Site icon SumutPos

Wakil Bupati Nias Barat Bantah Anaknya Menganiaya

ADITIA LAOLI/SUMUT POS
BANTAH: Wakil Bupati Nias Barat, Khenoki Waruwu membantah anaknya terlibat penganiayaan.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO – Peristiwa pengejaran maling di Kota Gunungsitoli tepatnya di Jalan Sirao beberapa hari lalu, ternyata berbuntut panjang. Pasalnya, keluarga terduga maling itu mengadukan Kevin, anak Wakil Bupati Nias Barat Khenoki Waruwu ke Polres Nias dengan tuduhan penganiayaan.

Diketahui, Kevin ikut melakukan pengejaran bersama puluhan massa mengejar Oralit Darman Ndruru, terduga maling di salah satu rumah di Jalan Sirao. Wakil Bupati Nias Barat Khenoki Waruwu, membantah bahwa anaknya terlibat penganiayaan tersebut.

“Saat itu sekitar pukul 03.00 Wib dini hari Selasa (8/8), anak saya bersama teman- temannya sedang duduk, di salah satu warung di Kota Gunungsitoli. Tiba-tiba salah seorang menelpon minta bantuan, karena di rumah yang dijaganya ada orang mencurigakan. Diduga maling sedang memanjat pipa di rumah itu. Karena rasa solidaritas kepada teman-temannya, anak saya ikut mengejar maling itu,” kata Khenoki, kepada Sumut Pos.

Khenoki mengaku kejadian itu baru diketahuinya setelah seseorang menelponnya mengaku dari salah satu LSM Kamis (10/8) lalu, ingin jumpa membicarakan terkait pengeroyokan yang melibatkan Kevin. Karena merasa kaget mendengar anaknya terlibat pengeroyokan, akhirnya Khenoki Waruwu mempersilahkan penelpon tersebut datang ke rumahnya.

“Beberapa orang datang ke rumah ini mengaku keluarga Oralit Darman Ndruru (terduga maling), dan beberapa orang lagi mengaku anggota LSM. Mereka membicarakan perdamaian dengan meminta dua puluh juta rupiah. Waktu itu saya tidak ladeni permintaan mereka. Saya hanya sampaikan kalau memang ada korban luka, agar dibawa ke rumah sakit, berobat. Nanti berapa biaya perobatannya di rumah sakit sebagai rasa kemanusiaan saya Bantu,” beber Khenoki.

Khenoki Waruwu mengaku kecewa terhadap isu yang beredar di medsos akhir-akhir ini, maupun pemberitaan di beberapa media online. Dia menganggapnya sepihak karena belum pernah dilakukan konfirmasi kepada anaknya.

“Memang sejauh ini belum ada rencana menempuh jalur hukum terkait pemberitaan yang menyudutkan anak saya serta mengait-ngaitkan jabatan saya sebagai wakil bupati Nias Barat. Saya pantau aja dulu, kalau mereka terus melakukan hal yang sama, tidak tertutup kemungkinan bukan hanya saya yang akan menempuh jalur hokum. Namun bisa saja nanti masyarakat Nias Barat akan menuntut yang bersangkutan,” kata Khenoki.

Senada dengan Dedy Tanjung, yang ikut mengejar terduga maling itu, mengatakan awalnya dia bersama Kevin dan temannya yang lain duduk sambil ngobrol di salah satu warung di Jalan Kelapa, Kelurahan Ilir, Kota Gunungsitoli. Lalu salah seorang teman mereka bernama Anda Tanjung menerima telpon dari seseorang meminta bantuan.

Mendengar ada maling, dia bersama Anda Tanjung dan Kevin langsung menuju lokasi dengan menggunakan sepeda motor masing-masing. “Setiba di lokasi, kami melihat ada tiga orang, dua sedang manjat pipa dan satu orang lagi di bawah memantau. Mungkin takut karena ada orang datang, satu orang yang manjat di pipa lompat ke bawah dan langsung lari bersama kawannya yang sudah menunggu di bawah. Sementara yang satunya masih di atas pipa,” ucap Dedy.

Pengakuan Dedy, mereka mengejar kedua terduga maling itu karena lari, dan sesampai di Pasar Ya’ahowu, Oralit Darma Ndruru jatuh dari sepeda motornya, lalu dia ditangkap massa. “Karena yang dua orang itu lari, kami langsung mengejar sambil berteriak maling, sehingga ada sekitar 20 orang massa ikut mengejar, kemudian ditangkap massa,” kata Dedy.

Dedy juga membantah bahwa dirinya dan Kevin memukuli Oralit Darman Ndruru. “Saya hanya ikut nangkap, Bang. Kevin juga saya lihat tidak ada memukul, kalau yang lain saya kurang tau, karena saat itu posisi ramai,” kata Dedy.

Menurut Dedy, malam itu Oralit Darman Ndruru mau dibawa ke kantor polisi. Namun salah seorang yang mengaku penjaga alat-alat berat di taman Ya’ahowu mengaku kenal dengan Oralit Darma Ndruru. “Dia meminta agar dilepas saja karena merasa kasihan,” ucapnya.

Terpisah, saat wartawan koran ini mendatangi rumah Oralit Darman Ndruru, Minggu (13/8), untuk melakukan konfirmasi, Taliwa’auri Ndruru, ayah dari Oralit Darman Ndruru mengatakan anaknya tidak bisa dikonfirmasi. “Kami sudah laporkan ke Polisi, anak saya malam itu dianiaya,” ucapnya singkat.

Namun saat wartawan Koran ini menanyakan Surat Tanda Penerimaan Laporan (STPL) terkait pengaduannya di Polres Nias, Taliwa’auri Ndruru mengaku hingga saat ini belum menerima STPL dari kepolisian. Namun dia meyakinkan bahwa dia sudah melapor. “Saya belum menerima STPL, besok saya ambil ke Polres, saya juga kurang mengerti apa itu STPL itu,” katanya yang tampak bingung. (mag-5/yaa)

 

 

Exit mobile version