28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Semburan Sulit Padam, Tanggul Segera Dirancang

Pascaledakan Sumur Minyak Ilegal di Langkat

Sejumlah instansi mulai panik pascaledakan sumur minyak ilegal di Desa Jati Tunggal, Padang Tualang, Langkat. Hingga Sabtu (15/12), sumur masih menyemburkan api dan belum memperlihatkan tanda-tanda berhenti.

Hamdani, Padangtualang

MENGAKU mulai pusing dan kehilangan akal memadamkan semburan api di lokasi pertambangan ilegal yang meledak, Jumat (14/12) lalu, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Langkat, M Iskandar, segera mengajak Pertamina duduk satu meja. “Iya, semburan minyak dan api terus terjadi. Kami segera ajak Pertamina karena mereka yang lebih paham soal perminyakan,” ujar Iskandar.

Undangan diakuinya sudah direspons. “Meskipun aktivitas warga merugikan Pertamina, tapi Pertamina bersedia turun ke lokasi sumur minyak yang meledak,” tukasnya.
Dalam pengecekan oleh tenaga ahli, pihak Pertamina menyimpulkan semburan api tak berhenti akibat kadar gas dari sumut tergolong tinggi. “Jadi minyak itu punya kandungan gas yang tinggi. Jadi perkiraan awal Pertamina, api yang menyambar korban bersumber dari gas,” urainya.

Kadar gas yang tinggi itu menyulitkan mereka memadamkan api dengan air. “Kemarin mobil pemadam datang. Kami tak berani menyiramkan air ke dalam api. Khawatir air yang disiram itu malah membawa api yang lebih besar yang merembes ke segala arah,” urainya.

Demi mengantisipasi rembesan minyak serta api yang terus keluar dari perut bumi itu, Dinas Pertambangan dan pihak Pertamina berinisiatif membangun tanggul atau benteng di sekitar lokasi. “Hingga hari ini minyak terus keluar, api juga terus menyembur. Sesuai hasil rapat di lokasi, langkah paling efektif mengantisipasi rembesan api ya, dengan tanggul dulu,” ungkapnya.

Kapan tanggul dibangun, Iskandar mengakui akan secepatnya merancang. “Kalau hari ini alat berat sudah dapat pastinya besok (hari ini, Red),” ucap Iskandar yang mengaku kurang sehat karena memaksa diri turun ke lokasi dengan kondisi tubuh yang kurang fit.

Dia memperkirakan aktivitas semburan api dari perut bumi itu paling lama berlangsung dalam tiga hari ke depan. “Itu saya kutip dari tenaga lapangan Pertamina,” katanya.
Terakit aktivitas warga yang mengebor sumur minyak secara ilegal di lokasi tersebut, Iskandar mengaku malas berkomentar. Dirinya sudah lelah memberitahukan kepada masyarakat sekitar agar tak melakukan aktivitas membahayakan tersebut. “Setelah kejadian ini mudah-mudahan mereka sadar dan tak lagi mengebor sumur minyak secara ilegal. Habis kami mau ambil tindakan yang dihadapi masyarakat. Tahu sendiri lah, kalau masyarakat sekarang suka arogan,” sesal Iskandar.

Dia meminta masyarakat bersabar hingga lima koperasi yang diajukan sebagai operator resmi eksplorasi minyak di lokasi tersebut disetujui pemerintah pusat. “Jika koperasi itu selesai, masyarakat dapat mengebor secara legal. Hasilnya bisa dijual ke koperasi dan minyak itu akan dikirimkan ke Pertamina atau Eksindo selaku perusahaan yang memiliki hak eksplorasi dan pengolahan minyak,” jelas Iskandar.

Secara terpisah, Dirut RSU Tanjung Pura, dr Sadikun, mengatakan, dari delapan pasien yang mengalami luka bakar, lima diantaranya sudah dirujuk ke RSU Adam Malik, Medan. “Kalau meninggal dunia belum ada. Saat ini kami tinggal menangani tiga pasien, sedangkan yang lain sudah dirujuk ke Medan,” ungkapnya.

Sayangnya dr Sadikun tak tahu siapa saja nama tiga pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit milik Pemkab Langkat tersebut. “Kalau nama saya tak ingat, yang saya tahu hanya Poniren, dua lagi saya lupa namanya. Yang jelas kondisi ketiganya terus membaik,” katanya. (*)

Pascaledakan Sumur Minyak Ilegal di Langkat

Sejumlah instansi mulai panik pascaledakan sumur minyak ilegal di Desa Jati Tunggal, Padang Tualang, Langkat. Hingga Sabtu (15/12), sumur masih menyemburkan api dan belum memperlihatkan tanda-tanda berhenti.

Hamdani, Padangtualang

MENGAKU mulai pusing dan kehilangan akal memadamkan semburan api di lokasi pertambangan ilegal yang meledak, Jumat (14/12) lalu, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Langkat, M Iskandar, segera mengajak Pertamina duduk satu meja. “Iya, semburan minyak dan api terus terjadi. Kami segera ajak Pertamina karena mereka yang lebih paham soal perminyakan,” ujar Iskandar.

Undangan diakuinya sudah direspons. “Meskipun aktivitas warga merugikan Pertamina, tapi Pertamina bersedia turun ke lokasi sumur minyak yang meledak,” tukasnya.
Dalam pengecekan oleh tenaga ahli, pihak Pertamina menyimpulkan semburan api tak berhenti akibat kadar gas dari sumut tergolong tinggi. “Jadi minyak itu punya kandungan gas yang tinggi. Jadi perkiraan awal Pertamina, api yang menyambar korban bersumber dari gas,” urainya.

Kadar gas yang tinggi itu menyulitkan mereka memadamkan api dengan air. “Kemarin mobil pemadam datang. Kami tak berani menyiramkan air ke dalam api. Khawatir air yang disiram itu malah membawa api yang lebih besar yang merembes ke segala arah,” urainya.

Demi mengantisipasi rembesan minyak serta api yang terus keluar dari perut bumi itu, Dinas Pertambangan dan pihak Pertamina berinisiatif membangun tanggul atau benteng di sekitar lokasi. “Hingga hari ini minyak terus keluar, api juga terus menyembur. Sesuai hasil rapat di lokasi, langkah paling efektif mengantisipasi rembesan api ya, dengan tanggul dulu,” ungkapnya.

Kapan tanggul dibangun, Iskandar mengakui akan secepatnya merancang. “Kalau hari ini alat berat sudah dapat pastinya besok (hari ini, Red),” ucap Iskandar yang mengaku kurang sehat karena memaksa diri turun ke lokasi dengan kondisi tubuh yang kurang fit.

Dia memperkirakan aktivitas semburan api dari perut bumi itu paling lama berlangsung dalam tiga hari ke depan. “Itu saya kutip dari tenaga lapangan Pertamina,” katanya.
Terakit aktivitas warga yang mengebor sumur minyak secara ilegal di lokasi tersebut, Iskandar mengaku malas berkomentar. Dirinya sudah lelah memberitahukan kepada masyarakat sekitar agar tak melakukan aktivitas membahayakan tersebut. “Setelah kejadian ini mudah-mudahan mereka sadar dan tak lagi mengebor sumur minyak secara ilegal. Habis kami mau ambil tindakan yang dihadapi masyarakat. Tahu sendiri lah, kalau masyarakat sekarang suka arogan,” sesal Iskandar.

Dia meminta masyarakat bersabar hingga lima koperasi yang diajukan sebagai operator resmi eksplorasi minyak di lokasi tersebut disetujui pemerintah pusat. “Jika koperasi itu selesai, masyarakat dapat mengebor secara legal. Hasilnya bisa dijual ke koperasi dan minyak itu akan dikirimkan ke Pertamina atau Eksindo selaku perusahaan yang memiliki hak eksplorasi dan pengolahan minyak,” jelas Iskandar.

Secara terpisah, Dirut RSU Tanjung Pura, dr Sadikun, mengatakan, dari delapan pasien yang mengalami luka bakar, lima diantaranya sudah dirujuk ke RSU Adam Malik, Medan. “Kalau meninggal dunia belum ada. Saat ini kami tinggal menangani tiga pasien, sedangkan yang lain sudah dirujuk ke Medan,” ungkapnya.

Sayangnya dr Sadikun tak tahu siapa saja nama tiga pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit milik Pemkab Langkat tersebut. “Kalau nama saya tak ingat, yang saya tahu hanya Poniren, dua lagi saya lupa namanya. Yang jelas kondisi ketiganya terus membaik,” katanya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/