Konflik Sengketa Lahan Ganggu Pelaksanaan UN
LABUHAN DELI- Siswa SMA Negeri I Labuhan Deli yang mengikuti ujian nasional (UN) dihantui rasa ketakutan, Senin (16/4). Soalnya di sekitar sekolah puluhan massa yang membawa senjata tajam berseliweran mempertahankan tanah garapannya.
“Ujian kali ini suasananya tegang. Kami cemas karena takut menjadi sasaran bentrokan. Apalagi mereka sering sweeping di sekitar sekolah,” keluh salah seorang siswa yang mengaku bernama, Wahyudi.
Senada dengan Wahyudi para siswa lainnya juga mengaku kurang konsentrasi pada saat mengikuti UN. Di samping takut pada ancaman keselamatan jiwa mereka, banyaknya polisi yang melakukan pengamanan di lahan tersebut justru kian membuat para peserta UN menjadi kurang nyaman. “Konsentrasi agak terganggu aja tadi bang, soalnya pak polisi yang jaga di sini banyak kali,” ucap seorang siswi yang tak mau menyebutkan namanya.
Tak cuma para siswa saja yang merasa khawatir atas adanya keributan soal obyek lahan sengketa itu, para guru di sekolah negeri milik Pemkab Deliserdang juga diwarnai kecemasan. Bahkan para guru tak berani jika berjalan sendirian saat hendak datang maupun pulang dari SMA Negeri I Labuhan Deli.
“Kalau bentrok, tidak hanya siswa yang takut. Kami, guru-guru di sini, juga takut. Anak-anak terpaksa pulang ada yang dijemput orang tua mereka,” kata Kepala Sekolah SMA Negeri I Labuhan Deli, Mulyadi saat ditanyai Sumut Pos.
Dia mengatakan, SMA Negeri I Labuhan Deli merupakan salah satu sekolah yang berada di dekat lokasi konflik antara warga dari kelompok petani dan massa dari kelompok developer “Dalam pelaksanaan UN ini sudah kejadian yang kedua kalinya, UN tahun lalu juga terjadi keributan soal sengketa lahan yang sepertinya tak ada habisnya. Dan ini jelas sangat mengganggu guru serta para siswa,” ungkap Mulyadi.
Sementara jumlah siswa yang mengikuti UN di sebanyak 80 orang. Ia berharap dalam pelaksanaan UN selama tiga hari ke depan nantinya tidak terjadi gejolak yang justru akan menimbulkan kerugian bagi para peserta UN dan para guru. “Semoga saja tak terjadi lagi bentrokan, sehingga anak-anak kami bisa tenang mengikuti ujian nasional,” imbuhnya. Sementara, pantauan Sumut Pos di sekitar lokasi, seratusan pria dari pihak developer perumahan PT Agung Cemara Realty (ACR) dengan mempersenjatai dirinya tampak berjaga-jaga di sekitar lahan seluas 74 hektar tersebut.
Penempatan para pria tersebut untuk mengantisipasi kedatangan massa dari kelompok petani penggarap yang menuding pihak developer telah melakukan penyerobotan lahan milik mereka. Melihat situasi mulai kembali memanas, sejumlah personel Kepolisian dari Polres Pelabuhan Belawan dan Polsekta Medan Labuhan yang melakukan penjagaan ditambah. Bahkan akses jalan utama menuju ke SMA Negeri I Labuhan Deli dijaga ketat oleh petugas. Setiap warga yang akan memasuki areal lahan tak luput dari pemeriksaan polisi baik berseragam dinas maupun berpakaian preman.
Seperti diberitakan sebelumnya, perseteruan sengketa lahan seluas 74 hektar itu terjadi sebelumya setelah massa mengatasnamakan dari kelompok petani penggarap menuding PT Agung Cemara Realty (ACR) selaku perusahaan developer menyerobot lahan yang diklaim sebagai kepunyaan mereka. Sementara pihak developer yang rencananya akan membangun seribu unit perumahan di lahan dimaksud mengklaim tanah itu merupakan milik perusahaan yang telah membayar ganti rugi disebut-sebut kepada, Titin Cs selaku kelompok petani yang merupakan ahli waris terhadap lahan tersebut.
Namun, belakangan pada saat pihak developer mendirikan bangunan tiba-tiba seratusan massa yang juga mengatasnamakan dari kelompok petani penggarap, Selasa (10/4) lalu, melakukan penyerangan dan meruntuhkan bangunan pagar pembatas tanah yang telah dibangun PT ACR. (mag-17)