30 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Relokasi Hunian Tahap II Pengungsi Erupsi Sinabung Dicurigai Jadi Ajang Cari Untung

HUNTAP: Kondisi Hunian Tahap II yang diperuntukkan bagi pengungsi erupsi Sinabung belum dilengkapi fasilitas pendukung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Relokasi Mandiri tahap II masih menyisakan berbagai persoalan, nasib ribuan jiwa pengungsi erupsi gunung Sinabung kian tak jelas. Kondisi ini diperparah lagi oleh tak kunjung cairnya dana jatah hidup (jadup), sewa rumah dan lahan. Pemkab dan BPBD Karo dinilai setengah hati dan tak peduli dengan penderitaan pengungsi.

Bahkan yang lebih miris, penanganan pengungsi yang berkepanjangan ini diduga dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk meraup keuntungan. Kecurigaan warga terbukti dari masih amburadulnya pembangunan huntap, baik di hamparan Jalan Veteran Gang Garuda, Desa Kacaribu, Desa Kutambelin, Desa Surbakti, Simpang Ajijahe Sumbul dan Desa Nang Belawan I dan II.

Meski sebagian besar rumah telah berdiri tegak, namun hunian tersebut belum dilengkapi fasilitas umum seperti listrik, air bersih dan septic tank serta fasilitas penunjang lainnya. Tak jelas apa yang menyebabkan terbengkalainnya penyelesaian huntap ini. Padahal dananya sudah dianggarkan.

“Kami curiga ada upaya untuk mencari keuntungan di balik masalah pengungsi ini. Dana sudah dianggarkan, tapi sampai sekarang proyeknya tak selesai-selesai. Ada saja alasan tak masuk akal Pemkab dan BPBD Karo saat kami pertanyakan,” kecam Moral Sitepu, salah seorang pengungsi asal Desa Guru Kinayan pada kru koran ini, Rabu (6/2).

“Bagaimana kami mau tinggal di rumah yang memiliki fasilitas. Listrik dan air tak ada, sama saja dengan tinggal di hutan belantara,”lirihnya. Ironisnya, karena tak memiliki tempat tinggal lain, sudah ada beberapa warga pengungsi yang menempati huntap tersebut.

“Kurasa Pemkab dan BPBD Karo ini sudah tak punya hati nurani lagi. Mereka tega membiarkan pengungsi menderita. Hidup kami makin tak jelas,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Zul Hidayat Batunanggar, pengungsi asal Desa Gurki penerima manfaat hamparan di Desa Kutambelin. Selain belum dialiri listrik, sebagian besar hunian yang dibangun makin tak terawat.

“Parahlah, saat ini loaksi sudah ditumbuhi ilalang. Bahkan tingginya labih tinggi dari rumah. Sangat memprihatinkan sekali,” ungkapnya. Bukan hanya itu, bahkan yang lebih parah lagi, sudah banyak asbes dan pintu-pintu rumah yang hilang dicuri. “Pintu dan asbes rumahku juga hilang,” katanya. Meski kondisinya sangat menyedihkan, namun saat ini ada sekitar 8 KK yang bertahan tinggal di lokasi. Mereka terpaksa bertahan di sana karena tak memiliki tempat tinggal yang lain.

Kondisi yang lebih parah terjadi di lokasi huntap di Jalan Veteran Gang Garuda. Bukan hanya fasilitas umum saja, bangunan rumahnya juga terhenti. Sampai hari ini, baru sekitar 15 unit rumah yang yang sudah selesai dibangun. Info yang dibimpun kru koran ini, terhentinya pembangunan rumah tersebut karena rekanan yang mengerjakan proyek tersebut telah melarikan diri.

“Nd Putri selaku pemborong sudah melarikan diri. Sementara BPBD Karo lepas tangan. Jadi nggak jelas bagaimana kelnajutan bangunan huntap tersebut,” kecam Edo Ginting penerima manfaat hamparan Gang Garuda. Bahkan, lantaran BPBD Karo lepas tangan, warga pengungsi sudah dua kali membuat laporan pengaduan ke Polres Karo. Namun sampai hari ini tak ada kejelasan.

Sebelumnya, Kalak BPBD Karo, Martin Sitepu saat dihubungi mengakui pembangunan huntap mandiri tahap II memang belum rampung. “Pembangunan huntap masih berlangsung, fasilitas umum seperti listrik sudah dipasang, hanya di Kuta Mbelin saja yang belum karena dilarang oleh masyarakat. Saat ini kita juga sudah mempersiapkan pencairan dana sewa rumah selama dua bulan. Dalam waktu dekat ini dana itu akan ditransfer ke rekening masing-masing ,” aku Martin baru-baru ini. Namun kenyataannya, sampai hari ini dana jadup, sewa rumah dan ladang tersebut tak kunjung dicairkan.

Seperti diketahui, BPBD Kabupaten Karo tahun 2016 lalu telah merealisasikan dana hibah Relokasi Mandiri tahap II (kedua) sebesar Rp190,6 miliar. Uang tersebut diberikan kepada 60 kelompok pengungsi erupsi Sinabung asal empat desa, masing-mading Desa Guru Kinayan, Berastepu, Kuta Tonggal dan Gamber. (deo/han)

HUNTAP: Kondisi Hunian Tahap II yang diperuntukkan bagi pengungsi erupsi Sinabung belum dilengkapi fasilitas pendukung.

KARO, SUMUTPOS.CO – Relokasi Mandiri tahap II masih menyisakan berbagai persoalan, nasib ribuan jiwa pengungsi erupsi gunung Sinabung kian tak jelas. Kondisi ini diperparah lagi oleh tak kunjung cairnya dana jatah hidup (jadup), sewa rumah dan lahan. Pemkab dan BPBD Karo dinilai setengah hati dan tak peduli dengan penderitaan pengungsi.

Bahkan yang lebih miris, penanganan pengungsi yang berkepanjangan ini diduga dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk meraup keuntungan. Kecurigaan warga terbukti dari masih amburadulnya pembangunan huntap, baik di hamparan Jalan Veteran Gang Garuda, Desa Kacaribu, Desa Kutambelin, Desa Surbakti, Simpang Ajijahe Sumbul dan Desa Nang Belawan I dan II.

Meski sebagian besar rumah telah berdiri tegak, namun hunian tersebut belum dilengkapi fasilitas umum seperti listrik, air bersih dan septic tank serta fasilitas penunjang lainnya. Tak jelas apa yang menyebabkan terbengkalainnya penyelesaian huntap ini. Padahal dananya sudah dianggarkan.

“Kami curiga ada upaya untuk mencari keuntungan di balik masalah pengungsi ini. Dana sudah dianggarkan, tapi sampai sekarang proyeknya tak selesai-selesai. Ada saja alasan tak masuk akal Pemkab dan BPBD Karo saat kami pertanyakan,” kecam Moral Sitepu, salah seorang pengungsi asal Desa Guru Kinayan pada kru koran ini, Rabu (6/2).

“Bagaimana kami mau tinggal di rumah yang memiliki fasilitas. Listrik dan air tak ada, sama saja dengan tinggal di hutan belantara,”lirihnya. Ironisnya, karena tak memiliki tempat tinggal lain, sudah ada beberapa warga pengungsi yang menempati huntap tersebut.

“Kurasa Pemkab dan BPBD Karo ini sudah tak punya hati nurani lagi. Mereka tega membiarkan pengungsi menderita. Hidup kami makin tak jelas,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Zul Hidayat Batunanggar, pengungsi asal Desa Gurki penerima manfaat hamparan di Desa Kutambelin. Selain belum dialiri listrik, sebagian besar hunian yang dibangun makin tak terawat.

“Parahlah, saat ini loaksi sudah ditumbuhi ilalang. Bahkan tingginya labih tinggi dari rumah. Sangat memprihatinkan sekali,” ungkapnya. Bukan hanya itu, bahkan yang lebih parah lagi, sudah banyak asbes dan pintu-pintu rumah yang hilang dicuri. “Pintu dan asbes rumahku juga hilang,” katanya. Meski kondisinya sangat menyedihkan, namun saat ini ada sekitar 8 KK yang bertahan tinggal di lokasi. Mereka terpaksa bertahan di sana karena tak memiliki tempat tinggal yang lain.

Kondisi yang lebih parah terjadi di lokasi huntap di Jalan Veteran Gang Garuda. Bukan hanya fasilitas umum saja, bangunan rumahnya juga terhenti. Sampai hari ini, baru sekitar 15 unit rumah yang yang sudah selesai dibangun. Info yang dibimpun kru koran ini, terhentinya pembangunan rumah tersebut karena rekanan yang mengerjakan proyek tersebut telah melarikan diri.

“Nd Putri selaku pemborong sudah melarikan diri. Sementara BPBD Karo lepas tangan. Jadi nggak jelas bagaimana kelnajutan bangunan huntap tersebut,” kecam Edo Ginting penerima manfaat hamparan Gang Garuda. Bahkan, lantaran BPBD Karo lepas tangan, warga pengungsi sudah dua kali membuat laporan pengaduan ke Polres Karo. Namun sampai hari ini tak ada kejelasan.

Sebelumnya, Kalak BPBD Karo, Martin Sitepu saat dihubungi mengakui pembangunan huntap mandiri tahap II memang belum rampung. “Pembangunan huntap masih berlangsung, fasilitas umum seperti listrik sudah dipasang, hanya di Kuta Mbelin saja yang belum karena dilarang oleh masyarakat. Saat ini kita juga sudah mempersiapkan pencairan dana sewa rumah selama dua bulan. Dalam waktu dekat ini dana itu akan ditransfer ke rekening masing-masing ,” aku Martin baru-baru ini. Namun kenyataannya, sampai hari ini dana jadup, sewa rumah dan ladang tersebut tak kunjung dicairkan.

Seperti diketahui, BPBD Kabupaten Karo tahun 2016 lalu telah merealisasikan dana hibah Relokasi Mandiri tahap II (kedua) sebesar Rp190,6 miliar. Uang tersebut diberikan kepada 60 kelompok pengungsi erupsi Sinabung asal empat desa, masing-mading Desa Guru Kinayan, Berastepu, Kuta Tonggal dan Gamber. (deo/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/