MEDAN, SUMUTPOS.CO – Lingkungan Danau Toba saat ini telah mengalami kerusakan cukup parah. Faktor utama pemicu terjadinya kerusakan lingkungan di danau vulkanik tersebut, yakni pembuangan limbah dari masyarakat. Seperti limbah peternakan babi, keramba jaring apung (KJA), limbah rumah tangga, dan juga hotel-hotel di sekitar Danau Toba. Pembuangan limbah tersebut menyebabkan kadar oksigen air Danau Toba sangat menurun.
“Berdasarkan audit Bank Dunia terungkap danau itu mengalami kerusakan parah. Hanya sekitar 5 persen air Danau Toba yang mengandung oksigen. Selebihnya sampai dasar danau tak ada oksigen. Itu tidak sehat,” kata Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah usai melakukan Rapat Koordinasi (Rakor) Pembahasan Isu Lingkungan di Kawasan Danau Toba yang langsung dipimpin Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan di Institut Teknologi DEL, Jalan PI DEL, Sitoluama, Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sabtu (12/1).
Rakor tersebut juga dihadiri Pangdam I/BB Mayjen TNI M Sabrar Fadhilah serta delapan bupati di kawasan Danau Toba yakni Bupati Simalungun, Tobasa, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, Samosir, dan Pakpak Bharat.
Dalam kesempatan itu, Musa Rajekshah mengingatkan kembali delapan bupati di kawasan Danau Toba tersebut agar selalu menjaga lingkungan, khususnya peningkatan kualitas air Danau Toba. Apalagi, sebagai pemimpin di daerah, tentunya masing-masing mempunyai kebijakan tertentu mengenai pelestarian lingkungan. Termasuk penataan kawasan hutan yang ada di sekitar Danau Toba, khususnya aturan tegas penebangan pohon secara liar.
“Mari sama-sama kita saling bersinergi dan bergandengan tangan untuk membangun dan membuat kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional menjadi anggota UNESCO Global GeoPark (UGG) Kaldera Toba,” pungkasnya.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan agar masyarakat sekitar Kawasan Danau Toba menjadi masyarakat pariwisata. “Jangan hanya orang-orang dari luar Sumatera Utara yang peduli akan pelestarian dan perkembangan Danau Toba. Tetapi masyarakat daerah sendiri tidak,” kata Luhut.
Kerusakan air di Danau Toba sudah sangat memprihatinkan. Karenanya Luhut menginstruksikan para bupati di kawasan Danau Toba agar saling bersinergi dan berintegrasi dalam pengembangan kawasan Danau Toba, untuk dapat menjadi anggota UGG.
“Ayo ajak masyarakat jaga kebersihan. Karena masih ada sekitar Danau Toba lingkungannya sangat kotor. Ini harus kita tanamkan dari pemda agar peduli, bersihkan yang kotor. Kunci utama kebersihan agar sekawasan Danau Toba terwujud sesuai harapan kita semua sebagai kawasan strategis,” kata Luhut.
Dia juga berkeinginan menjadikan Danau Toba menjadi destinasi wisata internasional yang dapat dinikmati turis mancanegara dengan nyaman karena keindahan dan kebersihannya.
Anugerah Terindah Sumut
Di pihak lain, Wagubsu Musa Rajekshah atau akrab disapa dengan Ijeck, memuji Danau Toba sebagai anugerah yang patut disyukuri masyarakat Sumatera Utara (Sumut), khususnya masyarakat sekitar.
“Begitu indahnya Danau Toba ini. Anugerah terindah dari Sang Pencipta untuk masyarakat Sumatera Utara. Sebagai destinasi wisata nasional dan internasional, Danau Toba telah banyak berkontribusi terhadap perekonomian daerah,” ujarnya saat menyeberangi Danau Toba dengan speedboat dalam kunjungan ke geosite-geosite Kaldera Toba, Minggu (13/1).
Menurut Ijeck, Danau Toba yang merupakan danau vulkanik ini, tidak hanya memberikan keindahan bagi alam Sumut, tetapi juga membawa rezeki bagi masyarakat. “Tidak sedikit masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai nelayan maupun wiraswasta. Untuk itu, diharapkan masyarakat di Kawasan Danau Toba turut menjaga kelestarian Danau Toba ini,” harapnya.
Tidak hanya itu, Ijeck juga berharap agar masayarakat sekitar senantiasa siap mendukung program pariwisata Danau Toba. Katanya, salah satu bentuk dukungan dapat ditunjukkan dengan sikap yang ramah terhadap para wisatawan yang datang berkunjung ke Danau Toba.
Tidak hanya Danau Toba, Ijeck mengatakan masih banyak yang harus dilakukan dalam memajukan sektor pariwisata di Sumut. Dikatakannya, perlu ada dukungan dari semua elemen masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di Sumut, baik sarana prasarana dan infrastruktur.
“Mengembangkan wisata di Sumut bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah provinsi yang dibantu pemerintah pusat semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Mari kita bersama-sama saling bersinergi, berbuat untuk perkembangan dan kemajuan pariwisata di Sumut ini,” ucapnya.
Terkait transportasi danau, jelas Ijeck, masih terus dilakukan evaluasi, perbaikan dan peningkatan layanan dan keselamatan penumpang. Sehingga, penumpang atau wisatawan merasa nyaman tanpa ada rasa ketakutan. “Peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun memberi kita pelajaran bahwa pentingnya SOP keselamatan dalam transportasi danau,” tuturnya.
Turut mendampingi Wagubsu, Asisten Administrasi Umum dan Aset Setdaprovsu Zonny Waldi, Kepala Biro Umum dan Perlengkapan Setdaprovsu Faisal Hasrimy dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provsu Hidayati.
Bupati Karo Diminta Belajar ke India
Di sela Rakor itu, Luhut menyarankan Bupati Karo Terkelin Brahmana untuk studi banding ke wilayah Andhra Pradesh, India, untuk belajar tentang Zero Budget Natural Farming (ZBNF), dan pemanfaatan biomassa pertanian.
Hal ini disampaikan Luhut menyikapi banyaknya lahan pertanian di Kabupaten Karo yang mengalami kerusakan akibat erupsi Gunung Sinabung.
Menyikapi saran Menkomaritim ini, Bupati Karo Terkelin Brahmana yang hadir dalam rakor itu mengaku, saran tersebut sangat cocok. Sebab hampir merata tanah pertanian di Kabupaten Karo dianggap sudah rusak. “Hal ini untuk memperbaiki, bisa dicontoh dari Andhra Pradesh, India. Bagaimana cara sistem mengembalikan perbaikan tanahnya. Ini alasan Pak Luhut agar Pemda Karo lakukan studi banding ke sana,” ungkapnya.
Terkelin juga mengungkapkan, dalam rakor yang dipimpin Meko Bidang Kemaritiman itu, kepala daerah sekawasan Danau Toba telah menandatangani kesepakatan dengan empat butir kesepakatan. Pertama, mengurangi dan/atau menghentikan kegiatan budidaya ikan melalui keramba jaring Apung sesuai Keputusan Gubernur Nomor :188. 44/213/KPTS/2017 tentang Penetapan Daya Dukung dan Daya Tampung Perairan Danau Toba sesuai riset ilmiah LIPI.
Kedua, menghentikan penebangan hutan di kawasan hutan lindung. Ketiga, menghentikan pembuangan limbah langsung ke badan air Danau Toba, dan butir keempat isi kesepakatan, melakukan penanganan sampah yang komprehensif.
Untuk itu, Terkelin mengimbau masyarakat Tongging yang berada di Kecamatan Merek untuk memahami dan mengetahui adanya regulasi yang mengatur soal kualitas air dan keramba jaring apung.
“Khusus bagi masyarakat yang tinggal seputaran Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, masuk sebagai destinasi Danau Toba dapat memahami dan mengetahui sudah ada regulasi, kebijakan yang mengatur kualitas air dan KJA, yang tertuang dalam Penetapan Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dengan pertimbangan konservasi dan kelestarian lingkungan hidup, penetapan kualitas air Danau Toba sebagai kelas I dengan peruntukan air baku, air minum, berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2009,” imbuh Terkelin. (prn/deo)