Site icon SumutPos

Alamakk… Pangkalan Susu Miliki Sejumlah Kawasan Mesum

Foto: Bambang/PM Kedua siswi SMP yang dipaksa mucikari melayani pria-pria hidung belang, mengadu ke polisi didampingi BKBPP dan P2TP2A1.
Foto: Bambang/PM
Kedua siswi SMP yang dipaksa mucikari melayani pria-pria hidung belang, mengadu ke polisi didampingi BKBPP dan P2TP2A1.

STABAT, SUMUTPOS.CO – Kasus penjualan dua siswi SMP yang dilakukan mucikari di Besitang, Kabupaten Langkat, menguak masih maraknya lokalisasi mesum, khususnya di kawasan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Herman (31) salah satu warga Pangkalan Susu mengakui ada sejumlah lokalisasi mesum di kawasan tersebut.

Di antara lokalisasi yang amat terkenal di Pangkalan Susu di Desa Batu 100. Setidaknya ada belasan rumah kitik-kitik berdiri di lokasi ini dengan modus menjual makanan cepat saji.

Parahnya lagi, lokasi mesum tersebut bersebelahan dengan salah satu sekolah menengah atas. “Kalau di sini banyak lokasi gituan bang, bahkan ada satu tempat langsung laga dinding dengan salah satu sekolah,” ungkap Herman.

Tak sampai disitu, dia juga menerangkan, sejumlah mucikari ternama di Langkat juga berada di Pangkalan Susu. Termasuk para korbannya anak-anak belia usia 11-17 tahun. “Kalau di Pangkalan Susu ini mucikari yang terkenal inisialnya NR bang, ada juga korbannya anak 11 tahun,” kata dia, Jumat (11/3).

Pengakuan Herman sejalan dengan pengakuan dua siswi SMP korban dugaan human trafficking yang didatangkan dari Besitang, Langkat. Menurut Alpian Hasibuan (43) salah satu orangtua korban RA, sang mucikari Rina alias Ayu mengajak RA jalan-jalan ke Pangkalan Susu dengan iming-iming akan diberi uang jajan.

Namun gadis belia bertubuh kurus yang masih pelajar kelas 2 itu malah dikurung di dalam sebuah kamar di warung kitik-kitik untuk melayani nafsu bejat pria hidung belang.

“Begitu sampai di lokasi, korban lalu dikunci Rina di dalam kamar. Usai melampiaskan nafsunya, lelali hidung belang yang hingga kini belum diketahui identitasnya itu pergi begitu saja, sejurus kemudian sang mucikari datang dengan memberikan selembar uang Rp100 ribu kepada korban,” ujar Alpian menirukan ucapan anaknya sembari berurai air mata.

“Mungkin karena saya sangat miskin, sehingga mereka (mucikari-red) berani memperlakukan anak kami semena-mena, karena dia tau kami tak akan mampu membayar hukum untuk menuntut keadilan,” lirihnya.

Muhammad Seru (45) orangtua korban CI mengaku, bahwa Rina alias Ayu mengajak anaknya dengan iming-iming akan dipekerjakan di pabrik mie di daerah Besitang, namun kenyataanya justru anak gadisnya dijual ke pria hidung belang.

“Kalo anak saya dijanjikan kerja di pabrik mie di Pangkalan Susu, tapi kenyataanya anakku dijual murah sama si Rina itu. Padahal dia (Rina alias Ayu-red) adalah tetangga kami dulunya, karena kelakuannya seperti itu dia diusir warga kampung sini,” kata pria lumpuh yang tinggal di Desa Halaban Jati, Kecamatan Besitang ini.

Menyikapi maraknya lokalisasi prostitusi ilegal di Pangkalan Susu, Kapolsek Pangkalan Susu AKP Hendri Tobing mengaku sudah melakukan penertiban.

“Dimana lagi itu lokasinya? Setahu saya semua lokasi sudah pernah kita tertibkan, cobalah beri lokasi pasti dimana tempatnya,” pinta dia.

Terpisah,  Ketua P2TP2A Langkat Ernis Syafrin Eldin kembali menegaskan, kasus yang melibatkan dua bocah SMP ini diduga melibatkan sindikat penjualan orang harus segera diberantas oleh penegak hukum.

“Kita meminta dengan tegas agar pihak kepolisian segera mengungkap kasus ini, karena sudah menggurita di kawasan Pangkalan Susu,” geramnya. (bam/deo)

Exit mobile version