30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Melalui Mangrove dan Pengembangan UMKM Inalum Dorong Industri Pariwisata di Batu Bara

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Tahun 2023, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) kembali berkolaborasi untuk merevitalisasi Pantai Sejarah yang merupakan salah satu program peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (Sumut) dalam pengembangan Pariwisata dan Konservasi Pantai melalui penanaman mangrove dan perlindungan satwa langka.

Ali Hasian selaku VP CSR Inalum mengatakan, program di Pantai Sejarah ini berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari perekonomiannya yang menghasilkan akumulasi hingga Rp910 juta/tahun untuk pariwisata dan melahirkan 70 UMKM baru di Pantai Sejarah dengan pendapatan Rp150 – 200 ribu/bulan.

“Adanya program ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Batu Bara dalam membangun pariwisata dan konversasi pantai. Program ini juga membangun inovasi dengan pemanfaatan bahan ramah lingkungan serta peningkatan sumber ekonomi keluarga, seperti pengembangan batik berbahan alam yaitu mangrove yang menjadi salah satu alternatif pemasukan keluarga melalui program pemberdayaan istri-istri nelayan,” Ungkap Ali.

Ali juga menjelaskan bahwa selain nilai ekonomi yang meningkat program di Pantai Sejarah ini yaitu konservasi mangrove telah berhasil menjaga areal hutan mangrove eksisting seluas 15 hektar, dengan melakukan penanaman bertahap selus 5 hektar. Selain itu KTCA juga terlibat dalam penyediaan bibit mangrove untuk ditanam di Pantai Jono, Desa Lalang dan di Pantai Asahan. Ekosistem Mangrove memiliki kemampuan efektif dalam menyerap CO2 hingga 871,9 Ton CO2 perhektar setiap tahunnya.

Ali menambahkan, penghasilan dari kunjungan wisata dan wahana yang mencapai Rp20 juta/minggu dan meningkat di hari libur Rp910 juta/pertahun. Tidak hanya itu, Penghasilan pelaku usaha UMKM yang terlibat sebesar Rp150-200 ribu/minggu untuk 70 orang dan konversi nilai ekonomis ekonomi karbon bila diperhitungkan berdasar harga ekonomis 13 USD/TonCO2, dengan total serapan 871,9 Ton CO2 perhektarnya.

“Saya optimis dengan adanya program ini, masyarakat sekitar dapat terus maju dan berkembang, sehingga dapat melakukan inovasi baru dalam mengembangkan potensi pariwisata,” tutup Ali. (rel/tri).

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Tahun 2023, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) kembali berkolaborasi untuk merevitalisasi Pantai Sejarah yang merupakan salah satu program peningkatan perekonomian masyarakat di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara (Sumut) dalam pengembangan Pariwisata dan Konservasi Pantai melalui penanaman mangrove dan perlindungan satwa langka.

Ali Hasian selaku VP CSR Inalum mengatakan, program di Pantai Sejarah ini berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini dapat dilihat dari perekonomiannya yang menghasilkan akumulasi hingga Rp910 juta/tahun untuk pariwisata dan melahirkan 70 UMKM baru di Pantai Sejarah dengan pendapatan Rp150 – 200 ribu/bulan.

“Adanya program ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Batu Bara dalam membangun pariwisata dan konversasi pantai. Program ini juga membangun inovasi dengan pemanfaatan bahan ramah lingkungan serta peningkatan sumber ekonomi keluarga, seperti pengembangan batik berbahan alam yaitu mangrove yang menjadi salah satu alternatif pemasukan keluarga melalui program pemberdayaan istri-istri nelayan,” Ungkap Ali.

Ali juga menjelaskan bahwa selain nilai ekonomi yang meningkat program di Pantai Sejarah ini yaitu konservasi mangrove telah berhasil menjaga areal hutan mangrove eksisting seluas 15 hektar, dengan melakukan penanaman bertahap selus 5 hektar. Selain itu KTCA juga terlibat dalam penyediaan bibit mangrove untuk ditanam di Pantai Jono, Desa Lalang dan di Pantai Asahan. Ekosistem Mangrove memiliki kemampuan efektif dalam menyerap CO2 hingga 871,9 Ton CO2 perhektar setiap tahunnya.

Ali menambahkan, penghasilan dari kunjungan wisata dan wahana yang mencapai Rp20 juta/minggu dan meningkat di hari libur Rp910 juta/pertahun. Tidak hanya itu, Penghasilan pelaku usaha UMKM yang terlibat sebesar Rp150-200 ribu/minggu untuk 70 orang dan konversi nilai ekonomis ekonomi karbon bila diperhitungkan berdasar harga ekonomis 13 USD/TonCO2, dengan total serapan 871,9 Ton CO2 perhektarnya.

“Saya optimis dengan adanya program ini, masyarakat sekitar dapat terus maju dan berkembang, sehingga dapat melakukan inovasi baru dalam mengembangkan potensi pariwisata,” tutup Ali. (rel/tri).

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/