TOBASA, SUMUTPOS.CO – Upaya pencarian terhadap korban longsor di Toba Samosir (Tobasa) membuahkan hasil. Tim gabungan menemukan jenazah Kasmer Marpaung, satu korban longsor yang hilang di Desa Halado, Kecamatan Pintu Pohan, Sabtu (15/12). Dengan begitu, praktis tinggal seorang lagi korban yang masih belum itemukan dari peristiwa bencana alam yang terjadi pekan lalu itun
“Ya, sudah ditemukan satu dari dua orang korban hilang tertimbun longsor yakni Kasmer Marpaung. Jadi yang kita cari besok tinggal 1 orang lagi atas nama Sutan Marpaung,” kata Kepala Pelaksana BPBD Tobasa, Herbet Pasaribu saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (16/12).
Namun Herbet tak menjelaskan detil lokasi Kasmer Marpaung ditemukan. Dia cuma menegaskan, tim gabungan terus melakukan pencarian satu korban lainnya, yang diprediksi ikut tertimbun reruntuhan bangunan rumah saat longsor terjadi.
Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis juga membenarkan kabar penemuan seorang korban atas nama Kasmer Marpaung. “Iya. Kemarin (Sabtu) pukul 09.50 WIB. Jasad laki-laki,” katanya.
Menurut dia, jalan provinsi yang terkena longsor sudah tiga hari terbuka. Sampai kini tim gabungan juga masih melakukan pembersihan material longsor di lokasi kejadian, sembari melakukan pencarian seorang korban longsor lagi di desa itu. “Dengan menggunakan lima unit alat berat, tim berupaya mencari korban di empat rumah yang tertimbun tanah longsor,” katanya.
///Relokasi
Waktu meninjau lokasi longsor di Tobasa, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyatakan, dengan kondisi medan yang rawan, warga dan pemerintah setempat diminta siapkan relokasi segera. “Memang kondisi alamnya seperti ini. Nanti kita pikirkan dan saya akan minta bapak bupati (Tobasa), untuk merelokasi masyarakat yang bertempat tinggal di medan-medan kritis ini,” ujarnya.
Keberadaan rumah di lokasi tersebut, menurut Edy, karena masyarakat tidak berpikir tentang kerawanan yang mengancam. Untuk itu, kondisi ini akan disikapi dengan mengevaluasi agar pilihan permukiman tidak semata hanya karena pertimbangan akses ke jalan umum (besar).
“Rakyat kita kan berpikir gampang saja, yang penting dekat dengan jalan. Mereka tidak memperhitungkan risiko yang bisa terjadi. Nanti akan kita evaluasi. Tapi pertama ini dulu, kita harus cari (korban longsor) sampai dapat. Doakan agar secepatnya bisa kita temukan,” katanya.
Begitu juga soal nasib pendidikan anak-anak korban, Edy menyampaikan, pemerintah akan menjamin hal itu jika keluarga tidak mampu. “Tolong dikawal terus, apa yang bisa kita lakukan untuk membantu masyarakat,” sebutnya.
Bupati Tobasa Darwin Siagian dalam kesempatan itu mengatakan, pihaknya fokus kepada pencarian korban tertimbun longsor. Setelahnya baru dibahas mengenai rencana relokasi sebagaimana diminta gubsu agar mencarikan tempat permukiman yang relatif aman sebagai pengganti. “Kita penanganan dulu. Soal relokasi, nanti akan kita lakukan setelah diteliti dulu kondisi tanah,” katanya.
Bantuan ke Madina
Sementara itu, Wagubsu Musa Rajekshah mengatakan pencegahan bencana lebih baik ketimbang menanggulangi. Untuk itu, ke depan diharapkan informasi dan pengetahuan mengenai pencegahan bencana bisa dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah.
Itu disampaikan Wagubsu saat penyerahan bantuan dari komunitas Toyota Land Cruiser Indonesia (TLCI) Chapter Medan kepada korban banjir bandang di Mandailing Natal (Madina) di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Medan, Minggu (16/12). Bantuan tersebut berupa peralatan sekolah, pakaian muslim, dan lain sebagainya. Bantuan tersebut akan diberikan kepada korban bencana di 3 Kecamatan di Madina di antaranya, Ulu Pungkut, Lingga Batu dan Batang Natal.
Pria yang akrab disapa Ijeck mengatakan, bencana alam dapat terjadi karena ulah manusia. Contohnya, banyak daerah Sumut yang lahan terbukanya banyak pepohonan yang tidak lagi bisa menahan longsor. Untuk itu, perlu edukasi dan pemberitahuan kepada masyarakat khususnya generasi muda agar dapat menjaga alam.
“Bagaimana caranya membuka area perkebunan, tanaman, kemudian membuat rumah jangan di lereng bukit yang berbahaya, hal-hal seperti ini harus diketahui masyarakat, agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan,” katanya.
Penanggulangan dan pencegahan bencana bukan hanya tanggungjawab BPBD saja. Tapi semua pihak termasuk masyarakat harus mencegah bencana. Meski begitu, Ijeck mengingatkan untuk terus berinovasi dalam hal ini karena masalah yang dihadapi terus berkembang. Selain itu, ia mengharapkan kegiatan seperti menanam pohon tidak menjadi seremonial belaka. Selain ditanam, pohon juga harus dirawat. Untuk itu perlu juga menanam pohon yang bisa menghasilkan sesuatu bagi masyarakat agar terus dijaga. (prn)