25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Bupati Samosir Menangis Sebut Nama Guntur Sitohang

FDT
FDT

Perhelatan Festival Danau Toba (FDT) 2013 sudah memasuki hari ketiga, sejak dibuka pada Minggu (8/9), kemarin. Kemarin, FDT diisi pembukaan acara World Drum Festival dan kegiatan latihan para atlet renang nasional yang akan mengikuti World Super Swim FDT 2013n
Entah mengapa, Bupati Samosir Mangindar Simbolon mengeluarkan air mata saat membuka kegiatan World Drum Festival, Selasa (10/9) di Bukit Betta. Ia lalu terisak saat memanggil salah satu tokoh masyarakat, sekaligus seniman asal Harainboho, Panguruan yang sudah terkenal di tingkat Internasional. Ia tak mampu membendung air matanya.
“Dalam pembukaan kegiatan World Drum Festival ini, saya mengundang guru Guntur Sitohang sebagai ahli seni budaya untuk hadir di sini. Saya sebagai Ketua Umum FDT 2013 mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengunjung dan peserta,” katanya sambil menangis.
Kegiatan World Drum Festival memainkan tradisi drum chime atau drum melodi, yakni bermain gendang yang fungsi dan perannya adalah memainkan melodi di dalam suatu komposisi musik. Menurut catatan para ahli sejauh ini tradisi gendang jenis ini hanya terdapat di tiga tempat, satu di Uganda, Afrika Timur, sedangkan dua lagi berada di Asia Tenggara yakni di Myanmar dan di Indonesia, persisnya di tengah-tengah masyarakat Batak yang hidup di tepian Danau Toba.
Hal ini disampaikan oleh pengarah acara World Drum Festival, Selasa (10/9). “Di Indonesia, khususnya di kawasan Danau Toba variannya banyak dan masing-masing dipelihara oleh lima sub-etnik Batak yakni Toba, Simalungun, Pakpak/Dairi, Karo, dan Mandailing,” katanya.
Atas dasar keunikan dan pentingnya tradisi ini dalam konteks kehidupan kekinian dan fenomena globalisasi, alnjutnya, pada intinya sangat bergantung kepada potensi keunikan dan kearifan local. Maka gagasan untuk menyelenggarakan Lake Toba’s World Drum Festival menjadi masuk akal dan sangat layak dilakukan di kawasan Danau Toba.
“Dengan cara ini diharapkan program pengembangan pariwisata budaya di kawasan Danau Toba ini bisa sekaligus menjadi sumbangan penting bagi pelestarian pusaka  tradisi gendang dunia yang memainkan melodi ini. Kita berharap di masa depan kawasan Danau Toba bisa menjadi “rumah” bagi tradisi gendang dunia, sekaligus menjadi tempat para maestro berbagi pengalaman kebudayaan musikal yang sangat penting dalam konteks globalisasi sekarang ini,” katanya.
Keunikan dari festival ini dapat menjadi sangat potensial untuk bisa dijadikan sebagai pentas/ajang pertunjukan internasional berbagai bentuk musik dunia yang mengedepankan keunikan permainan gendang, baik dalam fungsinya sebagai pembawa melodi maupun perkusif; baik tradisi itu berakar dari budaya tradisional suatu kebudayaan maupun karya-karya kontemporer (kekinian) populer.
“Pentas pertunjukan yang bersifat internasional dengan nama Lake Toba World Drum Festival ini terutama bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan tradisi drum chime di kawasan Danau Toba sebagai salah satu dari tiga tradisi drum chime warisan dunia,” tuturnya.
Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Pargonsi dari Para Music Gendang Bermelodi yang ada di kawasan Danau Toba, Gendang Belek dari Lombok, Kuntulan Banyuwangi, Dol dari Bengkulu, Gandang Tasal dari Sumatera Barat, Balawan dari Bali dan Made Wiyanta dari Bali.
Sedangkan peserta dari Internasional ada Saingwaing, Myanmar, Badema dari Africa,  Taiko dari Jepang, Michael dari Dalas Amerika, Jamal And Bridge ensemble dan       Poolvalur Sriji.Alunan gendang yang diadakan di Bukit Betta ini mengundang para masyarakat untuk melihat langsung. Kegiatan ini pun dilanjutkan Rabu (11/9).
Kegiatan lainnya hari itu ada, ada 12 atlet renang nasional yang tengah berlatih untuk ikut kegiatan World Super Swim nantinya.  World Super Swim adalah kegiatan lomba renang mengelilingi Pulau Samosir dengan jarak tempuh 117 km dengan waktu 3 hari 2 malam, mulai tanggal 11 hingga 13 September. Lomba berenang mengelilingi Pulau Samosir tersebut bukan tanpa henti, tetapi dibagi dalam sebelas estapet.
Nah, sebelum bertanding, para perenang melakukan aksi pemanasannya di air Danau Toba, tepatnya mengambil start di dari danau di dekat Hotel Duma Sari, Tuktuk . Ada 12 atlet renang nasional yang melakukan pemanasan di lokasi itu. Mereka berenang selama beberapa waktu untuk melatih kekuatan fisiknya. Tentu saja, aksi para atlet tersebut sempat menarik perhatian pengunjung. Meski air Danau Toba terasa dingin, tapi tak menyurutkan semangat para atlet tersebut untuk melatih diri.

Christopher Guesdon dari International Tecnical Officer (ITO), Federation Intenationale de Natation (FINA) yang menjadi pendamping peserta renang, mengatakan, renang dengan jarak tempuh 117 Km dengan waktu 3 hari 2 malam ini merupakan yang pertama di dunia. Sedangkan 12 atlet itu akan dibagi menjadi 3 tim, dimana tiap tim ada peserta perempuan juga peserta laki-laki. “Sehingga bisa saling bekerja sama dan tidak ada perbedaan antara atlet puteri dan putera,” ujar mantan atlit renang dunia asal Tasmania ini.
Kemudian, lanjutnya, orang-orang dalam tim tersebut juga tidak ditentukan. Para atlet dapat menentukan sendiri siapa saja kelompoknya. “Start dan finish World Super Swim di Pantai Hotel Dumasari tepat pada pukul 06.30 WIB. Dalam waktu 1 hari, para atlet harus mencapai 40 km sehingga dalam 3 hari 117 km dapat tercapai,” bebernya.
Menurutnya, suhu air di Danau Toba mencapai 23 sampai 24 derajat, namun masih terbilang normal. “Paling dingin itu 16 derajat, jadi untuk Danau Toba dengan suhu 23 derajat itu sudah normal, no problem,” tambahnya.
Chris juga mengakui keunikan Danau Toba. “Air danaunya segar, sangat unik karena berada di 970 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan. “Mirip dengan home country saya di Tasmani, tapi ini lebih unik,” katanya.
Menurut Chris, Danau Toba sudah layak menjadi tempat untuk perlombaan renang dunia. Namun jika ingin mendunia, Indonesia harus dapat mengirimkan atlet-atletnya ke kejuaraan dunia. “Kalau mau dijadikan bertaraf Internasional, harus sering mengirim atlet ke kejuaraan dunia. Apalagi Indonesia menjadi satu di antara 200 negara yang diberikan sertifikat untuk melakukan open water oleh Internasional Swimming Hall of Fame,” ujarnya.
Jika sesuai jadwal, kegiatan World Super Swim Festival nantinya diikuti  eksebisi 4 atlet juara renang internasional, yaitu Thomas Lurz dari Jerman, Spyridon Gianniotis dari Yunani, Martina Grimaldi dari Italia dan Poliana Okimoto dari Brazil. Namun, 4 atlet tersebut batal datang karena scadule yang tidak pas.”Kalau atlet renang itu sudah punya scadule sampai satu tahun. Kita baru dihubungi panitia sekitar 2 bulan sebelum kegiatan, jadi mereka tidak bisa datang,” ujar Competition Manager World Super Swim, Ray Sani.
Kata Ray, banyak atlet renang internasional yang sangat merespon baik kegiatan ini. “Sebenarnya mereka sangat tertarik, banyak sekali yang merespon. Tapi karena waktunya yang singkat mungkin mereka tidak bisa hadir. Tapi mereka berharap tahun depan bisa ada lagi kegiatan ini. Bahkan usai kegiatan ini nantinya akan dilakukan komunikasi, apakah kegiatan ini akan kembali diadakan atau tidak, sehingga bisa dipromosikan setahun sebelum kegiatan,” katanya.
Ray bilang, perairan Danau Toba juga harus memiliki sertifikat aman untuk dibuat lomba berenang dan ditempelkan di hotel-hotel, sehingga banyak wisatawan yang datang merasa nyaman untuk berenang. “Karena tanpa ada sertifikat itu, banyak yang ragu ingin berenang disini,” ujarnya. (*)

FDT
FDT

Perhelatan Festival Danau Toba (FDT) 2013 sudah memasuki hari ketiga, sejak dibuka pada Minggu (8/9), kemarin. Kemarin, FDT diisi pembukaan acara World Drum Festival dan kegiatan latihan para atlet renang nasional yang akan mengikuti World Super Swim FDT 2013n
Entah mengapa, Bupati Samosir Mangindar Simbolon mengeluarkan air mata saat membuka kegiatan World Drum Festival, Selasa (10/9) di Bukit Betta. Ia lalu terisak saat memanggil salah satu tokoh masyarakat, sekaligus seniman asal Harainboho, Panguruan yang sudah terkenal di tingkat Internasional. Ia tak mampu membendung air matanya.
“Dalam pembukaan kegiatan World Drum Festival ini, saya mengundang guru Guntur Sitohang sebagai ahli seni budaya untuk hadir di sini. Saya sebagai Ketua Umum FDT 2013 mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengunjung dan peserta,” katanya sambil menangis.
Kegiatan World Drum Festival memainkan tradisi drum chime atau drum melodi, yakni bermain gendang yang fungsi dan perannya adalah memainkan melodi di dalam suatu komposisi musik. Menurut catatan para ahli sejauh ini tradisi gendang jenis ini hanya terdapat di tiga tempat, satu di Uganda, Afrika Timur, sedangkan dua lagi berada di Asia Tenggara yakni di Myanmar dan di Indonesia, persisnya di tengah-tengah masyarakat Batak yang hidup di tepian Danau Toba.
Hal ini disampaikan oleh pengarah acara World Drum Festival, Selasa (10/9). “Di Indonesia, khususnya di kawasan Danau Toba variannya banyak dan masing-masing dipelihara oleh lima sub-etnik Batak yakni Toba, Simalungun, Pakpak/Dairi, Karo, dan Mandailing,” katanya.
Atas dasar keunikan dan pentingnya tradisi ini dalam konteks kehidupan kekinian dan fenomena globalisasi, alnjutnya, pada intinya sangat bergantung kepada potensi keunikan dan kearifan local. Maka gagasan untuk menyelenggarakan Lake Toba’s World Drum Festival menjadi masuk akal dan sangat layak dilakukan di kawasan Danau Toba.
“Dengan cara ini diharapkan program pengembangan pariwisata budaya di kawasan Danau Toba ini bisa sekaligus menjadi sumbangan penting bagi pelestarian pusaka  tradisi gendang dunia yang memainkan melodi ini. Kita berharap di masa depan kawasan Danau Toba bisa menjadi “rumah” bagi tradisi gendang dunia, sekaligus menjadi tempat para maestro berbagi pengalaman kebudayaan musikal yang sangat penting dalam konteks globalisasi sekarang ini,” katanya.
Keunikan dari festival ini dapat menjadi sangat potensial untuk bisa dijadikan sebagai pentas/ajang pertunjukan internasional berbagai bentuk musik dunia yang mengedepankan keunikan permainan gendang, baik dalam fungsinya sebagai pembawa melodi maupun perkusif; baik tradisi itu berakar dari budaya tradisional suatu kebudayaan maupun karya-karya kontemporer (kekinian) populer.
“Pentas pertunjukan yang bersifat internasional dengan nama Lake Toba World Drum Festival ini terutama bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan tradisi drum chime di kawasan Danau Toba sebagai salah satu dari tiga tradisi drum chime warisan dunia,” tuturnya.
Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari Pargonsi dari Para Music Gendang Bermelodi yang ada di kawasan Danau Toba, Gendang Belek dari Lombok, Kuntulan Banyuwangi, Dol dari Bengkulu, Gandang Tasal dari Sumatera Barat, Balawan dari Bali dan Made Wiyanta dari Bali.
Sedangkan peserta dari Internasional ada Saingwaing, Myanmar, Badema dari Africa,  Taiko dari Jepang, Michael dari Dalas Amerika, Jamal And Bridge ensemble dan       Poolvalur Sriji.Alunan gendang yang diadakan di Bukit Betta ini mengundang para masyarakat untuk melihat langsung. Kegiatan ini pun dilanjutkan Rabu (11/9).
Kegiatan lainnya hari itu ada, ada 12 atlet renang nasional yang tengah berlatih untuk ikut kegiatan World Super Swim nantinya.  World Super Swim adalah kegiatan lomba renang mengelilingi Pulau Samosir dengan jarak tempuh 117 km dengan waktu 3 hari 2 malam, mulai tanggal 11 hingga 13 September. Lomba berenang mengelilingi Pulau Samosir tersebut bukan tanpa henti, tetapi dibagi dalam sebelas estapet.
Nah, sebelum bertanding, para perenang melakukan aksi pemanasannya di air Danau Toba, tepatnya mengambil start di dari danau di dekat Hotel Duma Sari, Tuktuk . Ada 12 atlet renang nasional yang melakukan pemanasan di lokasi itu. Mereka berenang selama beberapa waktu untuk melatih kekuatan fisiknya. Tentu saja, aksi para atlet tersebut sempat menarik perhatian pengunjung. Meski air Danau Toba terasa dingin, tapi tak menyurutkan semangat para atlet tersebut untuk melatih diri.

Christopher Guesdon dari International Tecnical Officer (ITO), Federation Intenationale de Natation (FINA) yang menjadi pendamping peserta renang, mengatakan, renang dengan jarak tempuh 117 Km dengan waktu 3 hari 2 malam ini merupakan yang pertama di dunia. Sedangkan 12 atlet itu akan dibagi menjadi 3 tim, dimana tiap tim ada peserta perempuan juga peserta laki-laki. “Sehingga bisa saling bekerja sama dan tidak ada perbedaan antara atlet puteri dan putera,” ujar mantan atlit renang dunia asal Tasmania ini.
Kemudian, lanjutnya, orang-orang dalam tim tersebut juga tidak ditentukan. Para atlet dapat menentukan sendiri siapa saja kelompoknya. “Start dan finish World Super Swim di Pantai Hotel Dumasari tepat pada pukul 06.30 WIB. Dalam waktu 1 hari, para atlet harus mencapai 40 km sehingga dalam 3 hari 117 km dapat tercapai,” bebernya.
Menurutnya, suhu air di Danau Toba mencapai 23 sampai 24 derajat, namun masih terbilang normal. “Paling dingin itu 16 derajat, jadi untuk Danau Toba dengan suhu 23 derajat itu sudah normal, no problem,” tambahnya.
Chris juga mengakui keunikan Danau Toba. “Air danaunya segar, sangat unik karena berada di 970 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh pegunungan. “Mirip dengan home country saya di Tasmani, tapi ini lebih unik,” katanya.
Menurut Chris, Danau Toba sudah layak menjadi tempat untuk perlombaan renang dunia. Namun jika ingin mendunia, Indonesia harus dapat mengirimkan atlet-atletnya ke kejuaraan dunia. “Kalau mau dijadikan bertaraf Internasional, harus sering mengirim atlet ke kejuaraan dunia. Apalagi Indonesia menjadi satu di antara 200 negara yang diberikan sertifikat untuk melakukan open water oleh Internasional Swimming Hall of Fame,” ujarnya.
Jika sesuai jadwal, kegiatan World Super Swim Festival nantinya diikuti  eksebisi 4 atlet juara renang internasional, yaitu Thomas Lurz dari Jerman, Spyridon Gianniotis dari Yunani, Martina Grimaldi dari Italia dan Poliana Okimoto dari Brazil. Namun, 4 atlet tersebut batal datang karena scadule yang tidak pas.”Kalau atlet renang itu sudah punya scadule sampai satu tahun. Kita baru dihubungi panitia sekitar 2 bulan sebelum kegiatan, jadi mereka tidak bisa datang,” ujar Competition Manager World Super Swim, Ray Sani.
Kata Ray, banyak atlet renang internasional yang sangat merespon baik kegiatan ini. “Sebenarnya mereka sangat tertarik, banyak sekali yang merespon. Tapi karena waktunya yang singkat mungkin mereka tidak bisa hadir. Tapi mereka berharap tahun depan bisa ada lagi kegiatan ini. Bahkan usai kegiatan ini nantinya akan dilakukan komunikasi, apakah kegiatan ini akan kembali diadakan atau tidak, sehingga bisa dipromosikan setahun sebelum kegiatan,” katanya.
Ray bilang, perairan Danau Toba juga harus memiliki sertifikat aman untuk dibuat lomba berenang dan ditempelkan di hotel-hotel, sehingga banyak wisatawan yang datang merasa nyaman untuk berenang. “Karena tanpa ada sertifikat itu, banyak yang ragu ingin berenang disini,” ujarnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/