MEDAN, SUMUTPS.CO – Ong Sinshe, mengaku ingin mengabdikan dirinya kepada masyarakat, sebagai ahli pengobatan alternatif di Kota Medan. Ilmu sinshe yang digelutinya merupakan turunan dari almarhum ayahanda, Johanes alias Tehcing Tiong.
“Pesan almarhum orangtua saya, jangan meminta imbalan atau mematokan harga kepada masyarakat yang ingin berobat layani mereka dengan sebaik-baiknya,” tutur Ong Sinshe yang memiliki nama lengkap Nixon Johanes di kediamannya sekaligus tempat praktik pengobat alternatif di Komplek Karya Sehati Residence Jalan Karya Sehati No 7 Karang Barombak, Medan Barat, Minggu (20/6).
Banyak pasien yang mengalami berbagai penyakit, seperti kelumpuhan, syaraf kejepit, dan penyakit lainnya sudah ditangani Ong Sinshe. “Saya tidak memandang suku, etnis, agama dalam menangani pasien, kalau bisa saya tangani langsung saya bilang bisa, kalau tidak ya tidak,” tegasnya.
Selama membuka praktik sinshe ini, sejumlah pasien dari berbagai daerah di Sumatera Utara (Sumut) dan di luar provinsi Sumut berdatangan untuk berharap jasa pria berusia 56 tahun ini. “Saya sudah 37 tahun menggeluti sebagai pengobat alternatif ini, sudah ribuan pasien saya tangani, baik kalangan dari kalangan atas dan bawah, semua saya terima, bahkan dokterpun ada yang berobat ke saya,” tutur pria bertubuh jangkung ini.
Teknik pengobatan yang diterapkan Ong Sinshe ini sangat sederahan sekali. Dengan tusuk gigi atau pun jarum dia bisa mengetahui penyakit seseorang itu. Setelah diketahui penyakit pasien, Ong kemudian melakukan terapi.”Alhamdulillah, syukur, dan puji tuhan, beberapa jam dalam penangan saya, pasien sudah ada perubahan,” jelas pria berkepala plontos ini.
Dalam pengobatan pasien, Ong Sinshe tidak ada memberikan obat. Baik itu obat tradisional maupun obat kedokteran.”Semua saya tangani secara terapi,” jelasnya.
Di rumah, Ong Sinshe juga menyediakan tempat rawat inap bagi pasien yang datang jauh ke rumahnya.”Begitu juga selama mereka rawat inap, saya tidak pernah meminta atau mematokan harga, seberapa mereka kasih saya terima, kalau tidak dikasih tidak apa-apa,” ujarnya.
Di masa pandemi Covid-19 ini, Ong Sinhe terpaksa membatasi jumlah pasien. Yang sebelumnya sehari hanya mampu menangani 25 pasien per harinya, sekarang menjadi 15 pasien saja.”Ini menghindari terjadinya kerumunan,” jelasnya.
Hanya saja jam praktik tetap buka dari pagi pukul 06.30 WIB sampai jam 12.00 WIB siang. Kecuali hari libur, Sabtu dan Minggu Ong Sinshe tidak membuka praktik pengobatannya.
“Kalau saya turuti pasien yang berdatangan banyak sekali, tapi saya tidak bisa melayani semuanya, karena untuk melayani satu pasien saja, mau tiga atau sampai tujuh jam, tapi kalau ada pasien gawat dan sangat butuh pertolongan mau tidak mau saya harus tangani juga,” ujarnya.
Ong Sinshe sekarang ini ingin mengenang jasa orangtuanya, Johanes alias Tehcing Tiong. Dia ingin pengabdian kepada masyarakat ini menjadi berkah bagi dirinya.”Saya bekerja ada moto, ‘Manusia Sedang Berbuat Langit Sedang Melihat’ inilah yang menjadi pedoman saya dalam bekerja,” sebutnya.
Apa yang saya lakukan menjadi pahala bagi saya termasuk untuk orangtua saya yang sudah meninggal dunia. (azw)