31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Indonesia Bangsa Besar, Jangan Mau Dipecah Belah

MABMI Jadi Simpul Persatuan Bangsa

Usai melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan mulai pagi hingga siang hari, Jokowi masih menyempatkan diri membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) 2018, di Hotel Adi Mulia Medan, Minggu (7/10) sore. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengingatkan pentingnya semua unsur dan elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan serta kebudayaan lokal.

Menurutnya, Indonesia adalah bangsa yang besar dan Melayu merupakan salah satu suku terbesar di negeri ini. “Di mana-mana saya bicara, saya selalu bilang bahwa kita negara besar. Jumlah penduduk kita sekarang sudah 263 juta, dengan 714 suku berbeda-beda, 1.100 bahasa daerah yang kita miliki, dan suku Melayu merupakan salah satu suku terbesar di tanah air ini,” kata Jokowi.

Memperkuat sambutannya tentang rasa persatuan dan kesatuan,presiden RI ketujuh lantas melantunkan dua buah pantun. “Hujan turun, topan melanda. Patah satu, anak tangga. Meskipun kita berbeda-beda, hidup rukun haruslah dijaga. Sungguh sejuk air kelapa, kelapa muda tersisa tiga. Meskipun kita beraneka rupa, persatuan harus terus dijaga,” lantun Jokowi yang disambut tepuk tangan ribuan undangan yang hadir.

Menurutnya, perbedaan-perbedaan adalah sunatullah dan merupakan anugerah dari Allah SWT. “Bapak-ibu akan dapat merasakan jika sudah pergi ke 514 kabupaten/kota yang kita miliki. Atau ke 34 provinsi di Indonesia yang kita miliki, baru terasa bahwa kita adalah negara besar. Sekarang penduduk kita 263 juta dan tinggal di 17 ribu pulau, ini sering kita lupakan, sering kita gak sadar. Untuk itu perlu terus ini saya ingatkan, jangan sampai perbedaan memecah-belah persatuan diantara kita,” katanya.

Jokowi menegaskan aset terbesar bangsa adalah persatuan. Jangan sampai ketika ada pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden, elemen bangsa justru terpecah. “Mari kita jadikan bahwa perbedaan menjadi kekuatan kita, kekuatan bangsa. Ini (pesan persatuan) akan saya titip terus,” katanya.

Diakhir sambutannya sebelum memukul gong dan membuka secara resmi Rakernas MABMI, Jokowi berharap MABMI mampu menjadi simpul persatuan dan kesatuan bangsa ditengah masyarakat. Juga dapat menjadi roda penggerak kerukunan antar sesama elemen bangsa dalam rangka bingkai NKRI. “Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, rakernas MABMI tahun ini resmi saya buka,” katanya.

Ketua Umum MABMI Dato’ Seri Syamsul Arifin menjelaskan, tujuan mengundang preside supaya mempertajam rakernas MABMI sekaligus meminta dukungan pemerintah atas organisasi kebudayaan di negeri ini. “Bukan dukungan materil melainkan moral. Jangan campur adukan antara kebudayaan dan politik. Budaya itu sakral. Suatu organisasi kalau mulai besar tentu banyak masalah yang menerpa. Sama seperti pohon yang tinggi akan semakin kencang ditiup angin,” katanya.

Pihaknya sependapat bahwa untuk meredam perpecahan menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa, tidak hanya MABMI. Bahkan menurut mantan Gubernur Sumut ini, semua elemen masyarakat ataupun paguyuban wajib hukumnya menaungi dan melindungi keutuhan NKRI. “Melalui kebudayaan kita kuat dan negara menjadi hebat. Semua pihak wajib menangkal perpecahan dan menjaga persatuan. Dan kebebasan dalam budaya Indonesia itu ada, tetapi ada batasan dan norma-norma,” katanya. (prn)

MABMI Jadi Simpul Persatuan Bangsa

Usai melaksanakan beberapa rangkaian kegiatan mulai pagi hingga siang hari, Jokowi masih menyempatkan diri membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) 2018, di Hotel Adi Mulia Medan, Minggu (7/10) sore. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengingatkan pentingnya semua unsur dan elemen masyarakat untuk menjaga kerukunan, persatuan dan kesatuan serta kebudayaan lokal.

Menurutnya, Indonesia adalah bangsa yang besar dan Melayu merupakan salah satu suku terbesar di negeri ini. “Di mana-mana saya bicara, saya selalu bilang bahwa kita negara besar. Jumlah penduduk kita sekarang sudah 263 juta, dengan 714 suku berbeda-beda, 1.100 bahasa daerah yang kita miliki, dan suku Melayu merupakan salah satu suku terbesar di tanah air ini,” kata Jokowi.

Memperkuat sambutannya tentang rasa persatuan dan kesatuan,presiden RI ketujuh lantas melantunkan dua buah pantun. “Hujan turun, topan melanda. Patah satu, anak tangga. Meskipun kita berbeda-beda, hidup rukun haruslah dijaga. Sungguh sejuk air kelapa, kelapa muda tersisa tiga. Meskipun kita beraneka rupa, persatuan harus terus dijaga,” lantun Jokowi yang disambut tepuk tangan ribuan undangan yang hadir.

Menurutnya, perbedaan-perbedaan adalah sunatullah dan merupakan anugerah dari Allah SWT. “Bapak-ibu akan dapat merasakan jika sudah pergi ke 514 kabupaten/kota yang kita miliki. Atau ke 34 provinsi di Indonesia yang kita miliki, baru terasa bahwa kita adalah negara besar. Sekarang penduduk kita 263 juta dan tinggal di 17 ribu pulau, ini sering kita lupakan, sering kita gak sadar. Untuk itu perlu terus ini saya ingatkan, jangan sampai perbedaan memecah-belah persatuan diantara kita,” katanya.

Jokowi menegaskan aset terbesar bangsa adalah persatuan. Jangan sampai ketika ada pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden, elemen bangsa justru terpecah. “Mari kita jadikan bahwa perbedaan menjadi kekuatan kita, kekuatan bangsa. Ini (pesan persatuan) akan saya titip terus,” katanya.

Diakhir sambutannya sebelum memukul gong dan membuka secara resmi Rakernas MABMI, Jokowi berharap MABMI mampu menjadi simpul persatuan dan kesatuan bangsa ditengah masyarakat. Juga dapat menjadi roda penggerak kerukunan antar sesama elemen bangsa dalam rangka bingkai NKRI. “Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, rakernas MABMI tahun ini resmi saya buka,” katanya.

Ketua Umum MABMI Dato’ Seri Syamsul Arifin menjelaskan, tujuan mengundang preside supaya mempertajam rakernas MABMI sekaligus meminta dukungan pemerintah atas organisasi kebudayaan di negeri ini. “Bukan dukungan materil melainkan moral. Jangan campur adukan antara kebudayaan dan politik. Budaya itu sakral. Suatu organisasi kalau mulai besar tentu banyak masalah yang menerpa. Sama seperti pohon yang tinggi akan semakin kencang ditiup angin,” katanya.

Pihaknya sependapat bahwa untuk meredam perpecahan menjadi tanggung jawab semua elemen bangsa, tidak hanya MABMI. Bahkan menurut mantan Gubernur Sumut ini, semua elemen masyarakat ataupun paguyuban wajib hukumnya menaungi dan melindungi keutuhan NKRI. “Melalui kebudayaan kita kuat dan negara menjadi hebat. Semua pihak wajib menangkal perpecahan dan menjaga persatuan. Dan kebebasan dalam budaya Indonesia itu ada, tetapi ada batasan dan norma-norma,” katanya. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/