LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Pembangunan infrastruktur dalam proyek pengaspalan jalan yang menghubungkan dua desa di pelosok Kabupaten Langkat, tepatnya di Kecamatan Seilepan, diduga sarat perilaku koruptif hingga praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Pasalnya, pengerjaan yang diborong oleh rekanan berinisial CS pada 2023 lalu itu, kini sudah rusak kembali.
DARI informasi yang dirangkum, proyek pengaspalan hotmix dengan panjang sekitar tiga kilometer dan lebar 3,5 meter itu, menguras anggaran Rp6,8 miliar, yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran (TA) Proyek itu menghubung kan dua kampung, Desa Harapan Maju sampai Desa Mekar Makmur.
Wartawan berkesempatan datang ke lokasi untuk melihat kondisi proyek yang baru rampung setahun lebih tersebut, akhir pekan lalu. Berangkat dari Kota Stabat, hampir dua jam waktu perjalanan yang ditempuh hingga akhirnya dapat tiba di depan Kantor Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat.
Wartawan menempuh perjalanan dari Ibukota Langkat menuju ke lokasi proyek, dengan melintasi Jalan Lintas Medan-Aceh yang ditaksir jaraknya mencapai 66 kilometer. Sedikitnya ada tujuh kecamatan yang dilalui, mulai dari Hinai, Tanjungpura, Gebang, Brandanbarat, Babalan, Seilepan, hingga Besitang.
Setibanya di Simpang Bukitmas, Kecamatan Besitang, wartawan belok ke kiri dengan jarak tempuh sekitar 20 kilometer. Pemandangan kanan-kiri di sepanjang jalan ini perkebunan sawit milik perusahaan swasta. Kondisi medan juga babak belur sejak dari Simpang Bukitmas hingga tiba di Kantor Desa Harapan Maju. Jalan yang dilalui naik-turun, tidak datar.
Belum lagi abu dari kondisi jalan yang rusak, turut mewarnai perjalanan wartawan menuju lokasi proyek. Menariknya, wartawan melewati dua desa pada Kecamatan Besitang, yakni Pir ADB dan Sekoci. Akhirnya tiba di depan Kantor Desa Harapan Maju, Kecamatan Sei Lepan, dan diduga awal mulai proyek jalan itu dari depan kantor desa tersebut, menuju Desa Mekar Makmur.
“Ada memang kemarin pengaspalan jalan di sini, pada Sudah rusak lagi sekarang jalannya,” ungkap warga sekitar, yang ditemui wartawan di Desa Harapan Maju. Kondisi aspal tampak rusak
dan bahkan berlubang dengan diameter besar. Selain itu, pada lapisan aspalnya yang juga sudah terangkat. Diduga hal tersebut karena tidak sesuai bestek. Masyarakat setempat sudah coba menyampaikan kepada rekanan berinisial CS, agar sebelum pengerjaan pengaspalan, ruas jalan dilapisi batu lebih dulu sebelum disiram pasir batu.
“Sudah kami kasih tau sebelum disiram sirtu (pasir-batu), harusnya diletak batu-batu bulat untuk menjadi dasar. Tapi mereka yang kerja proyek aspal tak mendengar omongan kami, langsung disiram sirtu dan hasilnya tidak bertahan lama, jalan yang baru diperbaiki itu sudah rusak lagi,” beber warga tersebut.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Langkat, Khairul Azmi, belum dapat berkomen tar terkait proyek pengaspalan jalan yang dikerjakan pada 2023 itu, yang kini sudah rusak kembali. “Saya cek dulu,” ujar nya singkat.
Aspal yang baru setahun lebih rampung dikerjakan ini, dan sudah rusak kembali, menimbulkan spekulasi dugaan perilaku koruptif. Sejatinya dengan proyek yang menguras anggaran Rp6,8 miliar, harusnya dapat bertahan lama dan panjangnya pun diduga tidak sesuai perencanaan. Terlebih lagi, infrastruktur yang dibangun pemerintah pada pelosok daerah, sejatinya mengutamakan kualitas pengerjaan.
Namun hal itu berbanding terbalik saat melihat langsung realisasinya. Muncul dugaan, proyek pada pelosok daerah ini menjadi ajang oknum-oknum pejabat untuk memperkaya diri yang diduga dikerjakan tak sesuai bestek. Hal tersebut diduga memanfaatkan kondisi dan lokasi proyek yang jauh dari pusat kota Kabupaten Langkat. (ted/saz)

