25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Di Balik Peristiwa Angkot Masuk Jurang Sipittu-pittu, Tobasa

Peti Mati Mini dan Mitos Wanita Berjubah

Tikungan tajam, jalan menurun dan jurang yang dalam di Sipittu-pittu, Kabupaten Tobasa memang angker. Sebelum kejadian, di lokasi ini ditemukan banyak tanda-tanda. Apa saja?

Peristiwa terjunnya angkutan Sri Mersing ke jurang sedalam 120 meter di Sipittu-pittu, Minggu (6/3) dini hari lalu sejatinya adalah sebuah kecelakaan murni. Namun warga di sekitar lokasi mengaku sudah diberi tanda-tanda bakal terjadi sebuah peristiwa besar di sana.

Pasalnya, dua pekan sebelumnya, warga menemukan sebuah peti mati berukuran mini di tepi jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Bahkan sejumlah warga setempat juga mengaku melihat sesosok wanita cantik berambut panjang dan berbaju putih di siang bolong di sekitar lokasi jatuhnya angkot.

Adalah Hapanguan Hutagaol (44), warga Desa Sipittu-pittu yang pertama sekali menemukan peti mati mini tersebut, persis di dekat gapura perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).

“Rabu tanggal tanggal 23 Februari lalu, sekitar pukul 07.00 WIB, ada anak sekolah teriak di gapura itu Kemudian saya mendatanginya. Ternyata, anak tersebut berteriak karena ada peti mati yang terletak di sisi gapura itu,” ujar Hapanguan Hutagaol kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos), kemarin (7/3).

Melihat peti mati ukuran mini tersebut, Hapanguan langsung merinding. Meski peti tampak baru dan bersih, aura peti memancarkan sesuatu yang menyeramkan baginya. Meski demikian, dirinya memberanikan diri membuka peti. Setelah dibuka, ternyata isinya hanya kain putih bersih.

Hapanguan Hutagaol kemudian membuang peti tersebut ke jurang Sipittu-pittu, hanya sekitar 50 meter dari lokasi jatuhnya angkutan Sri Mersing dan menewaskan 4 penumpangnya.

Untuk memastikan informasi tersebut, wartawan mengajak warga turun ke jurang pembuangan peti mati tersebut. Ternyata peti tersebut masih tergantung di semak-semak tepi jurang dalam keadaan utuh. Dan, hingga kini, peti mati ukuran mini itu, masih berada di lokasi.

Sedangkan posisi angkot Sri Mersing yang berada di dasar jurang menyulitkan wartawan untuk mengabadikannya. Apalagi jurang tersebut sangat gelap dan medannya sangat sulit dituruni.

Warga Sipittu-pittu lainnya, A Tampubolon (40) mengatakan, selalu ada tanda-tanda sebelum terjadi musibah di sekitar jurang Sipittu-pittu. Biasanya, penampakan sesosok perempuan cantik berambut panjang dan berjubah putih.
“Saya sendiri bermimpi bertemu gadis cantik itu seminggu lalu, saya tidak bohong,” ungkap A Tampubolon meyakinkan.

Bagi sebagian warga tertentu yang tinggal di sekitar area Sipittu-pittu sudah paham dengan kemunculan gadis cantik tersebut. “Kalau orang kampung ini, bagi orang-orang tertentu, sudah tahu tentang keberadaan gadis cantik itu. Biasanya, penampakan terjadi di siang hari pada saat hujan gerimis dan malam hari. Tapi, lebih sering kelihatan di siang hari,” sambung Tampubolon.
Sedangkan M br Simbolon (41) yang juga warga Sipittu-pittu yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan, di malam angkot jatuh ke jurang, banyak anjing yang melolong di sekitar lokasi.

“Waktu itu, sekitar pukul 02.00 WIB, saya terbangun dari tidur karena mendengar banyak anjing yang menggonggong di sekitar lokasi kejadian. Tapi saya tidak berani keluar, karena takut. Dan mungkin hanya gara-gara ada sesuatu hal yang dilihat anjing-anjing itu,” ungkap br Simbolon.
Ia mengaku tidak mendengar suara teriakan minta tolong. “Saat itu, saya tidak mendengar ada teriakan minta tolong dari jurang itu. Mungkin kalau saya dengar saya sudah keluar dan memanggil tetangga,” paparnya.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Minggu (6/3) dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, angkot Sri Mersing bernomor polisi BK 1206 VH jatuh ke jurang sedalam 120 meter di Sipittu-pittu. Empat penumpang  ditemukan tewas, 10 penumpang lainnya mengalami luka-luka parah. Dua di antaranya adalah balita kakak beradik Olla br Manalu (3) dan Olwin Manalu (1,5). Para korban, berhasil dievakuasi Tim SAR gabungan TNI, Polres Tobasa dan warga setelah kurun waktu sekitar 7 jam.

Lambatnya proses evakuasi tersebut, disebabkan sisi tebing jurang yang cukup terjal. Para korban, baik yang meninggal dan selamat, dirawat di RSU HKBP Balige. Namun hingga kemarin, tinggal satu korban selamat lagi yang dirawat di RSU HKBP Balige, yakni Wandi Gultom. Sebab, korban meninggal dan selamat lainnya sudah dibawa keluarga di Kabupaten Serdang Bedagai untuk dikebumikan dan dirawat di rumah sakit yang ada di kabupaten itu.

Hingga, Senin (7/3), masih banyak pengemudi, penumpang bus, maupun pengendara sepedamotor yang singgah di Sipittu-pittu untuk melihat lokasi tepi jurang jatuhnya angkot Sri Mersing. (hsl/muh/smg)

Peti Mati Mini dan Mitos Wanita Berjubah

Tikungan tajam, jalan menurun dan jurang yang dalam di Sipittu-pittu, Kabupaten Tobasa memang angker. Sebelum kejadian, di lokasi ini ditemukan banyak tanda-tanda. Apa saja?

Peristiwa terjunnya angkutan Sri Mersing ke jurang sedalam 120 meter di Sipittu-pittu, Minggu (6/3) dini hari lalu sejatinya adalah sebuah kecelakaan murni. Namun warga di sekitar lokasi mengaku sudah diberi tanda-tanda bakal terjadi sebuah peristiwa besar di sana.

Pasalnya, dua pekan sebelumnya, warga menemukan sebuah peti mati berukuran mini di tepi jalan, tak jauh dari lokasi kejadian. Bahkan sejumlah warga setempat juga mengaku melihat sesosok wanita cantik berambut panjang dan berbaju putih di siang bolong di sekitar lokasi jatuhnya angkot.

Adalah Hapanguan Hutagaol (44), warga Desa Sipittu-pittu yang pertama sekali menemukan peti mati mini tersebut, persis di dekat gapura perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) dan Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).

“Rabu tanggal tanggal 23 Februari lalu, sekitar pukul 07.00 WIB, ada anak sekolah teriak di gapura itu Kemudian saya mendatanginya. Ternyata, anak tersebut berteriak karena ada peti mati yang terletak di sisi gapura itu,” ujar Hapanguan Hutagaol kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos), kemarin (7/3).

Melihat peti mati ukuran mini tersebut, Hapanguan langsung merinding. Meski peti tampak baru dan bersih, aura peti memancarkan sesuatu yang menyeramkan baginya. Meski demikian, dirinya memberanikan diri membuka peti. Setelah dibuka, ternyata isinya hanya kain putih bersih.

Hapanguan Hutagaol kemudian membuang peti tersebut ke jurang Sipittu-pittu, hanya sekitar 50 meter dari lokasi jatuhnya angkutan Sri Mersing dan menewaskan 4 penumpangnya.

Untuk memastikan informasi tersebut, wartawan mengajak warga turun ke jurang pembuangan peti mati tersebut. Ternyata peti tersebut masih tergantung di semak-semak tepi jurang dalam keadaan utuh. Dan, hingga kini, peti mati ukuran mini itu, masih berada di lokasi.

Sedangkan posisi angkot Sri Mersing yang berada di dasar jurang menyulitkan wartawan untuk mengabadikannya. Apalagi jurang tersebut sangat gelap dan medannya sangat sulit dituruni.

Warga Sipittu-pittu lainnya, A Tampubolon (40) mengatakan, selalu ada tanda-tanda sebelum terjadi musibah di sekitar jurang Sipittu-pittu. Biasanya, penampakan sesosok perempuan cantik berambut panjang dan berjubah putih.
“Saya sendiri bermimpi bertemu gadis cantik itu seminggu lalu, saya tidak bohong,” ungkap A Tampubolon meyakinkan.

Bagi sebagian warga tertentu yang tinggal di sekitar area Sipittu-pittu sudah paham dengan kemunculan gadis cantik tersebut. “Kalau orang kampung ini, bagi orang-orang tertentu, sudah tahu tentang keberadaan gadis cantik itu. Biasanya, penampakan terjadi di siang hari pada saat hujan gerimis dan malam hari. Tapi, lebih sering kelihatan di siang hari,” sambung Tampubolon.
Sedangkan M br Simbolon (41) yang juga warga Sipittu-pittu yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan, di malam angkot jatuh ke jurang, banyak anjing yang melolong di sekitar lokasi.

“Waktu itu, sekitar pukul 02.00 WIB, saya terbangun dari tidur karena mendengar banyak anjing yang menggonggong di sekitar lokasi kejadian. Tapi saya tidak berani keluar, karena takut. Dan mungkin hanya gara-gara ada sesuatu hal yang dilihat anjing-anjing itu,” ungkap br Simbolon.
Ia mengaku tidak mendengar suara teriakan minta tolong. “Saat itu, saya tidak mendengar ada teriakan minta tolong dari jurang itu. Mungkin kalau saya dengar saya sudah keluar dan memanggil tetangga,” paparnya.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Minggu (6/3) dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB, angkot Sri Mersing bernomor polisi BK 1206 VH jatuh ke jurang sedalam 120 meter di Sipittu-pittu. Empat penumpang  ditemukan tewas, 10 penumpang lainnya mengalami luka-luka parah. Dua di antaranya adalah balita kakak beradik Olla br Manalu (3) dan Olwin Manalu (1,5). Para korban, berhasil dievakuasi Tim SAR gabungan TNI, Polres Tobasa dan warga setelah kurun waktu sekitar 7 jam.

Lambatnya proses evakuasi tersebut, disebabkan sisi tebing jurang yang cukup terjal. Para korban, baik yang meninggal dan selamat, dirawat di RSU HKBP Balige. Namun hingga kemarin, tinggal satu korban selamat lagi yang dirawat di RSU HKBP Balige, yakni Wandi Gultom. Sebab, korban meninggal dan selamat lainnya sudah dibawa keluarga di Kabupaten Serdang Bedagai untuk dikebumikan dan dirawat di rumah sakit yang ada di kabupaten itu.

Hingga, Senin (7/3), masih banyak pengemudi, penumpang bus, maupun pengendara sepedamotor yang singgah di Sipittu-pittu untuk melihat lokasi tepi jurang jatuhnya angkot Sri Mersing. (hsl/muh/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/