30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lima Tahun Seluruh Lulusan Masuk PTN

SMAN 2 Soposurung, Sekolah Unggulan di Balik Gunung

Lokasi SMAN 2 Soposurung, Balige, Toba Samosir, termasuk di wilayah ‘pedalaman’ Sumatera Utara. Meski di pinggiran, jangan tanya prestasi yang diraih sekolah yang didirikan mantan Menteri PAN TB Silalahi itu.

DHIMAS GINANJAR, Balige

DIBANDINGKAN bangunan lain di kompleks perkantoran Soposurung, gedung asrama Yayasan Soposurung (Yasop) SMAN 2 Soposurung, Balige, Toba Samosir paling mencolok. Bukan hanya masalah luas lahan yang membuatnya jadi point of view. Kemegahan dan desain modernnya menjadikan sekolah itu enak dipandang.

Lihatlah, sebuah gerbang yang dibangun mirip Arc de triomphe de l’etoile atau gapura kemenangan di Paris menyambut para tamu. Gerbang kukuh itu diapit tembok yang tingginya sekitar 10 meter. Cukup untuk ‘menyembunyikan’ sekolah itu dari luar.

Yang terlihat dari celah gerbang besar tersebut hanya tiang bendera, sedikit gedung sekolah, dan gunung di latar belakangnya. Menurut Dewan Pembina Yasop TB Silalahi, ada maksud tertentu mengapa komposisinya seperti itu.

“Tiang bendera berlatar gunung itu mengingatkan perjuangan saat mengusir penjajah di bukit itu,” ujarnya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang diundang untuk menghadiri upacara pelepasan siswa kelas 3 SMAN 2 Soposurung yang akan lulus tahun ini Sabtu (14/4).

TB Silalahi adalah pendiri sekolah berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional) tersebut. Bersama rekan-rekannya, mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Men PAN) itu mendirikan sekolah tersebut pada 1990. Dia amat bangga dengan perkembangan pesat SMAN 2 Soposurung. Karena itu, saat mengundang Dahlan Iskan beserta para tokoh dari ibu kota untuk menghadiri peringatan ulang tahun ke-4 TB Silalahi Center, dia tak lupa menunjukkan kemegahan dan berbagai prestasi yang diraih SMA tersebut.

Purnawirawan berpangkat mayor jenderal itu tahu betul bagaimana mendidik para siswa untuk menjadi pemenang. Dia lantas menyebut tagline pursuit our glory sebagai salah satu pilar menjadi siswa SMAN 2 Soposurung.

Jawa Pos yang juga diundang sempat blusukan ke sudut-sudut kompleks sekolah yang bersih dan rapi itu. Begitu masuk, tamu langsung dibawa ke ruang tamu yang tak begitu luas. Ukurannya sekitar 5 x 7 meter.

Di ruang yang ditutup gorden kuning tersebut ada sepuluh foto pejabat negara yang pernah berkunjung dan memberikan kesan serta pesan. Di antaranya Menpora Andi Mallarangeng, Menhub Freddy Numberi, hingga Menteri Perguruan Tinggi Filipina Angel C Alcala.

Kepada Dahlan Iskan, TB Silalahi berkelakar bahwa SMAN 2 Soposurung layak mendapat rekor dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai sekolah negeri yang paling banyak dikunjungi menteri. Dia lantas meminta mantan Dirut PLN itu memberikan kesan dan pesan juga.
“Nah, untuk Pak Dahlan, jangan sampai lupa kelihatan sepatu ketsnya,” ucapnya yang disambut senyum Dahlan.

Rombongan kemudian memasuki perpustakaan yang berhadapan dengan laboratorium komputer. Sembari menyusuri sekolah, pemilik nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu menceritakan latar belakang berdirinya SMAN 2 Soposurung. Diawali dari kisah keprihatinan dirinya terhadap kualitas hidup masyarakat di Tanah Batak. Dia yakin, peningkatan kualitas pendidikan bisa menjadi jawaban untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Maka, Menteri PAN pada Kabienat Pembangunan VI itu lalu mendirikan Yayasan Soposurung yang menaungi SMAN 2 Soposurung pada 1990. “Sekarang sekolah ini berkembang pesat,” tuturnya.

Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1961 itu juga menyatakan bahwa sekolahnya unik karena hasil perkawinan antara sekolah negeri dan swasta. Perjanjian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Yasop pada 10 Oktober 1991 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pendidikan, pengadaan sarana prasarana, dan sumber daya pendidikan di sekolah itu.

Sedangkan yayasan bertanggung jawab untuk pemberian beasiswa, pembangunan dan pengelolaan asrama, kegiatan ekstrakurikuler, hingga penyaluran lulusan di lapangan kerja.

Kini, setelah 22 tahun beroperasi, hasilnya sangat membanggakan. TB Silalahi mengatakan, lima tahun berturut-turut seluruh siswa di sekolah itu lulus ujian nasional (unas). Bahkan, seluruh lulusan sekolah tersebut berhasil lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Di antaranya ke UI, ITB, USU, dan UGM.

Prestasi tersebut membuat seleksi masuk di SMAN 2 Soposurung menjadi lebih ketat. T.B. Silalahi mengklaim sedikitnya 10 ribu siswa ‘melamar’ masuk sekolah setiap tahun. Dari jumlah tersebut disaring menjadi 1.500 orang dengan tingkat akademik terbaik.

“Tapi, itu belum cukup. Proses berikutnya dikerucutkan melalui psikotes menjadi 350 siswa, dan terakhir dipilih 90 siswa terbaik yang kami pilih,” jelasnya.

Karena itulah, dia menyebutkan bahwa kualitas otak para siswa SMAN 2 Soposurung tidak perlu diragukan lagi. Setelah siswa diterima, giliran sekolah yang melengkapi kepandaian itu dengan emotional quotiont (EQ) dan spiritual quotiont (SQ), serta dipadu dengan intelligent quotiont (IQ) untuk menghasilkan siswa berkualitas.

Kakek yang hari ini (17/4) genap berusia 74 tahun itu mengatakan, proses pendidikan yang sistematis dan berkualitas tersebut kini telah membuahkan hasil nyata. Salah satu buktinya, Tunghai University Taiwan bersedia memberikan beasiswa khusus kepada lulusan SMAN 2 Soposurung untuk kuliah di sana.

“Tidak tanggung-tanggung, mereka memberikan beasiswa kuliah dari S-1 hingga S-3 gratis,” kata TB Silalahi disambut tepuk tangan para tamu dan siswa.
Program itu bukan isapan jempol. Sebab, pada acara itu dilakukan penandatanganan MoU antara Yasop dan Tunghai University. Penandatanganan itu disaksikan Dahlan Iskan, Dirjen Pendidikan Menengah Hamid Muhammad, dan Wamendikbud Wiendu Nuryanti. Dari Taiwan hadir Menteri Council of Indigenous People Sun Ta-Chuan.

Meski ada syarat TOEFL minimum 600, TB Silalahi tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, di sekolah itu bahasa Inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari. “Anak-anak di sini juga terbiasa hidup mandiri di asrama,” ujarnya.

Sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, bahasa Inggris juga digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Tentu saja siswa tetap mendapatkan materi formal untuk English Class dan English Days. “Pelajaran juga kami buat bilingual, bahasa Indonesia dan Inggris,” jelasnya.

Bahasa internasional itu wajib dipraktikkan pada setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar, pada tiga hari itu bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar. Strategi itu berbuah manis karena mereka menjadi lancar berbahasa Inggris.

Bukan hanya itu. Menurut Kepala Asrama Yasop Halasan Sitorus, pihaknya juga mendatangkan pengawas dari militer. Masing-masing dua anggota Marinir atau angkatan darat. Dengan begitu, kedisiplinan para siswa langsung terbentuk dengan baik.

Kepala SMAN 2 Soposurung Danjor Nababan membenarkan bahwa sekolahnya perlu menghadirkan anggota TNI untuk membentuk kedisiplinan siswa. “Mereka diajari baris-berbaris, disiplin waktu, hingga kebersihan,” ucapnya.

Menurut Yuki Sinaga, salah seorang siswa, dirinya sangat senang tinggal di asrama meski dengan aturan ketat. Sebab, dia merasakan adanya hubungan kekeluargaan yang kuat. “Di sini tidak lagi ada teman. Yang ada hanya saudara,” tuturnya. (*)

SMAN 2 Soposurung, Sekolah Unggulan di Balik Gunung

Lokasi SMAN 2 Soposurung, Balige, Toba Samosir, termasuk di wilayah ‘pedalaman’ Sumatera Utara. Meski di pinggiran, jangan tanya prestasi yang diraih sekolah yang didirikan mantan Menteri PAN TB Silalahi itu.

DHIMAS GINANJAR, Balige

DIBANDINGKAN bangunan lain di kompleks perkantoran Soposurung, gedung asrama Yayasan Soposurung (Yasop) SMAN 2 Soposurung, Balige, Toba Samosir paling mencolok. Bukan hanya masalah luas lahan yang membuatnya jadi point of view. Kemegahan dan desain modernnya menjadikan sekolah itu enak dipandang.

Lihatlah, sebuah gerbang yang dibangun mirip Arc de triomphe de l’etoile atau gapura kemenangan di Paris menyambut para tamu. Gerbang kukuh itu diapit tembok yang tingginya sekitar 10 meter. Cukup untuk ‘menyembunyikan’ sekolah itu dari luar.

Yang terlihat dari celah gerbang besar tersebut hanya tiang bendera, sedikit gedung sekolah, dan gunung di latar belakangnya. Menurut Dewan Pembina Yasop TB Silalahi, ada maksud tertentu mengapa komposisinya seperti itu.

“Tiang bendera berlatar gunung itu mengingatkan perjuangan saat mengusir penjajah di bukit itu,” ujarnya kepada Menteri BUMN Dahlan Iskan yang diundang untuk menghadiri upacara pelepasan siswa kelas 3 SMAN 2 Soposurung yang akan lulus tahun ini Sabtu (14/4).

TB Silalahi adalah pendiri sekolah berstatus RSBI (rintisan sekolah berstandar internasional) tersebut. Bersama rekan-rekannya, mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Men PAN) itu mendirikan sekolah tersebut pada 1990. Dia amat bangga dengan perkembangan pesat SMAN 2 Soposurung. Karena itu, saat mengundang Dahlan Iskan beserta para tokoh dari ibu kota untuk menghadiri peringatan ulang tahun ke-4 TB Silalahi Center, dia tak lupa menunjukkan kemegahan dan berbagai prestasi yang diraih SMA tersebut.

Purnawirawan berpangkat mayor jenderal itu tahu betul bagaimana mendidik para siswa untuk menjadi pemenang. Dia lantas menyebut tagline pursuit our glory sebagai salah satu pilar menjadi siswa SMAN 2 Soposurung.

Jawa Pos yang juga diundang sempat blusukan ke sudut-sudut kompleks sekolah yang bersih dan rapi itu. Begitu masuk, tamu langsung dibawa ke ruang tamu yang tak begitu luas. Ukurannya sekitar 5 x 7 meter.

Di ruang yang ditutup gorden kuning tersebut ada sepuluh foto pejabat negara yang pernah berkunjung dan memberikan kesan serta pesan. Di antaranya Menpora Andi Mallarangeng, Menhub Freddy Numberi, hingga Menteri Perguruan Tinggi Filipina Angel C Alcala.

Kepada Dahlan Iskan, TB Silalahi berkelakar bahwa SMAN 2 Soposurung layak mendapat rekor dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) sebagai sekolah negeri yang paling banyak dikunjungi menteri. Dia lantas meminta mantan Dirut PLN itu memberikan kesan dan pesan juga.
“Nah, untuk Pak Dahlan, jangan sampai lupa kelihatan sepatu ketsnya,” ucapnya yang disambut senyum Dahlan.

Rombongan kemudian memasuki perpustakaan yang berhadapan dengan laboratorium komputer. Sembari menyusuri sekolah, pemilik nama lengkap Tiopan Bernhard Silalahi itu menceritakan latar belakang berdirinya SMAN 2 Soposurung. Diawali dari kisah keprihatinan dirinya terhadap kualitas hidup masyarakat di Tanah Batak. Dia yakin, peningkatan kualitas pendidikan bisa menjadi jawaban untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Maka, Menteri PAN pada Kabienat Pembangunan VI itu lalu mendirikan Yayasan Soposurung yang menaungi SMAN 2 Soposurung pada 1990. “Sekarang sekolah ini berkembang pesat,” tuturnya.

Lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) 1961 itu juga menyatakan bahwa sekolahnya unik karena hasil perkawinan antara sekolah negeri dan swasta. Perjanjian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Yasop pada 10 Oktober 1991 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pendidikan, pengadaan sarana prasarana, dan sumber daya pendidikan di sekolah itu.

Sedangkan yayasan bertanggung jawab untuk pemberian beasiswa, pembangunan dan pengelolaan asrama, kegiatan ekstrakurikuler, hingga penyaluran lulusan di lapangan kerja.

Kini, setelah 22 tahun beroperasi, hasilnya sangat membanggakan. TB Silalahi mengatakan, lima tahun berturut-turut seluruh siswa di sekolah itu lulus ujian nasional (unas). Bahkan, seluruh lulusan sekolah tersebut berhasil lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri. Di antaranya ke UI, ITB, USU, dan UGM.

Prestasi tersebut membuat seleksi masuk di SMAN 2 Soposurung menjadi lebih ketat. T.B. Silalahi mengklaim sedikitnya 10 ribu siswa ‘melamar’ masuk sekolah setiap tahun. Dari jumlah tersebut disaring menjadi 1.500 orang dengan tingkat akademik terbaik.

“Tapi, itu belum cukup. Proses berikutnya dikerucutkan melalui psikotes menjadi 350 siswa, dan terakhir dipilih 90 siswa terbaik yang kami pilih,” jelasnya.

Karena itulah, dia menyebutkan bahwa kualitas otak para siswa SMAN 2 Soposurung tidak perlu diragukan lagi. Setelah siswa diterima, giliran sekolah yang melengkapi kepandaian itu dengan emotional quotiont (EQ) dan spiritual quotiont (SQ), serta dipadu dengan intelligent quotiont (IQ) untuk menghasilkan siswa berkualitas.

Kakek yang hari ini (17/4) genap berusia 74 tahun itu mengatakan, proses pendidikan yang sistematis dan berkualitas tersebut kini telah membuahkan hasil nyata. Salah satu buktinya, Tunghai University Taiwan bersedia memberikan beasiswa khusus kepada lulusan SMAN 2 Soposurung untuk kuliah di sana.

“Tidak tanggung-tanggung, mereka memberikan beasiswa kuliah dari S-1 hingga S-3 gratis,” kata TB Silalahi disambut tepuk tangan para tamu dan siswa.
Program itu bukan isapan jempol. Sebab, pada acara itu dilakukan penandatanganan MoU antara Yasop dan Tunghai University. Penandatanganan itu disaksikan Dahlan Iskan, Dirjen Pendidikan Menengah Hamid Muhammad, dan Wamendikbud Wiendu Nuryanti. Dari Taiwan hadir Menteri Council of Indigenous People Sun Ta-Chuan.

Meski ada syarat TOEFL minimum 600, TB Silalahi tidak mengkhawatirkan hal itu. Sebab, di sekolah itu bahasa Inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari. “Anak-anak di sini juga terbiasa hidup mandiri di asrama,” ujarnya.

Sebagai rintisan sekolah bertaraf internasional, bahasa Inggris juga digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Tentu saja siswa tetap mendapatkan materi formal untuk English Class dan English Days. “Pelajaran juga kami buat bilingual, bahasa Indonesia dan Inggris,” jelasnya.

Bahasa internasional itu wajib dipraktikkan pada setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Tidak hanya saat kegiatan belajar mengajar, pada tiga hari itu bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pengantar. Strategi itu berbuah manis karena mereka menjadi lancar berbahasa Inggris.

Bukan hanya itu. Menurut Kepala Asrama Yasop Halasan Sitorus, pihaknya juga mendatangkan pengawas dari militer. Masing-masing dua anggota Marinir atau angkatan darat. Dengan begitu, kedisiplinan para siswa langsung terbentuk dengan baik.

Kepala SMAN 2 Soposurung Danjor Nababan membenarkan bahwa sekolahnya perlu menghadirkan anggota TNI untuk membentuk kedisiplinan siswa. “Mereka diajari baris-berbaris, disiplin waktu, hingga kebersihan,” ucapnya.

Menurut Yuki Sinaga, salah seorang siswa, dirinya sangat senang tinggal di asrama meski dengan aturan ketat. Sebab, dia merasakan adanya hubungan kekeluargaan yang kuat. “Di sini tidak lagi ada teman. Yang ada hanya saudara,” tuturnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/