KARO-Bencana erupsi Sinabung terus menimbulkan kisah duka. Selain ribuan warga harus meninggalkan kampung yang menyebabkan menurunkan pendapatan mereka, beberapa warga juga harus merasakan kehilangan anggota keluarga.Menurut informasi yang berkembang, setidaknya 19 orang meninggal sejak mulai mengungsi.
Ke-19 warga tersebut meninggal dunia dengan beragam sebab selama di pengungsian. Namun, hingga terakhir, sesuai keterangan di Media Centre Posko Tanggap Darurat Erupsi Gunung Api Sinabung, Komplek Kantor Camat, Jalan Veteran Kabanjahe, baru 14 orang yang terdata identitas serta latar belakang kematiannya.
Keempat belas orang itu berusia antara 32 hingga 90 tahun. Dan, hampir sebagian besar pengungsi yang meninggal dunia sampai dengan 5 Januari 2013 disebabkan penyakit dalam, tensi tinggi, sesak, serta asma. Namun terdapat juga pengungsi yang meninggal setelah mengalami depresi pascamelahirkan.
Di sisi lain, data per 6 Januari 2013, ada 6 orang anak lahir ke dunia dari rahim ibu yang sedang mengungsi. Sedangkan, 35 orang pengungsi kini terpaksa dirawat di dua rumah sakit, RSUD Kabanjahe dan RS Efarina Etaham Berastagi, yang melayani pengobatan gratis bagi pengungsi. Rata-rata warga pengungsi ini mengidap penyakit asma, demam, dehidrasi, hipertensi, pendarahan, ginjal, usus buntu, dan dua orang karena kecelakaan. Sisanya, korban kejadian aksi tenggak racun di Posko UKA Kabanjahe.
Sementara, stok pangan untuk pengungsi ternyata dalam posisi rawan. Setidaknya, stok yang ada hanya bertahan untuk dua hari ke depan. Pernyataan ini dikemukakan Koordinator Media Centre Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Api Sinabung, Jhonson Tarigan, Selasa ( 7/1) kepada wartawan di tenda daruratnya. Menurutnya, bantuan yang menipis ini diduga kuat karena berkurangnya pasokan bantuan dari berbagai pihak yang selama ini banyak masuk.
Stok Makanan Menipis
Hal ini kemudian tentu menghawatirkan karena jumlah pengungsi sampai dengan terakhir berjumlah 22.145 atau 6.898 kepala keluarga yang tersebar di 33 lokasi pengungsian. 22 ribu lebih pengungsi ini berasal dari 4 Kecamatan, yakni Payung, Simpang Empat, Namanteran dan Tiganderket.
Di luar itu, untuk di pengungsian juga terdapat kelompok rentan, di antaranya lansia sebanyak 1.204 jiwa, ibu hamil 179 jiwa dan bayi 606 jiwa. “Kita lebih utamakan penanganan bagi yang berada di kelompok rentan, namun ini tentu harus seimbang dengan stok yang ada , hingga kita harapkan bantuan tetap dapat hadir ke Karo,” ujar Jhonson.
Gunung api Sinabung hingga Selasa (7/1) masih belum memperlihatkan penurunan aktivitas, lava belum juga berhenti, begitupun muntahan debu vulkanik akibat erupsi beruntun yang terus berlangsung dan menghujani kawasan sekitar gunung menyusahkan pengendara yang ingin melintas.
Dari hasil pemantauan Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kecamatan Simpang Empat hingga Selasa (7/1) pukul 18.30 WIB telah terjadi 31 kali erupsi yang disertai luncuran awan panas dan lava pijar.
Teramati kolom debu erupsi setinggi 3 km, dan luncuran awan panas ke arah Selatan pada pukul 14.24 WIB.Petugas PPGA, Windi Cahya, mengatakan, sampai saat ini aktivitas vulkanologi Sinabung masih tinggi dan potensi erupsi kemungkinan masih akan terus terjadi.
“Pantauan kita secara visual dan dari seismograf aktivitas kegempaannya masih tinggi ini menunjukkan bahwa potensi erupsi masih kemungkinan besar akan terus berlanjut,” paparnya. (nng/riz/smg/rbb)