SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) HT Erry Nuradi meresmikan museum perkebunan pertama di Indonesia yang dikelola Yayasan Museum Perkebunan Indonesia, berlokasi di gedung milik Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Jalan Brigjen Katamso Nomor 53 Medan.
MELIHAT sejarah dan perjalan Perkebunan yang ada di Sumut, memang sudah sepatutnya provinsi ini memiliki museum perkebunan. Selain sebagai sarana edukasi bagi generasi muda, keberadaan meseum perkebunan juga dipandang perlu untuk mengenal jasa para pendahulu sekaligus membuktikan kalau Sumut pernah menjadi pusat perkebunan di masa lalu.
“Museum perkebunan ini memang sudah sangat ditunggu-tunggu masyrakat khususnya masyarakat perkebunan di Sumut. Alhamdulillah hari ini museum perkebunan diresmikan. Selain membuktikan Sumut sebagi tempatnya perkebunan, desain perkebunan pertama juga ada di Sumut. Tentunya sebagai bangsa yang besar kita harus menghargai jasa pendahulu kita. Salah satunya dengan membangun museum,” kata Gubsu Erry Nuradi saat meresmikan Museum Perkebunan sekaligus memperingati Hari Perkebunan Nasional ke-59.
Hadir dalam kegiatan ini diantaranya Ketua Dewan Pembina Yayasan Museum Perkebunan Indonesia Soedjai Kartasasmita, mantan Menteri Pertanian Bungaran Saragih, Dirjen, Wakil Duta Besar Kedutaan Belanda di Jakarta, para konjen negara sahabat di Medan, Rahmat Shah, dan Wakil Wali Kota Medan Akhyar Nasution dan undangan.
Gubsu Erry mengatakan, Sumut memiliki perkebunan yang besar dan melegenda. Setidaknya saat ini ada 2,1 juta hektar perkebunan yang tersebar di 33 kabupaten kota di Sumut dan dikelola BUMN maupun swasta. Karenanya Gubsu mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran perkebunan di Sumut baik PTPN maupun swasta cukup banyak sehingga mendorong diresmikannya museum perkebunan di Sumut.
“Museum itu juga untuk mengenang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan di zaman kolonial hingga saat ini dan sebagai tempat pembelajaran bagi generasi muda kita. Tentu diharapkan mampu mengangakat sejarah dan kemudian generasi muda bisa berbuat yang lebih baik lagi untuk negara dan bangsa,”ujar Erry lagi.
Erry menjelaskan, keberadaan museum memang sangatlah penting khususnya bagi negara-negara maju. Di sebuah negara maju, lanjut Erry keberadaan museum menjadi salah satu indikator sebuah negara dikatakan maju selain memiliki transportasi dan perpustakaan yang baik. Karena itu keberadaan museum perkebunan dapat mendongkrak wisatawan mancanegara, khususnya dari Belanda, yang memiliki historis bagi perjalan perkebunan di Sumut.
“Karena banyak sekali kenangan-kenangan. Saya yakin turis-turis luar, khususnya dari Netherland juga pasti banyak datang untuk melihat Museum ini. Karena sejarah yang tentunya sangat panjang, antara kita dengan Belanda. Ini akan menjadi salah satu pemicu tumbuhnya wisatawan untuk berkunjung ke Provinsi Sumut yang kita cintai ini,”cetus Erry.
Dalam kesempatan itu, Erry mengapresiasi Kepala Museum Negeri Sumut ibu Sri Hartini yang kini sudah pensiun. “Museum daerah Sumut menjadi terbaik karena jasa Ibu Sri Hartini. Dan saat ini beliau di Museum Perkebunan. Sangat beruntung bisa mendapatkan beliau,” sebut Erry.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina Yayasan Musemum Perkebunan Indonesia Soedjai Kartasasmita, memaparkan sejarah singkat soal perjalanan perkebunan di Sumut. Menurutnya perjalan sejarah perkebunan di Sumut lepas dari tiga visi besar dari tiga tokoh besar yakni Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli dan Jacob Nienhuys.
Soedjai Kartasasmita mengatakan museum itu sebagai ajang untuk menyampaikan informasi mengenai perjalanan panjang perkebunan di Indonesia sejak jaman kolonial yang menarik untuk dipelajari. “Selain sebagai ajang edukasi, museum ini juga bisa sebagai tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi,”ujarnya.
Di museum ini, katanya, pengunjung juga dapat mencari inspirasi serta menggapai mimpi tentang masa lalu dan masa depan perkebunan di Indonesia. Dengan berdirinya museum ini, maka sejarah perkebunan di Sumatera Utara akan terdokumentasi dengan baik sehingga masyarakat bisa melihat koleksi museum yang unik seperti muntik, pesawat terbang, maupun komoditas perkebunan yang ditata dengan baik.(rel/adz)