26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Balita PDP Covid-19 Telantar di Samosir

Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA)
Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait menyoroti adanya seorang anak berusia satu tahun di Kecamatan Nainggolan, Samosir, Sumatera Utara berstatus PDP corona yang ditelantarkan petugas medis karena keterbatasan ruang isolasi.

Menurut Arist, hal ini seharusnya tidak terjadi dan anak tersebut mesti diberikan penanganan medis sebagaimana mestinya. “Namun, apa yang terjadi terhadap anak yang PDP terduga Covid-19 ini. Peristiwa ini adalah kegagalan kerja kordinasi dari Dinas Kesehatan Samosir dan Tarutung karena fakta menunjukkan bahwa rumah sakit saling melempar tanggung jawab,” ujar Arist kepada JPNN (Grup Sumut Pos), Kamis (16/4).

Arist pun mendesak gugus tugas penanganan pandemi covid-19 di Samosir untuk memberikan pelayanan terbaik kepada anak tersebut sebelum semua terlambat.

“Saling lempar tanggung jawab di tengah bangsa ini sedang bahu-membahu untuk memutus mata rantai pandemi covid-19 bukanlah teladan yang baik dan harus dihentikan,” tegas Arist.

Dia juga meminta dukungan terhadap Bupati Samosir untuk memberi atensi terhadap masalah ini.”Bila perlu diterbangkan langsung ke Medan untuk mendapatkan penanganan cepat di RS Adam Malik sebagai rumah sakit rujukan covid-19,” sambung Arist.

Direktur RSUD Tarutung dr Janri Nababan ketika dikonfirmasi wartawan via ponselnya, Rabu (15/4), membenarkan ada seorang balita dari Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, dirujuk ke rumah sakit yang dipimpinnya. “Ya, ada pasien yang dirujuk dari RSUD dr Hadrianus Sinaga Samosir ke sini dan berdasarkan pengantar dari Samosir mengatakan itu diduga PDP,” ujar Janri.

Namun karena saat itu ruang isolasi sedang penuh dan pihak RSUD Tarutung pun sedang sibuk mengurus perpindahan seorang pasien ke RS Pirngadi Medan, anak tersebut dikembalikan ke Kabupaten Samosir. “Kami akhirnya melakukan asesmen di sini. Hasil dokter mengatakan, ini perlu isolasi mandiri saja dan kami kembalikan lagi ke Samosir,” terangnya.

RSUD Tarutung menurutnya tidak melakukan pemeriksaan rapid test karena sebelumnya pihak RSUD dr Hadrianus Sinaga sudah melakukan pemeriksaan. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Rohani Bakara selaku Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Samosir, ia mengaku belum mengetahui informasi tersebut.

Namun begitu, Rohani mengaku akan mencari informasi terlebih dahulu kepada Dinas Kesehatan Samosir. “Saya belum ada dengar informasi itu dari koordinator bidang kesehatan atau Pak Kadis Kesehatan, saya cek dulu nanti yah,” ujar Rohani di sela acara penyerahan bantuan APD dari Polres Samosir ke RSUD dr Hadrianus Sinaga.

Diketahui, anak itu mengalami demam tinggi setelah pulang dari Medan bersama sang ibu. Kemudian Selasa (14/4) malam, dia dibawa ke RSUD dr Hadrianus Sinaga Samosir dan dirujuk ke RSUD Tarutung yang merupakan rumah sakit rujukan Corona. Namun, karena saat itu ruangan isolasi penuh dan RSUD Tarutung sedang sibuk mengurus perpindahan seorang pasien PDP ke Rumah Sakit Pringadi Medan, anak tersebut akhirnya dikembalikan ke Kabupaten Samosir untuk melakukan isolasi mandiri tanpa penanganan medis.

“Pasien dengan ISPA yang berat dan pneumonia. Sesuai dengan revisi keempat terpaksa harus dirujuk ke RSUD Tarutung. Apalagi ruang isolasi kita belum selesai,” ujar sumber di RSUD dr Hadrianus Sinaga yang tidak bersedia disebut identitasnya.

Pihak Kecamatan Nainggolan dikonfirmasi mengakui ada seorang balita mengalami demam dan dibawa ke RSUD dr Hadrianus Sinaga. “Benar, ada anak satu tahun dan sudah 10 hari si anak dan ibunya baru pulang dari Medan lalu demam. Dibawa ke rumah sakit di Pangururan dan dicek hasilnya negatif, tapi disarankan dokter ke RSUD Tarutung tapi dipulangkan dan sekarang sudah di rumahnya di Kecamatan Nainggolan,” jelas staf kecamatan yang juga tidak bersedia disebutkan namanya.

Menurutnya, ayah balita tersebut adalah seorang staf di Pemerintah Kabupaten Samosir dan ibu si anak bekerja sebagai guru di Medan, kembali ke Kabupaten Samosir karena sekolah diliburkan. (cuy/jpnn/bbs)

Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA)
Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait menyoroti adanya seorang anak berusia satu tahun di Kecamatan Nainggolan, Samosir, Sumatera Utara berstatus PDP corona yang ditelantarkan petugas medis karena keterbatasan ruang isolasi.

Menurut Arist, hal ini seharusnya tidak terjadi dan anak tersebut mesti diberikan penanganan medis sebagaimana mestinya. “Namun, apa yang terjadi terhadap anak yang PDP terduga Covid-19 ini. Peristiwa ini adalah kegagalan kerja kordinasi dari Dinas Kesehatan Samosir dan Tarutung karena fakta menunjukkan bahwa rumah sakit saling melempar tanggung jawab,” ujar Arist kepada JPNN (Grup Sumut Pos), Kamis (16/4).

Arist pun mendesak gugus tugas penanganan pandemi covid-19 di Samosir untuk memberikan pelayanan terbaik kepada anak tersebut sebelum semua terlambat.

“Saling lempar tanggung jawab di tengah bangsa ini sedang bahu-membahu untuk memutus mata rantai pandemi covid-19 bukanlah teladan yang baik dan harus dihentikan,” tegas Arist.

Dia juga meminta dukungan terhadap Bupati Samosir untuk memberi atensi terhadap masalah ini.”Bila perlu diterbangkan langsung ke Medan untuk mendapatkan penanganan cepat di RS Adam Malik sebagai rumah sakit rujukan covid-19,” sambung Arist.

Direktur RSUD Tarutung dr Janri Nababan ketika dikonfirmasi wartawan via ponselnya, Rabu (15/4), membenarkan ada seorang balita dari Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, dirujuk ke rumah sakit yang dipimpinnya. “Ya, ada pasien yang dirujuk dari RSUD dr Hadrianus Sinaga Samosir ke sini dan berdasarkan pengantar dari Samosir mengatakan itu diduga PDP,” ujar Janri.

Namun karena saat itu ruang isolasi sedang penuh dan pihak RSUD Tarutung pun sedang sibuk mengurus perpindahan seorang pasien ke RS Pirngadi Medan, anak tersebut dikembalikan ke Kabupaten Samosir. “Kami akhirnya melakukan asesmen di sini. Hasil dokter mengatakan, ini perlu isolasi mandiri saja dan kami kembalikan lagi ke Samosir,” terangnya.

RSUD Tarutung menurutnya tidak melakukan pemeriksaan rapid test karena sebelumnya pihak RSUD dr Hadrianus Sinaga sudah melakukan pemeriksaan. Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Rohani Bakara selaku Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Samosir, ia mengaku belum mengetahui informasi tersebut.

Namun begitu, Rohani mengaku akan mencari informasi terlebih dahulu kepada Dinas Kesehatan Samosir. “Saya belum ada dengar informasi itu dari koordinator bidang kesehatan atau Pak Kadis Kesehatan, saya cek dulu nanti yah,” ujar Rohani di sela acara penyerahan bantuan APD dari Polres Samosir ke RSUD dr Hadrianus Sinaga.

Diketahui, anak itu mengalami demam tinggi setelah pulang dari Medan bersama sang ibu. Kemudian Selasa (14/4) malam, dia dibawa ke RSUD dr Hadrianus Sinaga Samosir dan dirujuk ke RSUD Tarutung yang merupakan rumah sakit rujukan Corona. Namun, karena saat itu ruangan isolasi penuh dan RSUD Tarutung sedang sibuk mengurus perpindahan seorang pasien PDP ke Rumah Sakit Pringadi Medan, anak tersebut akhirnya dikembalikan ke Kabupaten Samosir untuk melakukan isolasi mandiri tanpa penanganan medis.

“Pasien dengan ISPA yang berat dan pneumonia. Sesuai dengan revisi keempat terpaksa harus dirujuk ke RSUD Tarutung. Apalagi ruang isolasi kita belum selesai,” ujar sumber di RSUD dr Hadrianus Sinaga yang tidak bersedia disebut identitasnya.

Pihak Kecamatan Nainggolan dikonfirmasi mengakui ada seorang balita mengalami demam dan dibawa ke RSUD dr Hadrianus Sinaga. “Benar, ada anak satu tahun dan sudah 10 hari si anak dan ibunya baru pulang dari Medan lalu demam. Dibawa ke rumah sakit di Pangururan dan dicek hasilnya negatif, tapi disarankan dokter ke RSUD Tarutung tapi dipulangkan dan sekarang sudah di rumahnya di Kecamatan Nainggolan,” jelas staf kecamatan yang juga tidak bersedia disebutkan namanya.

Menurutnya, ayah balita tersebut adalah seorang staf di Pemerintah Kabupaten Samosir dan ibu si anak bekerja sebagai guru di Medan, kembali ke Kabupaten Samosir karena sekolah diliburkan. (cuy/jpnn/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/