Pascapembantaian Bocah di HKBP Maranatha Simanosor
TAPTENG-Empat hari pasca tragedi berdarah yang menewaskan tiga anak sekolah minggu di HKBP Maranatha Simanosor, Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Tapteng, aktivitas keluarga korban mulai normal. Warga dan jemaat gereja sudah beraktifitas seperti biasa. Sementara rumah pelaku hingga Rabu (7/11) dibiarkan kosong dan telantar.
Pantauan Metro Tabagsel (Group Sumut Pos), Rabu (7/11), kompleks gereja tempat kejadian juga sudah sepi. Pintu dan jendela gereja yang berdinding beton itu tertutup. Tidak ada aktivitas peribadatan atau aktivitas lainnya. Hanya ada empat papan bunga ucapan dukacita di halaman depan gereja. Warga dan kendaraan umum lalu lalang dari depan gereja.
Sementara pantauan di sekitar rumah keluarga korban juga sudah mulai normal. Seperti halnya rumah Pardamean Panggabean-Okto Ramina Revelita br Hutasoit, orangtua almarhum Yohana Nikita br Panggabean (3) yang berjarak sekitar 500 meter dari gereja.
Lalu rumah Roma Hasiholan Pasaribu-Erista br Silaban, orangtua almarhum Aprilia Kristina br Pasaribu (4,5) yang berjarak sekitar 550 meter dari gereja. Dan rumah Sabam Nainggolan-Resmelina br Simanullang, orangtua almarhum Coki Nainggolan (3) yang berjarak sekitar 700 meter dari gereja.
Teratak dan tenda plastik yang sebelumnya dibentangkan di halaman rumah ketiga korban sudah dibuka. Pintu rumah ketiganya terlihat terbuka. Dari luar, kursi dan perabotan rumah sudah disusun seperti sedia kala. “Masyarakat sini rata-rata petani. Ketiga orangtua korban juga kerjanya bertani.,” ujar Kepala Desa Simanosor D Sihombing, Rabu (7/11).
Seperti diberitakan, pelaku, Burhan Gultom (35) yang mengidap kelainan jiwa itu, tewas diamuk massa. (smg)
Pascapembantaian Bocah di HKBP Maranatha Simanosor
TAPTENG-Empat hari pasca tragedi berdarah yang menewaskan tiga anak sekolah minggu di HKBP Maranatha Simanosor, Desa Simanosor, Kecamatan Sibabangun, Tapteng, aktivitas keluarga korban mulai normal. Warga dan jemaat gereja sudah beraktifitas seperti biasa. Sementara rumah pelaku hingga Rabu (7/11) dibiarkan kosong dan telantar.
Pantauan Metro Tabagsel (Group Sumut Pos), Rabu (7/11), kompleks gereja tempat kejadian juga sudah sepi. Pintu dan jendela gereja yang berdinding beton itu tertutup. Tidak ada aktivitas peribadatan atau aktivitas lainnya. Hanya ada empat papan bunga ucapan dukacita di halaman depan gereja. Warga dan kendaraan umum lalu lalang dari depan gereja.
Sementara pantauan di sekitar rumah keluarga korban juga sudah mulai normal. Seperti halnya rumah Pardamean Panggabean-Okto Ramina Revelita br Hutasoit, orangtua almarhum Yohana Nikita br Panggabean (3) yang berjarak sekitar 500 meter dari gereja.
Lalu rumah Roma Hasiholan Pasaribu-Erista br Silaban, orangtua almarhum Aprilia Kristina br Pasaribu (4,5) yang berjarak sekitar 550 meter dari gereja. Dan rumah Sabam Nainggolan-Resmelina br Simanullang, orangtua almarhum Coki Nainggolan (3) yang berjarak sekitar 700 meter dari gereja.
Teratak dan tenda plastik yang sebelumnya dibentangkan di halaman rumah ketiga korban sudah dibuka. Pintu rumah ketiganya terlihat terbuka. Dari luar, kursi dan perabotan rumah sudah disusun seperti sedia kala. “Masyarakat sini rata-rata petani. Ketiga orangtua korban juga kerjanya bertani.,” ujar Kepala Desa Simanosor D Sihombing, Rabu (7/11).