Pilih Jadi Kades Ketimbang Kerja di Pertambangan Minyak
SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengambil sumpah dan janji sekaligus melantik 95 kepala desa (Kades) se-Kabupaten Samosir di Aula Manihuruk, Pangururan, Selasa (7/1) kemarin.
Kepala desa yang dilantik merupakan hasil pelaksanaan Pilkades serentak di kabupaten Samosir, gelombang kedua pada 31 Oktober 2019 lalu.
Selain berusia 32 Tahun, Kepala Desa terpilih tersebut merupakan anak muda lulusan kampus tersohor di Indonesia yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB).
Kepala Desa tersebut bernama Raja Simarmata, dia dipilih warga menjadi Kepala Desa di kampung halamannya, yaitu Desa Huta Raja.
Desa Huta Raja adalah sebuah perkampungan pusat penenun di Kabupaten Samosir, dan menjadi daerah destinasi wisata yang paling diminati wisatawan.
Dalam video yang beredar di berbagai media sosial, saat pelantikan Raja Simarmata mengutarakan alasan kenapa mau menjadi Kepala Desa di Lumban Suhisuhi.
“Yang pasti kita terpanggil dari hati. Kita terpanggil untuk melakukan yang terbaik di desa ini. Pada intinya melakukan ajakan dari masyarakat untuk melakukan perubahan,” ujarnya.
Raja pun menyampaikan bahwa dalam memimpin Desa Lumban Suhisuhi nantinya akan menfokuskan pada pengembangan wisata di desa tersebut.
“Salah satu yang kita andalkan adalah desa tenun. Orang kalau datang ke Samosir harus datang ke Desa Huta Raja, Desa Lumban Suhi,” ujarnya.
Sang istri, Stella Florensia Hutajulu yang turut mendampingi Raja Simarmata dalam pelantikan tersebut juga angkat suara terkait pilihan suaminya tersebut.
“Saya mendukung apa yang terbaik menurut suami dan menurut saya. Karena ini sebuah perjuangan untuk membangun sebuah masyarakat desa. Ini kan sangat baik,” ujarnya.
Stella pun menjelaskan usia mereka yang muda adalah salah satu peluang untuk bekerja lebih kencang dan punya kesempatan banyak untuk membangun desa.
“Masih milenial, kesempatan besar. Masih muda jadi kita berikan yang terbaik,” ujarnya.
Ketika dihubungi wartawan, pria lulusan Teknik Pertambangan ITB ini mengaku ingin menjadi kades untuk memajukan daerah kelahirannya.
Ia menggagas Gerakan ‘Hita do Hita’ yang bertujuan untuk memajukan kampung halaman.
“Ingin memajukan daerah sendiri, yang ingin dibuat itu gerakan hita do hita, artinya ya kita majukan daerah kita dimulai dari kita sendiri,” tuturnya, Sabtu (11/1).
Ia juga menambahkan bahwa sewaktu masih kuliah dulu ia juga membuat gerakan Samosir Berubah, sebuah gerakan yang ingin memajukan Samosir.
“Gerakan Samosir Berubah, itu gerakan yang kita bikin, kita punya tujuan membawa samosir ke arah yang lebih baik,” tambahnya.
Secara spesifik, Raja ingin memajukan desa yang ia pimpin terkhusus dari kearifan lokal yang dimiliki.
Tujuannya adalah agar Desa di Samosir juga bisa sama dengan yang ada di Jawa dengan kearifan lokal yang menjadi daya tarik wisatanya.
“Rencananya mau memperkenalkan kain tenun khas daerah sini, karena kalau di Jawa kan sudah ada misalnya kampung batik atau sebagainya,” ujarnya.
Raja mengaku bahwa dirinya rela melepaskan pekerjaan yang digelutinya dan mengabdi menjadi kades. “Semenjak jadi kepala desa, sudah tidak kerja lagi,” katanya.
Ia juga menyampaikan ajakannya bagi pemuda agar memiliki kemauan untuk memajukan kampung halamannya. “Marilah sama-sama kita majukan kampung halaman kita, untuk Samosir yang lebih baik,” pungkasnya.
Beberapa orang yang mengenal Raja Simarmata mengaku heran dengan pilihan hidupnya. Mereka menilai bahwa apa yang dilakukan Raja Simarmata adalah kenekatan karena mau meninggalkan pekerjaan di sebuah perusahaan perminyakan dan kembali ke kampung.
Dia memilih meneruskan usaha tenun keluarga dan belakangan mencalonkan kepala desa dan dipilih masyarakat.
Salah seorang yang menggapnya aneh adalah Crimson Harry Sitanggang. Ia pun menuliskan kebingungannya di akun facebooknya. “Adik saya ini memang aneh. Banyak orang yang bingung melihat jalan hidupnya. Bagaimana tidak, ia lulus dari Teknik Pertambangan ITB dan sempat bekerja di perusahaan Konsultan pertambangan, tapi malah meninggalkan pekerjaan itu dan pulang kampung ke Samosir untuk mengembangkan usaha keluarga di desanya yaitu Tenun Ulos di desa Lumban Suhi Toruan.
Di saat usahanya terus berkembang hingga ke beberapa kota, bahkan presiden dan ibu negara sudah mampir di galeri ulos mereka dalam kunjungan ke Samosir, eh.. dia malah mau mencalonkan diri menjadi kepala desa Lumban Suhi Toruan.
Semua heran, apa sih yang mau dicari? Gaji kepala desa juga gak seberapa, trus kenapa gak fokus aja ngembangin bisnis? “Terpanggil, dan sudah menjadi kewajiban untuk membangun desa!” Itulah jawaban yang keluar darinya..
Selamat berjuang Adinda!
Hanya satu pesan yang kutitipkan padanya: “Apa pun hasilnya nanti, menang ataupun kalah, percayalah proses yang telah kau lewati melalui pilihanmu yang tulus ini, pasti akan membawa banyak kebaikan bagi dirimu dan orang di sekelilingmu,” tulis Crimson. (bbs/azw)