25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ribuan Petani Kentang di Samosir Resah, Tanaman Tak Tumbuh, Malah Busuk

DENGAR: Anggota DPR RI (jaket putih) saat mendengarkan keluh kesah petani di Tele terkait tanaman kentang mereka yang busuk dalam tanah.
DENGAR: Anggota DPR RI (jaket putih) saat mendengarkan keluh kesah petani di Tele terkait tanaman kentang mereka yang busuk dalam tanah.

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Ribuan petani kentang di Kabupaten Samosir, khususnya di daerah Tele, saat ini tengah resah dan gelisah. Pasalnya, tanaman kentang yang mereka tanam tak kunjung tumbuh, malah membusuk di dalam tanah.

“Udah tiga kali datang bibitnya. Yang pertama datang dari Kanada, tumbuh. Yang kedua dan ketiga datang dari Skotlandia. Tak kunjung tumbuh, dan malah busuk di dalam tanah,” kata Ketua Umum Sihar Sitorus Center (SSC) Charles Panjaitan, yang prihatin mendapat pengaduan dari para petani kentang, kepada wartawan, Sabtu (11/7).

Ditambahkan Charles, kentang yang gagal panen diperkirakan mencapai 20 ton. Sedangkan sebanyak 30 ton kentang termin ketiga, tapi sebagian sudah ditanam, juga tak tumbuh. Warga khawatir, jangan-jangan kentang yang tidak tumbuh itu karena bibitnya terkena virus dari asalnya di Skotlandia.

“Pernah ada kejadian serupa di Semarang,” kata Charles Panjaitan. Tahun lalu, sebanyak 25 ton kentang dalam satu kontainer asal Skotlandia dimusnahkan oleh Balai Karantina Kelas 1 Semarang. Alasannya, kentang tersebut mengandung bakteri Pectobacterium Atrosepticum yang tidak pernah ada di Indonesia.

Sebelum dimusnahkan dengan cara dibakar, puluhan ton kentang asal Skotlandia yang diturunkan dari tiga truk di kantor pemusnahan Balai Karantina Kelas 1 Semarang di Karangroto, Genuk Semarang. Kemudian kentang ditumpuk dalam lubang sebesar 5×10 meter kedalaman 5 meter yang telah dipersiapkan di tanah kosong belakang kantor. Setelah ditumpuk merata, lima pekerja langsung menutup kentang dengan kulit padi dan menyiramnya dengan minyak solar.

Saat itu, Kepala Balai Karantina Kelas 1 Semarang, Wawan Sutian, mengatakan puluhan ton kentang asal Skotlandia merupakan hasil operasi pada Februari 2019.

“Ada bintik hitam di bagian dalam. Sedangkan di bagian luar kulit mulai tumbuh akar yang juga menghitam,” ujar Wawan.

Hasil pemeriksaan laboratorium, kentang dinyatakan cukup berbahaya karena dapat menular ke benih kentang lainnya. Pemilik (importir) diberikan dua opsi, yakni mengembalikan kentang ke negara asal atau dimusnahkan. Pemilik memutuskan dimusnahkan karena pertimbangan efesiensi dan biaya.

Wawan menegaskan, Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Kelas 1 Semarang telah mengirimkan surat protes kepada Skotlandia dan kedutaan, terkait masuknya benih kentang berbakteri tersebut. Sehingga ke depan, tidak akan ada lagi pengiriman benih kentang yang mengandung bakteri.

Adakah bibit dari Skotlandia yang ditanam petani kentang Tele, Samosir yang asal Skotlandia itu terkena virus? Masih sulit menjawabnya. Seperti dikatakan Royandi Hutasoit, petani kentang warga Desa Hariarapintu, Tele, mengatakan petani kentang menerima bibit ini awalnya percaya saja dengan kehadiran bibit ini. “Apalagi, pihak pemberi bibit datang ke daerah kami dibawa oleh pihak Pembak Samosir, kami yakinlah bahwa bibitnya ini bagus,” kata Royandi Hutasoit.

Atas kegagalan panen itu, Ketua Umum Sihar Sitorus Center, Charles Panjaitan, berharap kepada pihak pihak terkait, seperti balai karantina benih, dan dinas pertanian dari Sumut dan Kabupaten Samosir, segera tanggap dan melakukan pemeriksaan yang holistik agar diketahui secara laboratoorium forensik penyebab tak tumbuh dan membusuk bibit yang berasal dari Skotlandia itu.

“Apakah ada hubungan dengan yang di Semarang, mengandung bakteri Pectobacterium atrosepticum atau tidak. Supaya jelas. Karena warga sudah dipastikan merugi atas gagal panen ini,” ujar Charles Panjaitan.

Apalagi faktanya, kata Charles, bibit kentang sejenis beredar selain di Samosir juga di Humbahas dan Dairi. Jadi, jika hasil pemeriksaan ternyata mengandung bakteri atau tidak, bisa segera diantisipasi agar tak meluas jika mengandung bakteri.

Menurut Royandi, bibit jenis ini sudah dua kali datang, dibagikan oleh PT Wings. Sejauh ini ada sekitar 50 ton sudah tersebar di masyarakat di Samosir dan di luar Samosir. Petani dalam hal ini diutangkan oleh pihak pemberi, dengan catatan akan dibayar setelah panen. Sejauh ini ada 20 ton yang sudah dipastikan gagal panen. Karena tidak tumbuh, diduga karena bibit yang bersangkutan kena virus. Maka langkah antisipasi harus segara dilaksanakan. (rel/mea)

DENGAR: Anggota DPR RI (jaket putih) saat mendengarkan keluh kesah petani di Tele terkait tanaman kentang mereka yang busuk dalam tanah.
DENGAR: Anggota DPR RI (jaket putih) saat mendengarkan keluh kesah petani di Tele terkait tanaman kentang mereka yang busuk dalam tanah.

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Ribuan petani kentang di Kabupaten Samosir, khususnya di daerah Tele, saat ini tengah resah dan gelisah. Pasalnya, tanaman kentang yang mereka tanam tak kunjung tumbuh, malah membusuk di dalam tanah.

“Udah tiga kali datang bibitnya. Yang pertama datang dari Kanada, tumbuh. Yang kedua dan ketiga datang dari Skotlandia. Tak kunjung tumbuh, dan malah busuk di dalam tanah,” kata Ketua Umum Sihar Sitorus Center (SSC) Charles Panjaitan, yang prihatin mendapat pengaduan dari para petani kentang, kepada wartawan, Sabtu (11/7).

Ditambahkan Charles, kentang yang gagal panen diperkirakan mencapai 20 ton. Sedangkan sebanyak 30 ton kentang termin ketiga, tapi sebagian sudah ditanam, juga tak tumbuh. Warga khawatir, jangan-jangan kentang yang tidak tumbuh itu karena bibitnya terkena virus dari asalnya di Skotlandia.

“Pernah ada kejadian serupa di Semarang,” kata Charles Panjaitan. Tahun lalu, sebanyak 25 ton kentang dalam satu kontainer asal Skotlandia dimusnahkan oleh Balai Karantina Kelas 1 Semarang. Alasannya, kentang tersebut mengandung bakteri Pectobacterium Atrosepticum yang tidak pernah ada di Indonesia.

Sebelum dimusnahkan dengan cara dibakar, puluhan ton kentang asal Skotlandia yang diturunkan dari tiga truk di kantor pemusnahan Balai Karantina Kelas 1 Semarang di Karangroto, Genuk Semarang. Kemudian kentang ditumpuk dalam lubang sebesar 5×10 meter kedalaman 5 meter yang telah dipersiapkan di tanah kosong belakang kantor. Setelah ditumpuk merata, lima pekerja langsung menutup kentang dengan kulit padi dan menyiramnya dengan minyak solar.

Saat itu, Kepala Balai Karantina Kelas 1 Semarang, Wawan Sutian, mengatakan puluhan ton kentang asal Skotlandia merupakan hasil operasi pada Februari 2019.

“Ada bintik hitam di bagian dalam. Sedangkan di bagian luar kulit mulai tumbuh akar yang juga menghitam,” ujar Wawan.

Hasil pemeriksaan laboratorium, kentang dinyatakan cukup berbahaya karena dapat menular ke benih kentang lainnya. Pemilik (importir) diberikan dua opsi, yakni mengembalikan kentang ke negara asal atau dimusnahkan. Pemilik memutuskan dimusnahkan karena pertimbangan efesiensi dan biaya.

Wawan menegaskan, Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Kelas 1 Semarang telah mengirimkan surat protes kepada Skotlandia dan kedutaan, terkait masuknya benih kentang berbakteri tersebut. Sehingga ke depan, tidak akan ada lagi pengiriman benih kentang yang mengandung bakteri.

Adakah bibit dari Skotlandia yang ditanam petani kentang Tele, Samosir yang asal Skotlandia itu terkena virus? Masih sulit menjawabnya. Seperti dikatakan Royandi Hutasoit, petani kentang warga Desa Hariarapintu, Tele, mengatakan petani kentang menerima bibit ini awalnya percaya saja dengan kehadiran bibit ini. “Apalagi, pihak pemberi bibit datang ke daerah kami dibawa oleh pihak Pembak Samosir, kami yakinlah bahwa bibitnya ini bagus,” kata Royandi Hutasoit.

Atas kegagalan panen itu, Ketua Umum Sihar Sitorus Center, Charles Panjaitan, berharap kepada pihak pihak terkait, seperti balai karantina benih, dan dinas pertanian dari Sumut dan Kabupaten Samosir, segera tanggap dan melakukan pemeriksaan yang holistik agar diketahui secara laboratoorium forensik penyebab tak tumbuh dan membusuk bibit yang berasal dari Skotlandia itu.

“Apakah ada hubungan dengan yang di Semarang, mengandung bakteri Pectobacterium atrosepticum atau tidak. Supaya jelas. Karena warga sudah dipastikan merugi atas gagal panen ini,” ujar Charles Panjaitan.

Apalagi faktanya, kata Charles, bibit kentang sejenis beredar selain di Samosir juga di Humbahas dan Dairi. Jadi, jika hasil pemeriksaan ternyata mengandung bakteri atau tidak, bisa segera diantisipasi agar tak meluas jika mengandung bakteri.

Menurut Royandi, bibit jenis ini sudah dua kali datang, dibagikan oleh PT Wings. Sejauh ini ada sekitar 50 ton sudah tersebar di masyarakat di Samosir dan di luar Samosir. Petani dalam hal ini diutangkan oleh pihak pemberi, dengan catatan akan dibayar setelah panen. Sejauh ini ada 20 ton yang sudah dipastikan gagal panen. Karena tidak tumbuh, diduga karena bibit yang bersangkutan kena virus. Maka langkah antisipasi harus segara dilaksanakan. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/