34 C
Medan
Saturday, July 27, 2024

Lapas Binjai Penuhi Kebutuhan Vitamin Bagi WBP Hamil

BINJAI, SUMUTPOS.CO- Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai saat ini dihuni seribu lebih warga binaan. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya ada warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang hamil atau berbadan dua dan bahkan sudah melahirkan.

Suka duka yang dilalui pun beragam. Adapun 2 WBP yang saat ini tengah hamil mendekam di Lapas Binjai adalah, Siska Monika dan Dewi.

Siska mengapresiasi atas pelayanan yang telah diberikan Lapas Binjai. Dia mengaku, mendapat semua kebutuhan vitamin dari Lapas Binjai.

Bahkan dia juga rutin mengikuti USG untuk memastikan waktu lahiran anak ketiganya tersebut.

“Dua anak saya saat ini sudah sama mama mertua. Anak saya yang ketiga ini, nanti akan saya serahkan sama keluarga. Saya gak dikasih lagi lihat anak yang pertama dan kedua sama mereka,” katanya sambil menangis, belum lama ini.

Dia terjerumus ke lembah hitam peredaran gelap narkoba karena kebutuhan ekonomi. Kala itu, hubungan rumah tangganya sedang tidak baik.

“Suami saya sudah tidak peduli, sementara anak butuh biaya,” ujar ibu anak dua ini.

Dia akhirnya mendekam di Lapas Binjai atas perkara narkotika. Kondisi keuangan yang merosot tajam membuatnya nekat menjadi kurir pil ekstasi.

“Saya nekat antar 10 butir ekstasi untuk mendapatkan upah Rp20 ribu per butir,” sambung ibu muda berusia 24 tahun ini.

Siska merupakan warga Kecamatan Stabat, Langkat. Sementara sang suami adalah seorang pengusaha tambang pasir asal Kecamatan Wampu, Langkat.

Saat ditangkap, Siska tengah mengandung anak dari suaminya dengan usia kandungan 8 bulan. Kini, Siska tengah menjalani hukuman atas vonis palu hakim selama 4 tahun 3 bulan.

Hukuman ini membuatnya sulit bertemu dengan anak yang mau dilahirkannya.

“Baru kali ini saya bawa barang itu. Saya cuma butuh uang untuk biaya TK anak saya,” sebutnya sambil tertunduk mengusap air mata.

Siska menikah saat berusia 16 tahun atau baru lulus dari bangku SMP. Dengan suaminya saat ini, dia menikah secara siri.

Ayah Siska sudah meninggal dunia. Sementara ibunya mencari nafkah di Malaysia.

“Saya hanya ingin suami saya peduli dengan kami. Setelah bebas nanti, saya bisa berkumpul dengan anak-anak saya,” kata Siska.

Lain halnya dengan Dewi, WBP wanita yang sudah melahirkan bayinya. Dia ditinggal suami dan bertemu dengan pacar barunya, bersama-sama nekat menjual 100 butir pil ekstasi.

Ketika transaksi berlangsung, mereka diamankan petugas dan harus menjalani hukuman selama 7 tahun penjara. Anak yang dilahirkan Dewi adalah benih dari sang pacar.

Saat ini, usianya baru 2 bulan yang diasuh keluarganya di Desa Jaring Halus, Secanggang, Langkat.

“Selama mengandung di Lapas, kebutuhan vitamin tercukupi. Saya melahirkan di RSU Sylvani. Terima kasih pada pihak Lapas yang memberikan pelayanan baik. Rencananya, saya akan menikah dengan pacar saya setelah bebas,” sebutnya.

Sementara, Kalapas Binjai, Theo Adrianus Purba memberi pengarahan kepada dua WBP tersebut berharap, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya ketika sudah menghirup udara bebas.

“Jadikan semua ini pelajaran. Narkoba bukan solusi, tetapi semua akan rusak karena narkoba. Mudah-mudahan setelah semua ini, kalian menjadi orang yang baik. Anak-anak kalian pun menjadi orang yang sukses,” tukasnya. (ted/han)

BINJAI, SUMUTPOS.CO- Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai saat ini dihuni seribu lebih warga binaan. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya ada warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang hamil atau berbadan dua dan bahkan sudah melahirkan.

Suka duka yang dilalui pun beragam. Adapun 2 WBP yang saat ini tengah hamil mendekam di Lapas Binjai adalah, Siska Monika dan Dewi.

Siska mengapresiasi atas pelayanan yang telah diberikan Lapas Binjai. Dia mengaku, mendapat semua kebutuhan vitamin dari Lapas Binjai.

Bahkan dia juga rutin mengikuti USG untuk memastikan waktu lahiran anak ketiganya tersebut.

“Dua anak saya saat ini sudah sama mama mertua. Anak saya yang ketiga ini, nanti akan saya serahkan sama keluarga. Saya gak dikasih lagi lihat anak yang pertama dan kedua sama mereka,” katanya sambil menangis, belum lama ini.

Dia terjerumus ke lembah hitam peredaran gelap narkoba karena kebutuhan ekonomi. Kala itu, hubungan rumah tangganya sedang tidak baik.

“Suami saya sudah tidak peduli, sementara anak butuh biaya,” ujar ibu anak dua ini.

Dia akhirnya mendekam di Lapas Binjai atas perkara narkotika. Kondisi keuangan yang merosot tajam membuatnya nekat menjadi kurir pil ekstasi.

“Saya nekat antar 10 butir ekstasi untuk mendapatkan upah Rp20 ribu per butir,” sambung ibu muda berusia 24 tahun ini.

Siska merupakan warga Kecamatan Stabat, Langkat. Sementara sang suami adalah seorang pengusaha tambang pasir asal Kecamatan Wampu, Langkat.

Saat ditangkap, Siska tengah mengandung anak dari suaminya dengan usia kandungan 8 bulan. Kini, Siska tengah menjalani hukuman atas vonis palu hakim selama 4 tahun 3 bulan.

Hukuman ini membuatnya sulit bertemu dengan anak yang mau dilahirkannya.

“Baru kali ini saya bawa barang itu. Saya cuma butuh uang untuk biaya TK anak saya,” sebutnya sambil tertunduk mengusap air mata.

Siska menikah saat berusia 16 tahun atau baru lulus dari bangku SMP. Dengan suaminya saat ini, dia menikah secara siri.

Ayah Siska sudah meninggal dunia. Sementara ibunya mencari nafkah di Malaysia.

“Saya hanya ingin suami saya peduli dengan kami. Setelah bebas nanti, saya bisa berkumpul dengan anak-anak saya,” kata Siska.

Lain halnya dengan Dewi, WBP wanita yang sudah melahirkan bayinya. Dia ditinggal suami dan bertemu dengan pacar barunya, bersama-sama nekat menjual 100 butir pil ekstasi.

Ketika transaksi berlangsung, mereka diamankan petugas dan harus menjalani hukuman selama 7 tahun penjara. Anak yang dilahirkan Dewi adalah benih dari sang pacar.

Saat ini, usianya baru 2 bulan yang diasuh keluarganya di Desa Jaring Halus, Secanggang, Langkat.

“Selama mengandung di Lapas, kebutuhan vitamin tercukupi. Saya melahirkan di RSU Sylvani. Terima kasih pada pihak Lapas yang memberikan pelayanan baik. Rencananya, saya akan menikah dengan pacar saya setelah bebas,” sebutnya.

Sementara, Kalapas Binjai, Theo Adrianus Purba memberi pengarahan kepada dua WBP tersebut berharap, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya ketika sudah menghirup udara bebas.

“Jadikan semua ini pelajaran. Narkoba bukan solusi, tetapi semua akan rusak karena narkoba. Mudah-mudahan setelah semua ini, kalian menjadi orang yang baik. Anak-anak kalian pun menjadi orang yang sukses,” tukasnya. (ted/han)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/