bulan terjadi, dan menurun ketika terjadi bulan purnama. Oleh karena itu, ada baiknya untuk mengantisipasi kedatangan nyamuk ketika ada prediksi terjadinya gerhana bulan.

Selanjutnya, sebabkan air laut pasang surut. Pasang surut air laut terjadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Namun demikian, batas ketinggian dari air masih batas wajar, sehingga tidak menyebabkan bencana seperti tsunami. Gerhana bulan ini juga tidak memengaruhi perubahan iklim.

Tidak Selalu Berwarna Merah. Gerhana bulan total kerap disebut super blood moon karena sinarnya berwarna merah darah. Namun faktanya, gerhana bulan tak selamanya berwarna merah. Kondisi warna merah itu tergantung pada kualitas udara lokasi pengamatan. Warna merah darah akan muncul ketika udara bersih dan minim polusi.  Namun, ketika polusi tinggi, bayangan gerhana akan berwarna jingga dan bintang-bintang akan redup.

Sedangkan mitos gerhana bulan dari berbagai negara; ada pula kepercayaan-kepercayaan atau mitos yang mengaitkan dengan fenomena gerhana bulan. Mitos-mitos di setiap negara terkait dengan gerhana bulan juga berbeda-beda. Misalnya:  China di China, masyarakat meyakini bahwa ketika terjadi gerhana bulan total dan menunjukkan warna merah darah terjadi karena ada seekor naga yang haus akan darah. Sebagian masyarakat memercayai bahwa naga itu akan turun ke bumi untuk memangsa manusia. Selain itu, masyarakat China juga percaya bahwa gerhana bulan terjadi karena matahari ditelan oleh naga.

Kalau Yunani Kuno, masyarakat Yunani Kuno memercayai bahwa gerhana bulan ini merupakan pertanda sebuah bencana. Mereka percaya bahwa gerhana bulan itu penyebabnya adalah karena para dewa yang sedang marah karena warnanya yang terkesan suram dan mencekam.

Sedangkan Meksiko, India, Indonesia, masyarakat tiga negara itu mempunyai kepercayaan terkait gerhana bulan yang menyatakan bahwa gerhana bulan berbahaya untuk ibu hamil. Oleh sebab itu, ketika sedang terjadi gerhana bulan jangan sampai ibu hamil keluar rumah. Bahkan, ibu hamil diminta memegang gunting ketika gerhana bulan terjadi yang konon akan menjauhkan dari kesialan.

Suku Hupa Suku Hupa memercayai bahwa bulan mempunyai peliharaan hewan berjumlah 20. Ketika hewan peliharaan itu tidak diberi makan, maka terjadilah gerhana. Kalau Suku Luiseno Suku Luiseno meyakini bahwa gerhana bulan merupakan kondisi ketika bulan sedang tidak sehat alias sakit. Dan untuk mengobatinya suku luiseno melakukan ritual berupa bernyanyi.

Seadngkan Suku Inca Suku Inca memiliki kepercayaan yang nyaris sama dengan masyarakat China. Jika di China bulan dimana oleh Naga, maka Suku Inca meyakini bahwa gerhana bulan terjadi karena seekor jaguar memakan bulan. Warna merah yang muncul itu dianggap sebagai darah milik bulan.

Suku Batammaliba Suku Batamamaliba percaya bahwa terjadinya gerhana bulan karena bulan dan matahari sedang tidak akur alias sedang bertengkar. Ketika terjadi gerhana, suku ini lantas melakukan ritual yang bisa mendamaikan keduanya.

Bangsa Viking Bangsa Viking percaya bahwa gerhana bulan ini merupakan pertanda kedatangan iblis. Agar menghindarkan kedatangan iblis, bangsa Viking biasanya melakukan ritual dengan cara berkumpul dan membunyikan panci dan wajan selama proses gerhana terjadi. (bbs/jpc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/