27 C
Medan
Wednesday, August 21, 2024

Aksi Bullying Pelajar SMA Negeri di Langkat Viral, Orangtua Korban Minta Pelaku Dikeluarkan

STABAT, SUMUTPOS.CO – Aksi bullying atau perundungan di lingkungan sekolah yang mencoreng dunia pendidikan kembali terulang. Kali ini terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dari video yang dilihat Sumut Pos dalam akun Instagram @seputaran.binjai, aksi bullying menimpa korban berinisial A diduga dilakukan oleh teman satu kelasnya. Korban diganggu atau dibully dengan cara mengolok-oloknya.

Salah satunya, jilbab korban yang sudah bagus diperbaiki, ditarik oleh salah satu terduga pelaku bullying berinisial BNQ. Ironisnya, BNQ diduga sudah sering melakukan perundungan terhadap korban dan disebut-sebut terduga pelaku yang masih berstatus anak ini merupakan keponakan Anggota DPRD Langkat berinisial P.

Parahnya lagi, dalam video yang beredar, BNQ menyentuh atau memegang daerah sensitif perempuan di bagian dada. Padahal, BNQ dengan korban berjenis kelamin sama, perempuan.

Aksi bullying tersebut diduga direkam oleh FDM yang kemudian disebarluaskan ke media sosial dan berbuntut viral di jagad dunia maya. Disebut-sebut FDM bercita-cita masuk sebagai Anggota Polri dan yang bersangkutan berstatus anak aparat kepolisian.

Meski ada pelajar saat aksi perundungan atau bullying terjadi, tak ada seorang pun yang melerai hingga mencegahnya. Alhasil, aksi perundungan terhadap korban terus diterimanya hingga akhirnya orang tuanya mengetahui peristiwa yang membuat malu anaknya.

Video viral ini juga sudah diketahui oleh sejumlah guru di lingkungan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Langkat. Aksi perundungan terhadap korban terjadi di ruang kelas jelang habis jam mengajar guru, Jum’at (13/10/2023).

Orang tua korban berinisial W sendiri menyebut, aksi perundungan yang menimpa anaknya diketahui pada siang harinya, setelah mendengar keterangan dari teman korban. “Sabtu (14/10) pagi, guru sekolah mendatangi rumah kami menjelaskan hal ini. Saya tidak dapat menerima kelakuan anak-anak itu (pelaku) terhadap anak saya (korban),” ujar orang tua korban saat ditemui di kediamannya, Minggu (15/10) siang.

Dia tak habis pikir melihat tingkah laku anak-anak zaman sekarang. W menambahkan, orang tua beserta anak-anak yang melakukan perundungan kepada korban juga sudah datang ke rumahnya, Sabtu (14/10) malam.

“Mereka datang baik-baik, ya kami terima. Cuma saya bilang, kejadian ini terjadi di sekolah dan selesainya tidak di rumah ini,” kata dia.

Artinya, W menegaskan, persoalan tersebut harus diselesaikan di sekolah karena aksi perundungan terjadi di ruang kelas. W berharap, agar ketiga anak yang melakukan perundungan terhadap korban, dapat dikeluarkan dari sekolah.

“Anak saya (korban) sudah saya larang sementara untuk sekolah karena ngedrop pada Sabtu (14/10). Namun guru menyuruh untuk tetap datang,” imbuhnya.

“Saya berharap anak-anak itu (para terduga pelaku perundungan) harus dikeluarkan dari sekolah. Jangan dibiarkan, nanti bisa jadi penyakit, dapat memberi contoh kepada anak-anak lain untuk melakukan hal yang sama. Kalau tidak dikeluarkan, tidak akan menjadi efek jera kepada yang lain dan kejadian seperti ini dapat terulang kembali,” tambah dia.

Pasca viral aksi perundungan, beredar video klarifikasi yang dibacakan oleh FDM. Namun sayang, video klarifikasi tersebut hanya dilakukan sepihak.

Disoal video klarifikasi, W sudah mengetahuinya. Namun langkah tersebut, kata dia, tidak dilakukan di hadapan para orang tua, baik itu korban maupun pelaku perundungan.

“Tidak bisa seperti itu (melakukan klarifikasi), saya tidak ada di situ. Intinya saya tidak terima anak saya diginikan (menjadi korban perundungan),” seru dia.

Terpisah, Kepala SMAN 1 Stabat, Nano Prihatin mengakui, adanya aksi perundungan yang dilakukan anak-anak didiknya. Menurut dia, pihaknya tengah berupaya melakukan penyelesaian terkait aksi perundungan tersebut.

“Masih dalam proses penyelesaian, besok (16/10) semua orang tua dipanggil ke sekolah,” ujar dia.

Disoal video klarifikasi disebut sepihak yang hanya dilakukan sekolah, Nano menyebut, hanya permintaan maaf saja dari pelaku perundungan. “Itu hanya permintaan maaf dari pelaku, proses tetap berjalan dengan melibatkan orang tua siswa,” pungkasnya. (ted/ila)

STABAT, SUMUTPOS.CO – Aksi bullying atau perundungan di lingkungan sekolah yang mencoreng dunia pendidikan kembali terulang. Kali ini terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dari video yang dilihat Sumut Pos dalam akun Instagram @seputaran.binjai, aksi bullying menimpa korban berinisial A diduga dilakukan oleh teman satu kelasnya. Korban diganggu atau dibully dengan cara mengolok-oloknya.

Salah satunya, jilbab korban yang sudah bagus diperbaiki, ditarik oleh salah satu terduga pelaku bullying berinisial BNQ. Ironisnya, BNQ diduga sudah sering melakukan perundungan terhadap korban dan disebut-sebut terduga pelaku yang masih berstatus anak ini merupakan keponakan Anggota DPRD Langkat berinisial P.

Parahnya lagi, dalam video yang beredar, BNQ menyentuh atau memegang daerah sensitif perempuan di bagian dada. Padahal, BNQ dengan korban berjenis kelamin sama, perempuan.

Aksi bullying tersebut diduga direkam oleh FDM yang kemudian disebarluaskan ke media sosial dan berbuntut viral di jagad dunia maya. Disebut-sebut FDM bercita-cita masuk sebagai Anggota Polri dan yang bersangkutan berstatus anak aparat kepolisian.

Meski ada pelajar saat aksi perundungan atau bullying terjadi, tak ada seorang pun yang melerai hingga mencegahnya. Alhasil, aksi perundungan terhadap korban terus diterimanya hingga akhirnya orang tuanya mengetahui peristiwa yang membuat malu anaknya.

Video viral ini juga sudah diketahui oleh sejumlah guru di lingkungan sekolah menengah atas negeri di Kabupaten Langkat. Aksi perundungan terhadap korban terjadi di ruang kelas jelang habis jam mengajar guru, Jum’at (13/10/2023).

Orang tua korban berinisial W sendiri menyebut, aksi perundungan yang menimpa anaknya diketahui pada siang harinya, setelah mendengar keterangan dari teman korban. “Sabtu (14/10) pagi, guru sekolah mendatangi rumah kami menjelaskan hal ini. Saya tidak dapat menerima kelakuan anak-anak itu (pelaku) terhadap anak saya (korban),” ujar orang tua korban saat ditemui di kediamannya, Minggu (15/10) siang.

Dia tak habis pikir melihat tingkah laku anak-anak zaman sekarang. W menambahkan, orang tua beserta anak-anak yang melakukan perundungan kepada korban juga sudah datang ke rumahnya, Sabtu (14/10) malam.

“Mereka datang baik-baik, ya kami terima. Cuma saya bilang, kejadian ini terjadi di sekolah dan selesainya tidak di rumah ini,” kata dia.

Artinya, W menegaskan, persoalan tersebut harus diselesaikan di sekolah karena aksi perundungan terjadi di ruang kelas. W berharap, agar ketiga anak yang melakukan perundungan terhadap korban, dapat dikeluarkan dari sekolah.

“Anak saya (korban) sudah saya larang sementara untuk sekolah karena ngedrop pada Sabtu (14/10). Namun guru menyuruh untuk tetap datang,” imbuhnya.

“Saya berharap anak-anak itu (para terduga pelaku perundungan) harus dikeluarkan dari sekolah. Jangan dibiarkan, nanti bisa jadi penyakit, dapat memberi contoh kepada anak-anak lain untuk melakukan hal yang sama. Kalau tidak dikeluarkan, tidak akan menjadi efek jera kepada yang lain dan kejadian seperti ini dapat terulang kembali,” tambah dia.

Pasca viral aksi perundungan, beredar video klarifikasi yang dibacakan oleh FDM. Namun sayang, video klarifikasi tersebut hanya dilakukan sepihak.

Disoal video klarifikasi, W sudah mengetahuinya. Namun langkah tersebut, kata dia, tidak dilakukan di hadapan para orang tua, baik itu korban maupun pelaku perundungan.

“Tidak bisa seperti itu (melakukan klarifikasi), saya tidak ada di situ. Intinya saya tidak terima anak saya diginikan (menjadi korban perundungan),” seru dia.

Terpisah, Kepala SMAN 1 Stabat, Nano Prihatin mengakui, adanya aksi perundungan yang dilakukan anak-anak didiknya. Menurut dia, pihaknya tengah berupaya melakukan penyelesaian terkait aksi perundungan tersebut.

“Masih dalam proses penyelesaian, besok (16/10) semua orang tua dipanggil ke sekolah,” ujar dia.

Disoal video klarifikasi disebut sepihak yang hanya dilakukan sekolah, Nano menyebut, hanya permintaan maaf saja dari pelaku perundungan. “Itu hanya permintaan maaf dari pelaku, proses tetap berjalan dengan melibatkan orang tua siswa,” pungkasnya. (ted/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/