30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

9 Pelajar SMA Tewas Terpanggang

4 Rumah Kopel Terbakar di Samosir

SAMOSIR-Berawal dari dugaan hubungan pendek arus listrik (korsleting), sedikitnya 4 rumah semi permanen di Jalan Handriani Sinaga, Kelurahan Pintu Sonang, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir hangus dilalap si jago merah, Senin (10/10) pukul 02.30 WIB.

Dalam peristiwa tersebut, 9 pelajar SMA Negeri 1 Pangururan tewas terpanggang. Jasad para korban ditemukan petugas bertindih-tindih.

Mereka adalah, Nixon Sitanggang (16), Dormauli Devi Novita Lumban Raja (16), Paska Tarapul Sinaga (15), Saut Hamonangan Sinaga (16), Lamra Sihotang (16), Syukur Manutur Parhusip (14), Bonita Rumapea (15)n
Bernado Sinaga, dan Endang S (16).

Setelah api berhasil dipadamkan dua unit mobil damkar milik Pemkab Samosir, jasad korban dievakuasi ke rumah sakit umum Pangururan yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, para korban merupakan anak kos di rumah Masdinar Sinaga (32) yang letaknya tepat di depan SMA Negeri 1 Pangururan. Di rumah janda tersebut, ada 12 anak kos yang tinggal di loteng rumah semi permanen bercat warna putih itu.

Kedua belas anak kos itu tinggal di dua kamar yang dipisahkan atas 6 pelajar putra dan 6 pelajar putri.
Saat terjadi kebakaran, tiga pelajar masing-masing Steven Situmorang, Melda Sinaga dan Yuni Sidabalok, sedang pulang kampung. Beruntung bagi ketiganya karenal olos dari peristiwa maut.

G Simbolon (71), tetangga korban yang juga ayah mertua Masdinar Sinaga, mengaku melihat api pertama kali berasal dari lantai 1 rumah Masdinar Sinaga. Hanya hitungan menit, api menyambar tida rumah di samping kiri dan kanannya. Disebelah kiri rumah milik marga H Nadeak alias Ama Toga, di sebelah kanan rumah milik Yusniar br Pasaribu dan paling kanan rumah Hotman Sipayung yang menjabat sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Pangururan.
“Saya tahunya ada kebakaran, saat itu saya baru meletakkan badan ke tempat tidur. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara teriak-teriak dari luar rumah. Tolong…tolong… kebakaran. Saya keluar rumah, sontak terkejut ternyata api sudah besar,” kata ayah enam anak ini.

Lebih lanjut kata suami, T Sihotang ini saat kejadian hanya dua unit mobil damkar yang memadamkan api. Sementara warga tidak dapat berbuat banyak untuk memadamkan api, karena saat itu pdam air mati. “Mulai sore, air PDAM mati, listrik pun mati hidup. Semalam saat kejadian pun datang gempa, lebih dari 3 kali. Tapi semalam sekitar pukul 2 pagi, anak-anak kos itu masih saya dengar nyanyi-nyanyi diloteng. Mereka memang biasa nyanyi-nyanyi pakai gitar di loteng,” sambungnya.

Terpisah, Hotman Sipayung mengatakan saat kejadian dirinya sedang tidur di kamar bersama istrinya. Sedangkan putri semata wayangnya juga tidur di kamarnya.

“Saya tahu kebakaran karena orang-orang dari luar rumah berteriak-teriak. Kebakaran… kebakaran.… Tak tahunya yang kebakaran di samping rumah. Saya lihat api sudah mulai mengenai atap rumah, saya langsung selamatkan surat-surat administrasi kepegawaian, ijazah. Sedangkan barang-barang lainnya tidak ada yang bisa saya selamatkan,” ujar Hotman.

Pria ini sempat takut karena tak melihat putrinya Sri (15). “Warga pun heran melihat saya berteriak-teriak, saya kecarian Sri, tak tahunya Sri sudah keluar rumah. Saya ketemunya di depan SMA Negeri 1,” ujar Hotman saat membuat acara upah-upah di kantin sekolah.

Hotman berharap pemerintah daerah memberikan bantuan kepada para korban kebakaran, khususnya mereka yang terpanggang.  “Mereka anak-anak saya yang pintar. Mereka aktif berorganisasi di sekolah. Tidak ada korban itu anak-anak yang bandal. Kenapalah harus mereka. Saya hanya bisa mengucapkan turut berduka cita kepada murid-murid saya. Syukurlah saya masih selamat, juga istri dan anak saya,” katanya melapkan kedua tangannya kewajahnya.

Suara Minta Tolong di Lantai 2

Tolong… tolong, suara itulah yang masih terdengar keras  dari lantai 2 rumah Masdinar Sinaga. Suara itu dengan jelas didengar Sri Sipayung, anak dari Hotman Sipayung yang rumahnya juga ikut terbakar.

“Suara keras minta-minta tolong dari rumah tetangga membangunkan saya. Sampai di luar, saya terkejut melihat kobaran api. Lama kelamaan suara itu lenyap tak terdengar lagi. Saya mendengar suara itu dari loteng rumah ibu Masdinar. Tak berapa lama orang langsung ramai. Saat saya mau masuk rumah kembali memanggil bapak dan mamak, ternyata mereka sudah keluar rumah,” ujar Sri.

Sri mengaku tak tahu sumber api. “Mana saya tahu Bang dari mana api itu berasal. Tapi yang saya lihat tadinya itu, api dari rumah  Ibu Masdinar. Yang pasti apinya pertama dari lantai bawah,” katanya menudukkan kepala dan mengaku masih trauma dengan kejadian tersebut.

Wanita berkulit putih ini mengaku dirinya tidak punya firasat buruk terkait dengan peristiwa kejadian tersebut. “Nggak ada saya firasat buruk bang. Mimpi apapun saya tidak pernah. Yang saya syukuri bapak bisa terbangun dari tidur, padahal semalam pulang lama dari Simanindo. Karena capeknya bapak, sampai di rumah bapak langsung tidur di kamar,” katanya lagi.

Madinar Sinaga adalah menantu G Simbolon (71) yang menjanda ditinggal meninggal suaminya sejak Maret lalu. Sejak kebakaran, wanita itu tak pernah terlihat lagi di kampung itu. Menurut warga, Madinar trauma dan langsung pergi usai kejadian. (osi)

 

4 Rumah Kopel Terbakar di Samosir

SAMOSIR-Berawal dari dugaan hubungan pendek arus listrik (korsleting), sedikitnya 4 rumah semi permanen di Jalan Handriani Sinaga, Kelurahan Pintu Sonang, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir hangus dilalap si jago merah, Senin (10/10) pukul 02.30 WIB.

Dalam peristiwa tersebut, 9 pelajar SMA Negeri 1 Pangururan tewas terpanggang. Jasad para korban ditemukan petugas bertindih-tindih.

Mereka adalah, Nixon Sitanggang (16), Dormauli Devi Novita Lumban Raja (16), Paska Tarapul Sinaga (15), Saut Hamonangan Sinaga (16), Lamra Sihotang (16), Syukur Manutur Parhusip (14), Bonita Rumapea (15)n
Bernado Sinaga, dan Endang S (16).

Setelah api berhasil dipadamkan dua unit mobil damkar milik Pemkab Samosir, jasad korban dievakuasi ke rumah sakit umum Pangururan yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, para korban merupakan anak kos di rumah Masdinar Sinaga (32) yang letaknya tepat di depan SMA Negeri 1 Pangururan. Di rumah janda tersebut, ada 12 anak kos yang tinggal di loteng rumah semi permanen bercat warna putih itu.

Kedua belas anak kos itu tinggal di dua kamar yang dipisahkan atas 6 pelajar putra dan 6 pelajar putri.
Saat terjadi kebakaran, tiga pelajar masing-masing Steven Situmorang, Melda Sinaga dan Yuni Sidabalok, sedang pulang kampung. Beruntung bagi ketiganya karenal olos dari peristiwa maut.

G Simbolon (71), tetangga korban yang juga ayah mertua Masdinar Sinaga, mengaku melihat api pertama kali berasal dari lantai 1 rumah Masdinar Sinaga. Hanya hitungan menit, api menyambar tida rumah di samping kiri dan kanannya. Disebelah kiri rumah milik marga H Nadeak alias Ama Toga, di sebelah kanan rumah milik Yusniar br Pasaribu dan paling kanan rumah Hotman Sipayung yang menjabat sebagai kepala sekolah SMA Negeri 1 Pangururan.
“Saya tahunya ada kebakaran, saat itu saya baru meletakkan badan ke tempat tidur. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara teriak-teriak dari luar rumah. Tolong…tolong… kebakaran. Saya keluar rumah, sontak terkejut ternyata api sudah besar,” kata ayah enam anak ini.

Lebih lanjut kata suami, T Sihotang ini saat kejadian hanya dua unit mobil damkar yang memadamkan api. Sementara warga tidak dapat berbuat banyak untuk memadamkan api, karena saat itu pdam air mati. “Mulai sore, air PDAM mati, listrik pun mati hidup. Semalam saat kejadian pun datang gempa, lebih dari 3 kali. Tapi semalam sekitar pukul 2 pagi, anak-anak kos itu masih saya dengar nyanyi-nyanyi diloteng. Mereka memang biasa nyanyi-nyanyi pakai gitar di loteng,” sambungnya.

Terpisah, Hotman Sipayung mengatakan saat kejadian dirinya sedang tidur di kamar bersama istrinya. Sedangkan putri semata wayangnya juga tidur di kamarnya.

“Saya tahu kebakaran karena orang-orang dari luar rumah berteriak-teriak. Kebakaran… kebakaran.… Tak tahunya yang kebakaran di samping rumah. Saya lihat api sudah mulai mengenai atap rumah, saya langsung selamatkan surat-surat administrasi kepegawaian, ijazah. Sedangkan barang-barang lainnya tidak ada yang bisa saya selamatkan,” ujar Hotman.

Pria ini sempat takut karena tak melihat putrinya Sri (15). “Warga pun heran melihat saya berteriak-teriak, saya kecarian Sri, tak tahunya Sri sudah keluar rumah. Saya ketemunya di depan SMA Negeri 1,” ujar Hotman saat membuat acara upah-upah di kantin sekolah.

Hotman berharap pemerintah daerah memberikan bantuan kepada para korban kebakaran, khususnya mereka yang terpanggang.  “Mereka anak-anak saya yang pintar. Mereka aktif berorganisasi di sekolah. Tidak ada korban itu anak-anak yang bandal. Kenapalah harus mereka. Saya hanya bisa mengucapkan turut berduka cita kepada murid-murid saya. Syukurlah saya masih selamat, juga istri dan anak saya,” katanya melapkan kedua tangannya kewajahnya.

Suara Minta Tolong di Lantai 2

Tolong… tolong, suara itulah yang masih terdengar keras  dari lantai 2 rumah Masdinar Sinaga. Suara itu dengan jelas didengar Sri Sipayung, anak dari Hotman Sipayung yang rumahnya juga ikut terbakar.

“Suara keras minta-minta tolong dari rumah tetangga membangunkan saya. Sampai di luar, saya terkejut melihat kobaran api. Lama kelamaan suara itu lenyap tak terdengar lagi. Saya mendengar suara itu dari loteng rumah ibu Masdinar. Tak berapa lama orang langsung ramai. Saat saya mau masuk rumah kembali memanggil bapak dan mamak, ternyata mereka sudah keluar rumah,” ujar Sri.

Sri mengaku tak tahu sumber api. “Mana saya tahu Bang dari mana api itu berasal. Tapi yang saya lihat tadinya itu, api dari rumah  Ibu Masdinar. Yang pasti apinya pertama dari lantai bawah,” katanya menudukkan kepala dan mengaku masih trauma dengan kejadian tersebut.

Wanita berkulit putih ini mengaku dirinya tidak punya firasat buruk terkait dengan peristiwa kejadian tersebut. “Nggak ada saya firasat buruk bang. Mimpi apapun saya tidak pernah. Yang saya syukuri bapak bisa terbangun dari tidur, padahal semalam pulang lama dari Simanindo. Karena capeknya bapak, sampai di rumah bapak langsung tidur di kamar,” katanya lagi.

Madinar Sinaga adalah menantu G Simbolon (71) yang menjanda ditinggal meninggal suaminya sejak Maret lalu. Sejak kebakaran, wanita itu tak pernah terlihat lagi di kampung itu. Menurut warga, Madinar trauma dan langsung pergi usai kejadian. (osi)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/