28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Menjemput Cinta dengan Sepeda Ontel

Aksi Unik Mayaruddin Saleh, Pengantin Pria di Tebingtinggi

Era moderen bukan berarti semuanya harus serba-moderen. Di Kota Tebing Tinggi, seorang pengantin pria justru menggunakan moda kuno menjemput calon istrinya. Alih-alih menggunakan mobil, sang pria malah menjemput mempelai perempuan dari rumahnya menaiki sepeda ontel buatan tahun 1950.

Sopian, Tebingtinggi

ONTEL: Mayaruddin Saleh bersama rombongan ‘Sepakat’ menggunakan sepeda ontel berkeliling Kota Tebingtinggi sebelum menuju rumah kediaman calon istrinya  Jalan Ahmad Yani, Sabtu (15/9).//Sopian/sumut pos
ONTEL: Mayaruddin Saleh bersama rombongan ‘Sepakat’ menggunakan sepeda ontel berkeliling Kota Tebingtinggi sebelum menuju rumah kediaman calon istrinya di Jalan Ahmad Yani, Sabtu (15/9).//Sopian/sumut pos

PRIA bernama Mayaruddin Saleh (26), warga Jalan cemara, Kota Tebingtinggi itu mendatangi kediaman pasangannya dengan iringan puluhan sepeda ontel Serikat Pendayung Kereta Angin Kota Tebingtinggi atau ‘Sepakat’. Rombongan nyentrik itu datang Masjid Alhidayah, Jalan Ahmad Yani, Kota Tebingtinggi, Sabtu (15/9).

Sebelum mendatangi rumah mempelai wanita bernama Nauriah Nova (24) di Jalan Ahmad Yani, Kota Tebingtinggi yang berjarak 1 kilometer dari masjid, ‘Sepakat’ lebih dulu mengelilingi Kota Tebingtinggi mengiringi sang mempelai pria. Sepanjang jalan mereka mendapat aplus dari warga yang melihat arak-arakan itu. Ada yang melambai tangan, ada pula yang berteriak mengucapkan selamat. Bahkan warga terhibur melihat aksi unik itu dengan malyangkan senyuman dan tawa bahagia kepada calon pengantin pria.

Mayaruddin memang salah satu anggota setia ‘Sepakat’. Dia menaiki sepeda ontel merek Rudge buatan tahun 1950-an yang dkoleksinya sejak lama. Hari bahagia untuk mempersunting kekasihnya Nova adalah momen yang amat ditunggu-tunggunya. Dia sudah merancang surprise untuk Nova dengan bersepeda ontel ‘dikawal’ kawan-kawannya di ‘Sepakat’ saat menjemputnya di rumahnya.

“Kejutan ini kado pernikahan kami. Memang kado pernikahan ini unik dan langka. Tapi ini juga bagian upaya kami melestarikan budaya bangsa agar kita tak melupakan sejarah,” ujarnya kepada Sumut Pos yang ikut dalam rombongan tersebut.

Kendati lazimnya pengantin datang ke rumah sang mertua menumpang mobil, Mayaruddin mengaku tak malu menjemput calon istrinya menggunakan sepeda tua. Alasannya dia menilai pilihan tak lazim ini justru cara kreatif dan unik dalam mengabadikan cinta mereka. Mendatangi rumah mempelai wanita menggunakan sepeda ontel ini juga belum pernah terjadi di Kota Tebingtinggi. Dia mengaku lelah karena bersepeda memakai pakaian pengantin dalam cuaca yang lumayan panas. Tapi semuanya itu terbayar lunas dengan sambutan warga Tebingtinggi yang membuat hatinya yang senang.

“Memang keringatan juga saat tiba di rumah Nova. Hari ini hari paling indah dalam hidup saya. Mungkin di sini belum pernah yang melakukannya. Mudah-mudahan momen pernikahan kami dikenang oleh warga Tebingtinggi,” ucap Mayaruddin yang tampak berpeluh dengan balutan baju pengantin adat Jawa.
Kecintaan Mayaruddin terhadap sepeda ontel berawal empat tahun silam. Saat itu dia bertekad menguras tabungannya untuk membeli sepeda ontel merek Rudge. Sepeda itu pula yang seringkali digunakannya untuk mendatangi sang kekasih setiap malam minggu. Mayaruddin mengaku sering mengajak Nova naik sepeda ontel berkeliling kota Tebingtinggi. “Begitu punya sepeda ontel, saya langsung mendirikan ‘Sepakat’. Saya menginspirasi kawan-kawan untuk membuat ragam kegiatan, seperti aksi sosial, keliling-keliling kota, atau kumpul-kumpul  bareng dengan pencinta sepeda ontel lainnya,” jelas Mayaruddin.
Turut pula dalam rombongan menemani Mayaruddin adalah Junaidi Pasaribu. Lelaki yang dipercaya sebagai bos ‘Sepakat’ ini mengatakan acara hari itu merupakan bagian mempromosikan sepeda ontel di Kota Tebingtinggi sebagai tranfortasi ramah lingkungan dan murah. ‘’Cuma modal tenaga mengayuh sepeda ontel, kita bisa pergi kemana-mana. Selain mengurangi polusi, tubuh kita juga menjadi lebih sehat,’’ katanya.

Pengarakan pengantin menggunakan ontel ini, menurut Junaidi, sengaja mulai dibudayakan di kalangan anggota ‘Sepakat’ karena dianggap ritual yang kreatif, unik, lucu, dan menghibur. ‘’Cara ini juga punya nilai MORAL yaitu melestarikan budaya bangsa. Kalau menggunakan mobil atau sepeda motor itu kan biasa, tapi pakai sepeda ontel bukan hal yang biasa.

“Kami gembira dengan sambutan warga yang melihat arak-arakan kami. Ritual ini ini akan terus kami lanjutkan agar generasi muda lebih menghargai sejarah. Sepeda ontel ini kan bagian dari ikon sejarah perjuangan kita,” tukasnya.

urmila (64), warga Jalan Imam Bonjol, Kota Tebingtinggi yang melihat arak-arakan pengantin bersepeda ontel itu mengaku terhibur karena kenangannya kembali muncul seperti era 1960-an sewaktu orang-orang masih menggunakan sepeda ontel sebagai sarana transportasi. “Sekilas langsung ingat kenangan lama. Mirip zaman dulu. Saya nggak menyangka ada yang mau menggunakannya untuk ngantenan,” ujarnya seraya tersenyum-senyum. (*)

Aksi Unik Mayaruddin Saleh, Pengantin Pria di Tebingtinggi

Era moderen bukan berarti semuanya harus serba-moderen. Di Kota Tebing Tinggi, seorang pengantin pria justru menggunakan moda kuno menjemput calon istrinya. Alih-alih menggunakan mobil, sang pria malah menjemput mempelai perempuan dari rumahnya menaiki sepeda ontel buatan tahun 1950.

Sopian, Tebingtinggi

ONTEL: Mayaruddin Saleh bersama rombongan ‘Sepakat’ menggunakan sepeda ontel berkeliling Kota Tebingtinggi sebelum menuju rumah kediaman calon istrinya  Jalan Ahmad Yani, Sabtu (15/9).//Sopian/sumut pos
ONTEL: Mayaruddin Saleh bersama rombongan ‘Sepakat’ menggunakan sepeda ontel berkeliling Kota Tebingtinggi sebelum menuju rumah kediaman calon istrinya di Jalan Ahmad Yani, Sabtu (15/9).//Sopian/sumut pos

PRIA bernama Mayaruddin Saleh (26), warga Jalan cemara, Kota Tebingtinggi itu mendatangi kediaman pasangannya dengan iringan puluhan sepeda ontel Serikat Pendayung Kereta Angin Kota Tebingtinggi atau ‘Sepakat’. Rombongan nyentrik itu datang Masjid Alhidayah, Jalan Ahmad Yani, Kota Tebingtinggi, Sabtu (15/9).

Sebelum mendatangi rumah mempelai wanita bernama Nauriah Nova (24) di Jalan Ahmad Yani, Kota Tebingtinggi yang berjarak 1 kilometer dari masjid, ‘Sepakat’ lebih dulu mengelilingi Kota Tebingtinggi mengiringi sang mempelai pria. Sepanjang jalan mereka mendapat aplus dari warga yang melihat arak-arakan itu. Ada yang melambai tangan, ada pula yang berteriak mengucapkan selamat. Bahkan warga terhibur melihat aksi unik itu dengan malyangkan senyuman dan tawa bahagia kepada calon pengantin pria.

Mayaruddin memang salah satu anggota setia ‘Sepakat’. Dia menaiki sepeda ontel merek Rudge buatan tahun 1950-an yang dkoleksinya sejak lama. Hari bahagia untuk mempersunting kekasihnya Nova adalah momen yang amat ditunggu-tunggunya. Dia sudah merancang surprise untuk Nova dengan bersepeda ontel ‘dikawal’ kawan-kawannya di ‘Sepakat’ saat menjemputnya di rumahnya.

“Kejutan ini kado pernikahan kami. Memang kado pernikahan ini unik dan langka. Tapi ini juga bagian upaya kami melestarikan budaya bangsa agar kita tak melupakan sejarah,” ujarnya kepada Sumut Pos yang ikut dalam rombongan tersebut.

Kendati lazimnya pengantin datang ke rumah sang mertua menumpang mobil, Mayaruddin mengaku tak malu menjemput calon istrinya menggunakan sepeda tua. Alasannya dia menilai pilihan tak lazim ini justru cara kreatif dan unik dalam mengabadikan cinta mereka. Mendatangi rumah mempelai wanita menggunakan sepeda ontel ini juga belum pernah terjadi di Kota Tebingtinggi. Dia mengaku lelah karena bersepeda memakai pakaian pengantin dalam cuaca yang lumayan panas. Tapi semuanya itu terbayar lunas dengan sambutan warga Tebingtinggi yang membuat hatinya yang senang.

“Memang keringatan juga saat tiba di rumah Nova. Hari ini hari paling indah dalam hidup saya. Mungkin di sini belum pernah yang melakukannya. Mudah-mudahan momen pernikahan kami dikenang oleh warga Tebingtinggi,” ucap Mayaruddin yang tampak berpeluh dengan balutan baju pengantin adat Jawa.
Kecintaan Mayaruddin terhadap sepeda ontel berawal empat tahun silam. Saat itu dia bertekad menguras tabungannya untuk membeli sepeda ontel merek Rudge. Sepeda itu pula yang seringkali digunakannya untuk mendatangi sang kekasih setiap malam minggu. Mayaruddin mengaku sering mengajak Nova naik sepeda ontel berkeliling kota Tebingtinggi. “Begitu punya sepeda ontel, saya langsung mendirikan ‘Sepakat’. Saya menginspirasi kawan-kawan untuk membuat ragam kegiatan, seperti aksi sosial, keliling-keliling kota, atau kumpul-kumpul  bareng dengan pencinta sepeda ontel lainnya,” jelas Mayaruddin.
Turut pula dalam rombongan menemani Mayaruddin adalah Junaidi Pasaribu. Lelaki yang dipercaya sebagai bos ‘Sepakat’ ini mengatakan acara hari itu merupakan bagian mempromosikan sepeda ontel di Kota Tebingtinggi sebagai tranfortasi ramah lingkungan dan murah. ‘’Cuma modal tenaga mengayuh sepeda ontel, kita bisa pergi kemana-mana. Selain mengurangi polusi, tubuh kita juga menjadi lebih sehat,’’ katanya.

Pengarakan pengantin menggunakan ontel ini, menurut Junaidi, sengaja mulai dibudayakan di kalangan anggota ‘Sepakat’ karena dianggap ritual yang kreatif, unik, lucu, dan menghibur. ‘’Cara ini juga punya nilai MORAL yaitu melestarikan budaya bangsa. Kalau menggunakan mobil atau sepeda motor itu kan biasa, tapi pakai sepeda ontel bukan hal yang biasa.

“Kami gembira dengan sambutan warga yang melihat arak-arakan kami. Ritual ini ini akan terus kami lanjutkan agar generasi muda lebih menghargai sejarah. Sepeda ontel ini kan bagian dari ikon sejarah perjuangan kita,” tukasnya.

urmila (64), warga Jalan Imam Bonjol, Kota Tebingtinggi yang melihat arak-arakan pengantin bersepeda ontel itu mengaku terhibur karena kenangannya kembali muncul seperti era 1960-an sewaktu orang-orang masih menggunakan sepeda ontel sebagai sarana transportasi. “Sekilas langsung ingat kenangan lama. Mirip zaman dulu. Saya nggak menyangka ada yang mau menggunakannya untuk ngantenan,” ujarnya seraya tersenyum-senyum. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/