MEDAN, SUMUTPOS.CO – Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I menyebutkan, Sumatera Utara dari bulan Januari hingga 20 Nopember 2018 diguncang gempa sebanyak 18 kali.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar MKG Wilayah I, Syahnan kepada Sumut Pos, Minggu (16/12) siang.
Dijelaskan Syahnan, 13 kejadian gempa bumi itu berpusat di laut dan 5 kali berpusat di darat. “Untuk kedalaman, dangkal sebanyak 13 kejadian dan menengah ada 5 kejadian. Untuk kekuatan gempanya, 12 kejadian < 4.0 SR dan 6 kejadian 4.0 = M = 5.0 SR tidak ada kejadian M > 5.0 SR, “ ujarnya.
Untuk gempa bumi dirasakan significant, ada 3 kejadian. Pertama adalah gempa bumi tektonik tanggal 13 November 2018 pukul 09:10:35 WIB. Gempa berkekuatan M 3.7, epicenter gempa bumi berada pada posisi 5.13 LU – 96.36 BT terletak di darat, 18 Km Tenggara Pidie Jaya, Aceh.
“Berdasarkan kedalaman, gempa bumi ini termasuk gempa bumi dangkal dengan kedalaman 10 Km. Dirasakan II MMI (I SIG-BMKG) di Pidie Jaya. Gempa bumi ini disebabkan oleh sesar lokal Pidiejaya, “ sambungnya.
Kemudian, lanjut Syahnan, gempa bumi tektonik tanggal 15 November 2018 pukul 11:31:30 WIB. Gempa bumi ini berkekuatan M 4.5, epicenter gempa bumi berada pada posisi 6.62 LU–93.89 BT terletak di laut, 180 Km Barat Laut Sabang, Aceh. Dijelaskan Syahnan, berdasar kedalaman maka gempabumi ini termasuk dangkal dengan kedalaman 20 Km, drasakan II MMI (I SIG-BMKG) di Sabang. Gempa bumi ini disebabkan oleh aktivitas West Andaman Fault.
“Ketiga adalah gempa bumi tektonik tanggal 17 November 2018 pada pukul 17:41:49 WIB. Kekuatan gempabumi M 5.0. Epicenter gempabumi berada pada posisi 0.91 LU–98.61 BT terletak di laut, 68 Km Barat laut Mandailing Natal, Sumatera Utara, “terangnya.
Berdasarkan kedalaman, gempa bumi ini termasuk gempa menengah dengan kedalaman 66 Km. Gempa bumi itu disebutnya dirasakan I-IIMMI (II SIG-BMKG) di Mandailing Natal. Gempa bumi inipun disebabkan karena adanya aktivitas subduksi lempeng Indo Australia terhadap lempeng Eurasia.
“Untuk Magnit Bumi, pengamatan yang diperoleh dari LEMI Variograph (digital) yang terdapat di Stasiun Geofisika Tuntungan, pada bulan November 2018, terjadi gangguan geomagnetic pada tanggal 04–05 November 2018 yang dikategorikan sebagai badai lemah (weak storm), “ tandas Syahnan.
Sebelumnya, Syahnan menyebut untuk di Sumatera Utara telah dipasang beberapa titik alat pengukur gempa bumi, yakni di Medan Tuntungan, Aek Godang, Parapat, Onowoembo dan Teluk Dalam. “Alat tersebut dalam kondisi baik dan masih difungsikan,”pungkasnya. (ain/han)