Site icon SumutPos

Pasien BPJS di RSUD Sidikalang Dibebani Beli Perban

KLARIFIKASI: Robinson Simbolon (kiri) warga Perumnas Kalang Simbara Desa Kalang Simbara Kecamatan Sidikalang mendatangi RSUD Sidikalang dan bertemu KAbag TU, Luber Sianturi (kanan) mempertanyakan pembelian perban seharga Rp250 ribu. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS.
KLARIFIKASI: Robinson Simbolon (kiri) warga Perumnas Kalang Simbara Desa Kalang Simbara Kecamatan Sidikalang mendatangi RSUD Sidikalang dan bertemu KAbag TU, Luber Sianturi (kanan) mempertanyakan pembelian perban seharga Rp250 ribu. RUDY SITANGGANG/SUMUT POS.

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Keluarga pasien operasi melahirkan yang ditanggung oleh BPJS merasa kecewa dengan pelayanan RSUD Sidikalang. Hal ini dikarenakan pasien diharuskan membeli perban seharga Rp250 ribu untuk menutupi bekas operasi.

Kekecewaan itu disampaikan, Robinson Simbolon (50) penduduk Perumahan Kalang Simbara Desa Kalang Simbara Kecamatan Sidikalang bersama putranya, Buki Gamaliel Simbolon (25) saat menemui Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) RSUD Sidikalang, Luber Sianturi, Jumat (10/7).

Kepada Luber didampingi sejumlah petugas medis di ruang kerja Direktur RSUD Sidikalang, Robinson mempertanyakan, pembelian perban/plester yang dibebankan kepada pasien atas nama, Agustina boru Tambunan (25) istri Buki Gamaliel pasca operasi melahirkan pada, 16 Juni 2020 lalu.

“Kenapa keluarga anak saya harus membeli perban dari klinik sementara mereka ditanggung BPJS. Anak saya peserta Kartu Indonesia Sehat (KIS), kok masih disuruh beli perban dari luar rumah sakit seharga Rp250 ribu,” tanyanya kepada Luber.

Menurut Robinson, hal ini memberatkan karena anaknya merupakan korban PHK akibat Virus Corona. Selain itu, saran dari tenaga medis yang menyarankan anaknya membeli plester dari luar rumah sakit yang ada antibiotiknya.

“Jadi perban yang ditanggung BPJS apakah tidak ada antibiotiknya atau tidak sesuai standart untuk operasi?,” sebut Robinson.

Sementara itu, Buki menjelaskan, istrinya menjalani operasi melahirkan pada, 16 Juni 2020. Pas operasi, istrinya menggunakan perban ditanggung BPJS.

Setelah 4 hari menjalani perawatan, mereka pulang ke rumah. Namun, besoknya, perban istrinya terbuka, saat diperiksa bidan dikatakan ada bintik-bintik hitam (darah beku) bekas operasi. Lalu mereka mendatangi rumahsakit Sidikalang dan diperiksa di ruang OKA. Oleh petugas medis, Buki disarankan membeli perban yang bagus dan yang ada antibiotiknya supaya tidak mudah lepas. Dan, Jumat (10/7) dia membawa istrinya untuk ganti perban, dan yang dipasang perban standart BPJS.

Kabag TU RSUD Sidikalang, Luber Sianturi dalam pertemuan tersebut menghadirkan sejumlah tenaga medis yang menangani pasien Agustina boru Tambunan. Luber mengatakan, semua pasien BPJS tidak ada pungutan, begitu juga pembelian perban berbayar tidak ada.

“Dan plester/perban yang ada dirumah sakit sudah sesuai standart. Begitu juga penyediaan obat atau lainya, harus dari apotik. Kita kurang tahu apa yang terjadi, sehingga ada saran dari tenaga medis untuk membeli perban dari klinik,” ujarnya.

Kebetulan, dokter yang menangani pasien tidak bisa dihadirkan karena sedang kurang sehat. Salahsatu tenaga medis yang dihadirkan Luber, dan mengetahui kejadian menyebutkan, saat diperiksa di ruang KIA, luka bekas operasi ber-pus atau bernanah serta basah.

“Hal itu bisa terjadi, bisa saja karena si pasien termobilisasi (banyak pergerakan). Penyebab lainya, sipasien kurang gizi,” ucap tenaga medis tersebut.(rud/ram)

Exit mobile version